tag:blogger.com,1999:blog-7301551958571070162024-03-14T21:14:17.854+07:00Bangas BersorakBangasbersorakhttp://www.blogger.com/profile/08173480353200813293noreply@blogger.comBlogger53125tag:blogger.com,1999:blog-730155195857107016.post-65487757034579827442011-12-25T21:46:00.008+07:002011-12-26T19:32:39.051+07:00Sireh, Berlian di Bumbung Rumah<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSTsEFK4RpMLCEXVCBZ4pSTp4srUfRcE5M_4Uh4Rf5MtiesF3nrJrKogJQBfukC6GvNi7Ya1XzJ4CefDHz6sQotOfEpppQmOFyYHUkgoFmdoosU-J2csrx824RaQqdwS-yx8Ars0ywmUk/s1600/CIMG0875.JPG"><img style="display: block; margin: 0px auto 10px; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSTsEFK4RpMLCEXVCBZ4pSTp4srUfRcE5M_4Uh4Rf5MtiesF3nrJrKogJQBfukC6GvNi7Ya1XzJ4CefDHz6sQotOfEpppQmOFyYHUkgoFmdoosU-J2csrx824RaQqdwS-yx8Ars0ywmUk/s320/CIMG0875.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5690328733695759426" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcEEsY7_C2nvJgaIijGhVmIfinLcqnw5JjLY-bRkrDYeCIb8rMEjl-c_uP1YxbrYf1OpKqjMONduYAqVUWAEZEPQ4VzVw-Hs3pFL0_X1LoJ006pQGr_cyLpqwYYkSSlbdhyphenhyphenyoNBVjCPYE/s1600/IMG_0146.JPG"><br /></a><span style="font-family:courier new;">villa AWATAN, MARAU, KALBAR</span><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjszciGlwNR-nCibHszoSArDxkbYLCUY_DRK2tK9kKqrp7-g066EKgt-mZo32Jl8wOpxxxeUHhyqXix3vAUWYVeTXzy1-NMxywzqmmKp4myxP86rn83LpQMVF0D70D0zeutrx_LGlMSoIQ/s1600/IMG_0155.JPG"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 400px; height: 300px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjszciGlwNR-nCibHszoSArDxkbYLCUY_DRK2tK9kKqrp7-g066EKgt-mZo32Jl8wOpxxxeUHhyqXix3vAUWYVeTXzy1-NMxywzqmmKp4myxP86rn83LpQMVF0D70D0zeutrx_LGlMSoIQ/s400/IMG_0155.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5690079737013052578" border="0" /></a><br /><span style="font-style: italic;">Terbuat dari kayu termahal, ulin, sireh sangat familiar di Kalimantan. “Tapi itu dulu, sekarang sireh sudah diganti dengan atap seng dan atap genteng,” kata Haji Jikron, warga Ketapang, Kalimantan Barat yang sekarang berdomisili di Marau.<br /></span>Marau, daerah ini salah satu kecamatan di Kabupaten Ketapang. Jaraknya lumayan jauh, dari Ketapang hampir empat sampai lima jam kami harus menempuh perjalanan. Jalannya berliuk liuk melewati alur yang mengikuti jalan yang dibuat mengikuti bibir pantai. Menuju ke Marau kita harus melintasi sungai. “Jembatannya belum siap pak, jadi harus menyeberang menggunakan kapal,” kata Ferry, driver yang menjemput kami dari Ketapang. Apatah lagi, siapa yang tidak kenal dengan medan perjalanan di Kalimantan, familiar dengan lintasan yang selalu membelah sungai. Sampai-sampai saya sempat berdebar juga setiap melintasi beberapa jembatan, maklum pelajaran pernah terjadi tak jauh dari pelupuk mata, di Kalimantan yang paling Timur, di Kutai, baru baru ini baru saja kabarnya ada jembatan yang jeblok, menewaskan puluhan korban. Alhamdulillah, kami lewati tiap sungai dengan selamat. Di Marau inilah, dua minggu, saya dan dua teman saya, Yep Supriyatno dan M. Rusman Sulaiman di beri tugas khusus. Mengisi waktu, disela tugas bekerja saya sempat untuk mengenal sedikit kondisi daerah. Termasuk hal-hal yang unik yang belum saya tahu sebelumnya.<br />Di Marau ini, yang jadi daya tarik saya, adalah Sireh. Tapi sireh tak hanya ada di Marau lah. Di Kalimantan, rata-rata bangunan rumah menggunakan Sireh. Sireh ini aslinya dari Kayu. Masyarakat tempatan menyebutnya dengan nama kayu Berlian. Dalam benak saya disebut berlian mungkin harga dan kualitasnya yang sangat bagus. Kayu nomor satu, nama populernya kayu Ulin. Kayu Ulin ini sekarang sudah sangat langka, flora yang satu ini sekarang secara regulasi diproteksi. Kayu ulin ini sangat tahan, bagus untuk dijadikan bahan bangunan. Termasuk untuk atap yang disebut dengan Sireh. Wajar saja masyarakat menyebutnya “berlian”.<br />Susunan Sireh ini memang mirip menyusun genteng. Kayu ulin tersebut sepertinya dibelah-belah tipis dan dibuat dengan ukuran yang sama. Ujungnya seragam diberi betuk runcing. Lalu, untuk difungsikan sebagai atap, Sireh disusun mengikuti desain bumbung rumah. Supaya kokoh dipadu dengan paku. “Sireh ni tahan lame, seumur rumah lah, bise seumur hidup, tahan betul,” sebut Haji Jikron.<br />Haji Jikron, asli dari Ketapang. Ini unik juga. Soal bahasa, logatnya Melayu kental. Persis seperti bahasa orang Riau, terutama di pulau-pulau. Sama persis dengan Bahasa Melayu di Selat Panjang dan Tanjung Pinang.<br />Tapi, kalau sudah di Marau. Suku Dayak juga banyak. Uniknya, tiap suku Dayak memiliki bahasa yang berbeda. Tapi adat istiadatnya hampir serupa. Saya coba melihat berbagai kegiatan suku Dayak di daerah Marau ini. Saya tidak melihat langsung, tapi dari cerita ke cerita aja. Sepertu dua hari sebelumnya, di tempat kerja yang saya kunjungi, ada sedikit kecelakaan. Akibatnya, dilakukan ritual adat yang menghadirkan Temenggung (Ketua Adat Suku Dayak). Ritual dilakukan dengan sesajian untuk arwah, untuk keselamatan. Begitu kepercaaan masyarakat disini.<br />Di tempat saya menginap, ada setumpuk dokumen yang memperlihatkan ritual masyarakat tempatan. Dari beberapa album foto yang ada dimeja, setelah kami bolah balik, banyak sekali dokumen album perayaan adat. Salahsatunya ritual dalam pembuaan lahan kebun. Upacara adat ini seperti bentuknya memberikan sesajian, biasanya dalam bentuk menyembelih ayam. Tapi ayam yang disembelih ini sudah dibacakan mantra-mantra tertentu. Disela upacara atau selesai, peserta adat akan disuguhkan meminum tuak, tuak ini sifatnya bisa memabukkan.<br />“Mau tak mau kita yang datang harus minum,” kata salah satu warga.<br />Unik memang, di Indonesia ini, khasanah negeri memang melimpah ruah. Apa lagi di Kalimantan yang masih menjadi <span style="font-style: italic;">The Hidden Paradise.</span> Daerah ini sangat eksotis dengan suku Dayaknya. Suku Dayak ini punya beragam ritual adat dan perlengkapan perang yang unik. Misalnya Sumpit dan Mandau. Dua alat ini sangat dikenal. Harga tiap satu Sumpit dan Mandau tidak bisa dengan modal dompet cekak. Alat ini pun dibuat oleh empu yang ahi-ahli. Tidak saja ahli secara skill, juga tahu spiritual dalam pembuatan Mandau dan Sumpit ini. (*)<br /><br />(esbeno, bangas bersorak)Unknownnoreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-730155195857107016.post-38103302010114256922011-02-01T15:05:00.000+07:002011-02-01T15:05:07.013+07:00Mandi Taman Pengantin Melayu<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhntaemaqlMs7QeCdnn8e0JAeY4kR9_bR1Mv800_GHvaNRkVY59kN00l0MhzzghzopExMKUn6QWG8kdn9spkkSnbvkA9tkjq_g2CkfVQxJM9u5x5xMa6bICKzU6PqmD8xU2eck0NvjbXNhk/s1600/mandi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhntaemaqlMs7QeCdnn8e0JAeY4kR9_bR1Mv800_GHvaNRkVY59kN00l0MhzzghzopExMKUn6QWG8kdn9spkkSnbvkA9tkjq_g2CkfVQxJM9u5x5xMa6bICKzU6PqmD8xU2eck0NvjbXNhk/s1600/mandi.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">mandi taman, foto net, foto asli akan menyusul..hehehehe</td></tr>
</tbody></table>Namanya pengantin, tentu sangat bahagia. Alhamdulillah, baru-baru ini saya <br />
melaksanakan akad nikah. Resepsi dilakukan di Bengkalis. Satu hal yang sangat <br />
saya sukai dan baru bagi saya, yakni prosesi mandi taman. Prosesi mandi taman <br />
ini merupakan rangkaian acara penutup dalam tradisi perkawinan Melayu. Sesuai <br />
namanya, mandi taman, prosesi mandi ini dilaksanakan pengantin persis di depan <br />
taman rumah. <br />
<br />
Biasanya prosesi mandi taman ini pengantin menggunakan baju putih putih, <br />
sepasang pengantin ini duduk dikursi. Seperti akan nikah, pengantin perempuan <br />
menggunakan kerudung dan laki laki memakai baju kurung. Lantas diatas kepala <br />
mempelai, dibentangkan selendang putih. Di depan kursi, disediakan beragam <br />
jamuan untuk prosesi mandi penganmtin, air yang diberi es untuk mandi, janur <br />
kelapa, hangar kelapa, air kelapa muda, air asam dari jeruk puru, ada kaca, dan <br />
beragam perlengkapan lain yang saya sendiri sudah lupa. Semua peralatan itu, <br />
disediakan didepan kursi pengantin, ada seoarang pawang mandi taman yang <br />
membimbing pelaksanaan acara.<br />
<br />
Sebelum ritual mandi pengantin dimulai, pengantin terlebih dahulu ditepuk tepung <br />
tawar oleh keluarga. Beda dengan ritual tepuk tepung tawar saat bersanding, pada <br />
tepuk tepung tawar mandi taman pengantin ini, disediakan telur ayam kampong <br />
dahulu. Gunanya saat ditepung tawari ditabur, ayam kampong diletakkan diatas <br />
batu gerinda yang dialasi cincin mas kawin kemudian di putar tiga kali didepan <br />
muka penagntin lalu, telur ditempelkan didekat dagu. Usai tepung tawar baru <br />
mandi taman dimulai.<br />
<br />
Awal sekali, semua perlengkapan prosesi mandi, diletakkan di depan, kemudian di <br />
bawa oleh sanak saudara berkeliling pada lingkaran pengantin sambil membawa <br />
shalawat nabi, ini dilakukan sebanyak lima kali atau tujuh kali atau sembilan <br />
kali. Sesudah itu barulah muka pengantin diluluri air asam. Setelah itu barulah <br />
diletakkan bunga tujuh rupa di atas dan diguyur dengan air dingin, dan baru dua <br />
buah kelapa muda dipecahkan diatas kepala pengantin, ini dilakukan oleh dua <br />
orang yang berhadap hadapan membawa kelapa diatas kepala dan mengantukkan sampai <br />
pecah. Lalu selendang yang diatas kepala dijadikan alas untuk menapis air yang <br />
masuk diatas kepala. Saat itu pengantin dianjurkan meminum air kelapa yang <br />
menetes dari selendang diatas kepala tersebut. <br />
<br />
Sesudah itu, baru manggar kelapa di pecahkan yang dilakukan juga oleh dua orang <br />
yang dengan mengantukkan manggar seakan berpedang pedangan sampai pecah, lalu <br />
yang unmik lagi, pengantin meminukm air dalam ceret kemudan air tersebut <br />
disemburkan dalam daun kelapa muda yang disulam macam untuk lepat, saat menyebur <br />
pengantin menarik sulaman yang harus terlepas dan dibuang. Sesudah itu, didepan <br />
setelah usai mandi, biasanya disediakan duit receh yang disebar didepan <br />
pengantin, sat orang berebut menganbil duit pengantin dianjurkan berlari melaju <br />
menuju dalam rumah. Disini yang paling seru, air untuk mendi pengantin ini <br />
digunakan untuk saling siram, biasanya seruinya disini, yang nengok mandi taman <br />
ini saling siram. <br />
<br />
<br />
Sesudah mandi taman, pengantin tidak dibenarkan mandi lagi, paling kalau mau <br />
mandi sesudah semuanya usaailah..subuh esoknya saat mau melaksanakan sholat. <br />
Pandai-pandailah mensiasasi bagian ini,,hehehehe..<br />
<br />
Ritual mandi pengantin ini, kata buk Ana, sang pawang mandi taman, dimaksudkan <br />
untuk mencari keberkahan untuk pengantin dan menjadi tolak balak sesuatu yang <br />
tidak diinginkan. Ritual ini menjadi penutup yang indah dalam rangkaian tradisi <br />
perkawinan melayu yang dimulai dari merisik, meminang, melamar dan menikah. Saat <br />
menikah ada beragam ritual yakni Inai Curi, Tepuk tepung tawar, bersanding dan <br />
terakhir mandi taman. (*)Bangasbersorakhttp://www.blogger.com/profile/08173480353200813293noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-730155195857107016.post-92033951844447563842011-02-01T14:48:00.000+07:002011-02-01T14:48:17.448+07:00Bau Anyir Rasuah<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidKSbGQg8GuGKtvVLtG7_B69aZS9Vl5RA_HKUeq_cWueUhfXFcHKLtpNmBGItXv0fO_l0xtpG_sTTRFaSh4uKfP0hHjGWmhTFM3vfqkZM998rQNobnKLvfxeYIQ7VEmwYJat5gnv9wpEQG/s1600/selatpanjang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidKSbGQg8GuGKtvVLtG7_B69aZS9Vl5RA_HKUeq_cWueUhfXFcHKLtpNmBGItXv0fO_l0xtpG_sTTRFaSh4uKfP0hHjGWmhTFM3vfqkZM998rQNobnKLvfxeYIQ7VEmwYJat5gnv9wpEQG/s320/selatpanjang.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kota Selatpanjang, foto: net</td></tr>
</tbody></table><i>Raja Alim Raja Disembah, Raja Zalim Raja Disanggah.</i> <br />
Hingar bingar pelaksanaan perekrutan tenaga abdi negara, pegawai negeri sipil <br />
(PNS) di Riau baru saja usai. Seperti tahun-tahun sebelumnya, setelah nama <br />
diumumkan, beragam cerita muncul dari mulut ke mulut yang bernada sumbang. Tidak <br />
terkecuali untuk Kabupaten Kepuluan Meranti. Kabupaten yang terbentuk tidak dari <br />
ucapan bin salabin, tapi perjuangan tokoh-tokoh Meranti yang lintang pukang <br />
bolak balik dari dusun-dusun kecil untuk berjuang, sampai ke Senayan. Bahkan, <br />
tidak jarang yang rela sampai berbaku hantam dengan satpol PP di kantor Gubernur <br />
Riau, untuk meminta dukungan pembentukan kabupaten yang diharapkan membawa angin <br />
segar untuk kesejahteraan daerah dan masyarakatnya dengan kepemimpinan yang <br />
diharapkan lebih adil dan bijaksana. Lantas, setelah semua itu usai, dan ketika <br />
benar-benar Kepulauan Meranti sudah menjadi kabupaten sendiri, persoalan klasik, <br />
harapan menjadi negeri yang dididamkan masih menjadi mimpi dan harapan yang <br />
panjang, sepanjang pemimpin yang diamanatkan rakyat masih belum mampu menjadi <br />
benar-benar pemimpin yang adil dan bijaksana. Saya jadi teringat, ketika hiruk <br />
pikuk perdebatan tentang perbincangan pemekaran daerah menjadi bagian yang <br />
panting. Ada yang berpendapat bahwa pemekaran daerah membawa angin segar untuk <br />
melakukan pemerataan pembangunan. Muncul pusat pusat daerah administrative baru <br />
yang merangsang adanya geliat ekonomi yang berkembang di daerah. Tapi banyak <br />
yang pesimis, pemekaran daerah baru hanya memunculkan ruang-ruang kolusi baru <br />
dan penyebaran korupsi. Pendapat ini bukan pendapat saya, tapi pendapat yang <br />
pernah dilontarkan salah seorang pengamat politik Riau, Ali Yusri dari <br />
Universitas Riau saat membincangkan subtansi pemekaran daerah, pasca munculnya <br />
beberapa daerah yang ingin lepas dari daerah induk seperti Kabupaten Kepulauan <br />
Meranti yang saat ini sudah terbentuk, dan beberapa kabupaten lain yang masih <br />
dalam perjuangan seperti Kabupaten Rokan Darussalam, Kabupaten Indragiri Selatan <br />
dan Kabupaten Kampar Kiri. <br />
<br />
<br />
Saya sendiri sependapat pentingnya pemekaran daerah, terlepas ada beragam nada <br />
sumbang soal realitas daerah daerah pemekaran baru yang mencorengkan aib adanya <br />
kolusi dan korupsi. Terlepas dari itu, pemekaran sejatinya membawa harapan besar <br />
untuk kesejahteraan rakyat. Intinya pada siapa yang memimpin dan masyarakat yang <br />
tidak mau dibodohi oleh pemimpin yang tidak adil. Jadi, ketika ada pemimpin yang <br />
sudah diamanahkan, dan tidak mampu melaksanakan amanat seperti muatan dalam <br />
perjuangan pemekaran, maka tabuh untuk menyanggah pemimpin tersebut janganlah <br />
tidak dilakukan. Pemimpin tidak lain adalah wakil dari rakyat, ulil amri <br />
mingkum, masih bagian dari kita, yang harus kita luruskan jika memang ada yang <br />
salah. <br />
<br />
<br />
Tahun ini, saya coba ikut mencoba menjadi calon pengabdi negara di Kabupaten <br />
Kepulauan Meranti. Formasi tahun ini untuk Meranti masih sedikit, tapi <br />
dengar-dengar kabar dari beberapa anak luar daerah banyak yang coba ikut <br />
mendapatkan peruntungan di Meranti. Apalagi, tahun lalu, saat Syamsuar masih <br />
menjadi Plt, perekrutan disebut lebih murni, nyaris tak terdengar ada rasuah. <br />
Apatah lagi, sebagai daerah baru, Meranti tentu menjadi semacam anak gadis yang <br />
memikat. Banyak yang ingin mempersuinting menjadi abdi negara di daerah baru <br />
itu. Salah satunya saya. Setelah usai pengumuman. Cerita sumbang banyak <br />
terdengar dari perekrutan CPNS yang kedua bagi kabupaten Meranti ini. <br />
<br />
<br />
Sewaktu di Pekanbaru, saya berjumpalah dengan namanya Siti Salmah, seorang guru <br />
Bahasa Inggris yang sudah lama mengabdi di sekolah dasar di Pekanbaru. Tahun <br />
ini, ia coba untuk menjadi PNS di Meranti. Ia bercerita, ia mendaftar PNS dengan <br />
adiknya, salah seorang alumnus Sekolah Tinggi Pertanian (STIPER) Jogja. Adiknya <br />
penerima beasiswa. Ia mengaku, sebelum nama keluar, tawar menawar untuk <br />
kelulusan di Meranti terjadi. Dia sendiri ditawari sekian puluh juta, untuk dua <br />
orang. Dia tidak mau, menolak rasuah itu. Saya hanya geleng gelang kepala. <br />
Lantas, saya menelpon teman saya, yang kebetulan koleganya dari Pekanbaru ikut <br />
CPNS di Kabupaten Kepulauan Meranti, dia bilang tidak lulus, tapi ada kawan <br />
kita, (yang kebetulan juga junior saya) dari Rokan Hilir (Rohil) ikut tes di <br />
Meranti. Dia lulus. Saya Tanya riwayat kelulusannya, sebelumnya dia juga bilang <br />
akan dibantu oleh orang dalam. Setelah lulus dan nama keluar, baru junior saya <br />
ini bilang, bahwa kawannya yang lulus ini pakai bayar, (rasuah). <br />
<br />
<br />
Cerita sumbang tentang kelulusan ini saya dengar juga juga di kampong, Ketika <br />
saya balek ke Bandul, ketika saya Tanya sana sini soal yang lulus dan tidak. <br />
Cerita sumbang kembali terdengar, ada budak kampong yang lulus karena kologanya <br />
yang juga seorang…….kenal dengan…….dan lulus. Mungkin ini sebagai balas budi <br />
seoarang……kepada ……nya. Menjadi tim…saat pelaksanaan…..beberapa waktu lalu. Ada <br />
juga lulus karena dia ponakan seorang…karena ….dengan…………….<br />
<br />
Ada lagi, kawan saya anak luar Riau dari ……, katanya, saat lulus ia menyetor <br />
………….Saya miris saja mendengar bau anyir kolusi yang diceritakan dan berkembang <br />
di negeri yang baru saja diidamkan oleh anak-anak Meranti menjadi negeri yang <br />
makmur dengan pemimpin yang bijasana ini.<br />
<br />
Jadi, semoga saja berita tentang rasuah itu tidak benar, tapi inilah yang <br />
berkembang dari mulut ke mulut. Jika rasuah ini muncul, dan berkembang, kita <br />
yakin daerah ini akan mejadi santapan para penjarah negara saja. Siap-siaplah, <br />
banyak lagi bedebah-bedebah. Maka, siap-siap lah generasi pejuang untung <br />
meluruskan perjuangan, karena kita tidak mau ada yang tidak benar dengan <br />
kepemimpinan di Meranti. Daerah ini masih menjadi daerah miskin, data yang ada <br />
memperlihatkan, setengah masyarakat Meranti masih kategori miskin, masih separuh <br />
lebih daerahnya masuk kategori tertinggal, dan lebih banyak yang masih mengenyam <br />
pendidikan rendah. Sedih kalau negeri ini hanya diperalat oleh pemimpin yang <br />
tidak benar. <br />
<br />
<br />
Kita baru saja usai melakukan pemilihan dengan janji manis pemimpin. Kita masih <br />
menunggu, benarkah dari tahap ke tahap semua bisa dilakukan dengan janji manis <br />
yang sudah disampaikan. Janji adalah hutang, dan berhutang dengan rakyat ini <br />
yang harus dituntut. Semoga rasuah ini tidak nyata dan tidak benar. Jika benar, <br />
terlaknatlah…..Bangasbersorakhttp://www.blogger.com/profile/08173480353200813293noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-730155195857107016.post-47740802888599376902011-02-01T14:43:00.000+07:002011-02-01T14:43:54.839+07:00Menyambut Tahun Baru Islam di Pulau Padang<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn3zU3vPIfIr1zsHwmpSr0gKP28jFU7kfHiyQRq3BY67FqBfeCZ1Q_Gi6Ttx8KcghoJUHlRwPcJmB-lcvG8dDucOwWZPl8lkY2UWCc9HvVOlvx1oazvZa0GA8oSKA_yy4gmcE2B1urdnyV/s1600/oke.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="197" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn3zU3vPIfIr1zsHwmpSr0gKP28jFU7kfHiyQRq3BY67FqBfeCZ1Q_Gi6Ttx8KcghoJUHlRwPcJmB-lcvG8dDucOwWZPl8lkY2UWCc9HvVOlvx1oazvZa0GA8oSKA_yy4gmcE2B1urdnyV/s320/oke.jpg" width="320" /></a></div><i>(Catatan ini disarikan juga dari Majalah Dinamis, nomor 60 Desember 2010)</i><br />
Sehari Jelang tahun baru, kami anak-anak Bandul coba melakukan dedikasi terhadap <br />
kampong. Menyemarakkan kampong dengan mengundang salah satu pejabat Riau, yakni <br />
Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementrian Agama Provinsi Riau (Kemenag Riau) <br />
untuk berkunjung ke Desa Bandul. Momentum ini sengaja diusahakan, agar pejabat <br />
teras penting di Riau juga bisa melongok geliat keagamaan yang berlangsung di <br />
ceruk ceruk kampong. Mereka butuh perhatian, tidak perlu mengembus wacana besar <br />
besar di forum forum negara bahkan internasional. Di ceruk ceruk banyak kampong, <br />
mereka butuh perhatian nyata. Yang lebih dekat dan nyata dipelupuk mata kita <br />
sendiri.<br />
<br />
Desa Bandul, desa ini memang cukup dikenal sejak lama. Daerahnya alhamdulillah <br />
berkembang dengan baik. Geliat keagamaan juga bisa dipandang sangat baik, ini <br />
berkat kesadaran masyarakat. Meskipun di kampong, dengan upaya seadanya, <br />
bertahap beragam kegiatan keagamaan bahkan lembaga-lembaga pendidikan berbasis <br />
keagamaan dan umum berkembang dengan baik. Di desa ini ada PAUD, Taman Kanak <br />
Kanak, MDA dan MTS yang berdiri secara swadaya dari peluh dan keringat <br />
masyarakat. Sekarang berkembang ada pengajian bulanan ibuk-ibuk yang baru <br />
berjalan, dengan tenaga pengaji seadanya, penguruspun lintang pukang untuk <br />
mencari dan menyemarakkan kegiatan ini. Semuanya masih swadaya. Memang mereka <br />
melakukannya dengan ikhlas, tetapi jika ada perhatian lebih baik sebagai wujud <br />
apresiasi, setidaaknya ini akan menambah gairah lagi, bahkan bisa saja menjadi <br />
isnpirasi untuk daerah lain agar mengikut. <br />
<br />
Kami sendiri anak-anak Bandul, mengerahkan tenaga mengumpulkan bantuan serta <br />
melakukan persiapan untuk perayaan tahun baru Islam di Bandul. Sempat juga <br />
membawa bantuan pakaian layak pakai dari bantuan jamaah di Pekanbaru sebanyak <br />
satu pack up. Dari Pekanbaru kami bertolak sekitar pukul 21.00 WIB. Mobil <br />
meluncur ditengah malam yang dingin dan gelap, sampai di Pakning kami pukul 5 <br />
subuh, langsung saja kami melaksanakan kewajiban solat subuh. Perjalanan masih <br />
panjang, siangnya kami menyeberang melewati Bengkalis untuk menuju Desa Bandul. <br />
Diperjalanan kami berkejaran waktu, karena sebentar lagi akan pasang besar yang <br />
menyebabkan ruas jalan tidak akan bisa dilalui oleh mobil kami. Dan ternyata <br />
kami memang harus mengalah dengan waktu, baru saja tiba di Desa Pematang Duku, <br />
air sudah meluah di jalan. Kami harus menunggu air surut. Ternyata pasang kali <br />
ini termasuk pasang yang besar, sampai pukul 12 siang, dengan perut yang sudah <br />
lapar, kami harus menunggu. Karena tak ada yang bisa dibuat, terpaksalah kami <br />
melelapkan mata yang memang sudah menanggung berat akibat memang sudah <br />
mengantok. Kami pun sempat tertidur pulas, di tepi rumah warga yang kebetulan <br />
ada kursi kursi untuk persinggahan. Alahkan naseb….<br />
<br />
Setelah agak surut kamipun lanjutkan perjalanan. Sampai di ujung Tanjung Sekodi, <br />
di Isem, tempat menyeberang ke Bandul sudah agak sore. Sekitar pukul 3 sore. <br />
Kami dijemput dengan motor pompong untuk menyeberang, sementara mobil yang kami <br />
bawa harus diinapkan di desa Tanjung Sekodi, karena memang untuk mobil tidak <br />
bisa menyeberang. Disini sudah terbiasa, yang melakukan perjalanan dengan mobil, <br />
harus lah rela menginapkan di Tanjung sekodi. Disinipun ada warga yang <br />
manawarkan jasanya untuk menginapkan mobil. Saat pulang, dan kami mau bayar, <br />
mereke menyebutkan nilai jasanya, dengan kata-kata terserah abang saja…baeknya <br />
orang kampong kami wak…<br />
<br />
Di kampong kami sudah pulak disambut warga, bukan menyambut kami yang macam <br />
tamu,hehehe..tapi menyabung barang bawaan kami untuk melaksanakan acara. Saatb <br />
itu pula kami masak sepandung di Pelabuhan, banyak yang suka cita memasangnya, <br />
maklumlah kalau sepanduk kan jarang-jarang di kampong. Bukan macam di kota, <br />
beserak sepanduk mampang muke pejabat, sepanjang ruas jalan betambun, yelah <br />
pulak,,duit rakyat juge yang habis…<br />
<br />
Sampai di Mesjid, antusias masyaraakt menyambut Kakanwil pun tak kalah seru. <br />
Hari itu juga gerbang mesjid yang dah pudar warnanya di cat, catnya pun cat <br />
seadanya. Tapi inilah bukti antusias masyarakat menyambut Kakanwil datang.<br />
<br />
<br />
***<br />
Macam mana tahun baru Islam di Pulau Padang ini berlangsung. Kami sarikan saja <br />
dari catatan majalah Dinamis. Catatan Suhadi HS, MA, Kasi Penyuluhan dan Lembaga <br />
Dakwah Bidang Penamas Kanwil Kemenag Riau. <br />
<br />
<br />
Perjalanan Kakanwil Kementrian Agama Provinsi Riau H Asyari Nur, Kabid Penamas <br />
HM Saman, Kasi Penyuluhan dan lembaga Dakwah Suhardi, Kasi Siaran daqn Tamaddun <br />
Asril dan beberapa staf Kanwil Kemenag Riau menuju Kota Terubuk Bengkalis <br />
mengisahkan sejarah yang sulit dilupakan. <br />
<br />
<br />
Berangkat dari Pelabuhan Sungai Duku, meninggalkan Kota Bertuah Pekanbaru pukul <br />
08.00 WIB, Selasa (7/12/2010), menempuh perjalanan yang cukup lama, memakan <br />
waktu perjalalanan lebih dari 3,5 jam, melintasi Sungai Siak dan Selat <br />
Bengkalis. Dalam perjalanan yang menggunakan angkutan laut, tak terlepaqas dari <br />
terjalnya gelombang yang menghantam Kapal Alita yang menjadi tumpangan kami. <br />
<br />
<br />
Bahkan yang sangat ironis lagi, ketika menuju empat desa yang amat terpencil, <br />
Kakanwil dengan rombongan menaiki Speadboat Keritang yang terbuat dari papan, <br />
dengan muatan lebih dari belasan orang, larinya kencang, terjalan gelombangnya <br />
sangat menakutkan, membuat kawan kawan dan rombongan kehilangan kendali, dan <br />
malah ada yang wajahnya pucat karena mental tidak siap menempuh perjalanan laut, <br />
seakan speadboat terasa akan terbalik kena hantaman gelombang. <br />
<br />
<br />
Alhamdulillah, kendati perjalan laut yang memakan waktu 1,5 jam dari Bengkalis <br />
ke empat desa itu sampai dengan selamat. Kakanwil dan rombongan disambut warga <br />
dengan meriah, denagn penuh semangat dijemput dari pelabuhan pinggir laut dengan <br />
menggunakan ojek motor dan disambut kompang , tak lupa pula dikalungkan untaian <br />
bunga dan sambutan silat kampong dari warga.<br />
<br />
Setelah sampai di mesjid Mujahidin, Kakanwil, H Asdyari Nur, didampingi Ketua <br />
Dewan Dakwah Indonesia (DDII) Riau, H Mukni, kemudian di tepung tawari warga. <br />
Selanjutnya digelarlah penyambutan secara formal dengan tari persembahan dari <br />
“Bungan Desa” yang masih lugu-lugu. <br />
<br />
Usai penyambutan dan tari persembahan, dilanjutkan dengan acara peresmian Mesjid <br />
Mujahidin di Desa Bandul. Kakanwil saat sambutan menyampaikan, mesjid merupakan <br />
pusat kegiatan umat. Mesjid tidak hanya tempat ibadah, tapi juga menjadi tempat <br />
pemnbinaan umat, bahkan menjadi fungsi perekat dan pemersatu umat. <br />
<br />
Berselang beberapa menit, Kakanwil langsung menuju Desa Selat Akar, dengan <br />
tumpangan ojek motr yang sudah disediakan warga. Karena didua desa ini tidak <br />
bisa dilalui kendaraan roda empat. (Maklum infrastuktur daerah masih minim <br />
pulak). Setibanya di Desa Selatakar, Kakanwil dan rombongan langsung <br />
melaksanakan Sholat Asar berjamaah denagn warga Selat Akar. Usai sholat, warga <br />
langsung warga langsung menggelar acara penyambutan terhadap kehadiran Kakanwil <br />
dan rombongan ke Mesjid Nurul Huda. Di mesjid yang berukuran 8x8 meter itu sudah <br />
dihadirkan 38 orang mualaf hasil binaan Ustad Taslim Prawira dan ratusan warga. <br />
Para mualaf disebut oleh Ustad Taslim sebagai saudara baru mereka, tampak tekun <br />
dan hikmat ketika mendengar pengarahan dari bapak Kakanwil.<br />
<br />
Kakanwil mengharapkan kehadioran saudara baru adalah rahmat dan hidayah dari <br />
Allah SWT. “Mereka adalah bagian dari kita, untuk itu perlu sama sama melakukan <br />
pembinaan,” ujarnya. <br />
<br />
<br />
Usaqi penyambutan dan pengarahan, Kakanwil langsung memberikan bantuan uai tunai <br />
kepada Mualaaf sebanyak 13 Kepala Keluarga (KK) sebesar Rp 100 ribu per KK <br />
dengan jumlah sebanyak 38 orang. Setelah acara seremonial di Mesjid Nurul Huda, <br />
Kakanwil dan rombongan diajak Kepala Desa Selatakar, Amiruddin, untuk melihat <br />
secara langsung kediaman para mualaf yang berasal dari Suku Akit, merupakan suku <br />
asli laut yang dibina Ustad Taslim dan selalu didampingi imam masjiod di kampong <br />
itu.<br />
<br />
Hari sudah sore menjelang Maghrib, Kakanwil dan rombongqan menuju kediaman salah <br />
seorang warga untuk beristirahat. Usai istrirahjatb sejenak, hidangan makan <br />
malam sudah tersedia sebelum Magrib. Kemudain mandi secara bergantian dan <br />
bersiap siap untuk mengerjakan Sholat Magrib yang dijama’ dengan Sholat Isya. <br />
Sekitar pukul 19.30 WIB Kakanwil menuju mesjid Mujahidin untuk melaksanakan <br />
Istighosah dan Tablig Akbar dalam rangka menyambut Tahun Baru isalam 1432 <br />
Hirriyah. Istighasah dan Tablig Akbar berlangsung sekitar lebih kurang 2,5 jam. <br />
Mesjid yang berukuran 15x15 meter penuh sesak dipenuhi jamaah dari empat desa <br />
tetangga yakni Kudap, Dedap, Bandul dan Selat Akar. Kakanwil bagaikan seorang <br />
dalang yang mahir memainkan wayang dan membuat penggemar terpukau dan <br />
terperangah, tak satupun jamaah yang kelaur dari Mesjid Mujahidin, mereka senag <br />
mendengarkan ceramah dari kakanwil sehinggaq pukul 22.30 WIB, Kakanwil belum <br />
bisqa meninggalkan Desa bandul sebagai pusat kegiatan malam itu.<br />
<br />
Sekitar pukul 22,45 WIB, Kakanwil baru bisa meninggalkan desa. Kembali menuju ke <br />
Bengkalis menggunakan speedboat Keritang. Dalam perjalanan menuju Bengkalis, <br />
malam itu, awalnya terasa mulus, bagai tak ada rintangan, tapi ketika <br />
menyeberangi Selat Bengkalis yang luasnya tak kurang dai 3 KM perjalanan, <br />
disanalah mulai gelombang membuai kapal yang kami tumpangi sekitar sembilan <br />
orang. Sekitar pukul 23, 50 WIB kami baru sampai di Pelabuhan laksamana <br />
Bengkalis. Kawan kawan menarik napas panjang karena sudah terlepas dari rasa was <br />
was dan kewaspadaan mnyelematkan diri dari dentuman ombak yang menhantam kapal. <br />
Sampai di pelabuhan, kami dijemput oleh para sahabat di Kabupaten Bengkalis <br />
menuju Hotel Panorama untuk beritirahat alias tidur menjelang subuh. Esoknya, <br />
pukul 08.00 WIB rombongan kembali menaiki Kapal Alita menuju Kota Bertuah <br />
Pekanbaru. Selamat tinggal Bandul dan Selat Akar. Desa Kudap dan Desa Dedap yang <br />
belum terjamah perjalanan kami, lain waktu kami akan mendatangimu Kudap dan <br />
Dedap, mudah mudahan kemi sehat selalu, Amin. <br />
<br />
***Bangasbersorakhttp://www.blogger.com/profile/08173480353200813293noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-730155195857107016.post-42536556371983892802010-12-01T16:49:00.001+07:002010-12-01T16:53:16.521+07:00Tata Cara Perkahwinan Melayu di BandulSEKAPUR SIRIH<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt;">Sesungguhnya penyusun naskah ini merasa masih cukup jauh apa yang harus diharapkan dalam membingkai dan mengaplikasikan tulisan yang sudah berserakan dimana-mana tetapi belum ada yang mengais dan mebukukan.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhr5gghCccsulfdqM6YYuHNdZ5KYrvM0uVDqrGBljZtpEQRD1CvWRgv_RI6_gjwfFufJC78Qzo658XQ4AWYrf5SlQAFs8EjDStqv6aNRoNKpZuGogK_9qAILAwt1vczEFBNF3ybPh2xoCAl/s1600/bandul4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="253" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhr5gghCccsulfdqM6YYuHNdZ5KYrvM0uVDqrGBljZtpEQRD1CvWRgv_RI6_gjwfFufJC78Qzo658XQ4AWYrf5SlQAFs8EjDStqv6aNRoNKpZuGogK_9qAILAwt1vczEFBNF3ybPh2xoCAl/s320/bandul4.jpg" width="320" /></a></div><br />
Pada pertemuan dan pelaksanaan menjelang perkawinan terkadang pembawa acara mencari-cari tulisan petuah orang tua kita Melayu dahulu sehingga dengan dasar fikiran di atas kami berupaya untuk diterbitkan sebagaimana dihadapan pembaca karena rasa berkewajiban untuk melestarikannnya rajin bertanya pada yang pandai, rajin berguru pada yang tahu, rajin bertunas pada yang bijak, rajin bersuaka pada Ulama’ rajin mengikut pada yang patut,rajin melihat pada yang bermanfaat, rajin mendengar pada yang benar, rajin meniru pada yang berilmu.<br />
<br />
Kepada encik-encik, tuan dan puan, penghulu adat dan lembaga Adat Melayu mohon kiranya dibetulkan jika ada yang kurang semoga buku kecil ini memberikan kontribusi dalam melestarikan adat-istiadat budaya melayu yang begitu luhur dan penuh makna sampai akhir zaman. amin.<br />
<br />
Riau Indonesia 27 Oktober 2008M <br />
27 Syawal 1429H<br />
<br />
TASLIM AL- MERBAWY<br />
<br />
<br />
<br />
PROTOKOL<br />
<br />
ASSALAMU’ ALAIKUM, WR. WB.<br />
Bapak-bapak, ibu-ibu tuan-tuan dan puan-puan Jemputan majlis<br />
yang mulia : yang kecil tak disebut nama <br />
yang besar tidak dihimbau gelar <br />
yang raja dengan daulatnya <br />
yang datuk dengan kuasanya <br />
yang alim ulama berkitabullah <br />
yang dubalang kuat kuasa <br />
yang cerdik serta cendikianya <br />
yang tua dengan tuahnya <br />
yang muda dengan tokohnya<br />
<br />
Yang tau diombak kan menerpa<br />
yang tau dibayang kata nan sampai <br />
yang terlindung oleh icu dan pakaian<br />
<br />
Bapak-bapak, encik-encik, tuan-tuan dan puan-puan jemputan jemputan majlis yang mulia .............. <br />
Atas nama Ahli bait /Walimatur’uruz sekeluarga sebagai penyambung lidah penyampai kata, izinkanlah saya menyampaikan ucapan tahniah beserta terima kasih atas kesediaan bapak-bapak, ibu-ibu tuan-tuan dan puan-puan yang telah sudi memenuhi undangan atau jemputan kami dengan meluangkan waktu meringankan langkah, mengayunkan tangan, datang ke rumah kami ini,<br />
<br />
Kemudian kedatangan bapak-bapak,encik-encik, tuan-tuan <br />
Kami sambut dengan muka yang jernih Kami terima dengan hati yang suci Kami tunggu dengan dada yang lapang <br />
<br />
Dalam pada itu<br />
Entah kami tersalah cakap dan adab, tersalah letak dan duduk, yang patut tidak dipatutkan, yang tua tidak dituakan, yang dahulu terkemu- diankan, yang kemudian terdahulukan.<br />
<br />
Telah dibidalkan oleh orang tua-tua....<br />
<br />
Tak ada tebu yang tak beruas, Tak ada kayu yang tak berbongkol, tak ada gadeng yang tak retak.<br />
Kami mohon beribu maaf dan ampunan Allah, dari jauh kami menjunjung duli dari dekat kami mengangkat sembah dengan rnenyusun jari sepuluh silaf dan salah maaf diperbanyak.<br />
<br />
Jemputan majlis yang mulia <br />
<br />
Besarlah langsat di tepi busut<br />
Besar tak muat di dalam peti<br />
Besarlah hajat kami menjemput <br />
Besarlah niat di dalam hati <br />
<br />
Anak nelayan ke Teluk Belitung <br />
ke Teluk Betung mancari ikan<br />
sudah lama niat ini terkandung <br />
baru hari ini kesampaian <br />
<br />
Jemputan majlis yang mulia<br />
<br />
Sekarang waktulah sampai <br />
Yang diundang telah hadir <br />
Yang dijemputlah terbawa<br />
Yang ditunggupunlah datang<br />
Yang hadir lengkaplah sudah ............... <br />
<br />
Sudah duduk raja sehari <br />
Dikelilingi oleh petinggi adat <br />
sudah siap urusan administrasi <br />
Tinggal lagi pelaksanaan akad ..................<br />
<br />
Petang hari pergi memukat<br />
Pergi memukat membawa nasi<br />
Supaya pernikahan mendapat berkat<br />
kita dengarkan kalam ilahi ................... Saritilawah .......... Oleh ......................... <br />
<br />
Hikmah mana kalam ilahi <br />
Tuntunan bagi kedua mempelai <br />
setelah disirami kalam ilahi<br />
Acara akad nikah segera kita mulai<br />
<br />
Jemputan majlis yang mulia marilah kita semak dan kita dengarkan bersama akad nikah antara anak kemakan kita yang bernama <br />
Dipimpin oleh bapak KUA <br />
<br />
bapak-bapak, ibu-ibu, encik-encik dan tuan-tuan, puan-puan jemputan majlis Yang mulia <br />
<br />
Akad nikah selesailah sudah <br />
disyahkan oleh dua orang saksi <br />
doa sudah dibacakan oleh pak KUA <br />
Resmilah sudah jadi suami isteri<br />
<br />
Kapal berangkat kemudipun patah <br />
Angin bertiup arah utara<br />
<br />
Burung balam burung merbah <br />
Tidaklah sama burung tempura<br />
Akad nikah selesailah sudah <br />
Menantu mendapat martua ....................... <br />
<br />
Boleh dibacakan kata nasehat <br />
<br />
Jemputan Majlis Yang Mulia <br />
Sempurna helat karena adat<br />
Sempurna kerja karena doa<br />
Sesuai dengan adat <br />
Sempadan dengan lembaga<br />
<br />
Banyak batang perkara batang<br />
Batang putat dahannya paddak <br />
banyak hutang perkara hutang <br />
hutang adat dengan syarak ............................. <br />
Hutang syarak sudah selesai <br />
sudah berjawab ijab dan kabul <br />
seperti teresurat dikatabullah <br />
telah diturut sunahnya nabi<br />
Langsailah sudah semua hutang<br />
<br />
Kini tinggal hutang adat<br />
adat disarung tidak berjahit <br />
adat kalindan tidak bersimpul <br />
adat berjarum tidak berbenang<br />
<br />
Jemputan majlis yang mulia <br />
Orang berlayar kepulau rupat <br />
membawa tebu berkati-kati<br />
Tepung tawar meminta berkat <br />
Mohon do’a pada ilahirabbi ............................... <br />
<br />
1. Jika bunga terbawa pergi<br />
dikaki celana dia menyangkut<br />
untuk pertama menepuk tepung tawari<br />
Kepada Bp .................... Kami jemput<br />
<br />
Bertepung tawar adat yg asli <br />
tepuk ditapak tangan kanan dan kiri <br />
sial dibuang untung dicari <br />
mohon hidayah pada Ilahi<br />
<br />
2. Kalau rotan dipanjat benalu<br />
mana mungkin hidup di sumur<br />
Kepada BP ............ Minta Restu <br />
Semoga penganten panjang umur<br />
<br />
Orang berlayar ke pulau penyengat <br />
membawa tebu berkati-kati <br />
Tepung tawar meminta berkat <br />
doa restu pada ilahi<br />
<br />
3. Sampan berlayar sampai di kuala<br />
Talinya lepas muatas syarat<br />
Kepada Bp .................. giliran ketiga <br />
Doakan pengantin tetap mufakat<br />
<br />
Dang merdu dang melani <br />
tepung tawar berkali-kali <br />
ditepuk oleh keluarga dan wali <br />
Nasehat orantua harus dihomati<br />
<br />
4. Kalau salah meminjam pukat<br />
tidaklah jade mencari ikan<br />
untuk memberi doa restu yang keempat<br />
Kepada Bp ................... Kami persilakan<br />
<br />
Tepung tawar adat yang lama <br />
inai dicecai kanan dan kiri <br />
bahagialah hidup suami isteri <br />
silih sengketa jangan dicari<br />
<br />
5. Penganten duduk di singasana<br />
Doakan mereka berkasih sayang<br />
Untuk menepuk giliran kelima<br />
Kepada Bp .............. Kami Mohon Datang<br />
<br />
Tepung tawar tepung melati <br />
Tepung sianak permata hati <br />
Musuh jangan anaknda cari<br />
banyak sahabat pintu rezeki<br />
<br />
6. Kalau jadi pergi ke panam<br />
pohon salak sedang berbuah <br />
untuk mengisi giliran keenam<br />
kepada Bp .............. Tepatlah sudah<br />
<br />
Kalau mau berbuka puasa <br />
buatlah mi sagu bertampin <br />
kalau sudah berumah tangga <br />
sang suami jadi pemimpin<br />
7. Kalau tuan ke Pulau Tujuh<br />
kami berpesan buah durian<br />
Kepada Bp ............. giliran ketujuh <br />
Dengan hormat kami persilakan<br />
<br />
Kalau kalindan hendak disemat <br />
sematlah dulu baju nan koyak <br />
kalaulah badan hendak selamat <br />
hormati dulu ibu dan bapak<br />
<br />
8. Kalau pandai menegang kawan <br />
sama duduk sama berdiri<br />
untuk menepuk giliran kedelapan<br />
Kepada Bp .............. mohon berdiri<br />
<br />
Kalau jadi mengulai nangka <br />
jangan dibelah pisau berkarat <br />
kalau nak serasi berumah tangga <br />
tentu kata selalu mufakat<br />
<br />
9. Anak nelayan mencari ikan<br />
mencari ikan membawa upih <br />
Untuk menepuk yang kesembilan<br />
Kepada Bp ................. Kami pilih<br />
<br />
Tepung tawar tepung bernama <br />
orang ramai semua berdoa <br />
pandai-pandailah menjaga keluarga <br />
perintah agama jangan dilupa<br />
<br />
10. Buah mangga si buah pauh<br />
tidaklah sama buah rambutan<br />
untuk mengisi menepuk yang kesepuluh<br />
Kepada Bp ............ Kami mintakan<br />
<br />
Apalah tanda batang padi <br />
batang kecik tingginya jangkung<br />
Apalah tanda sehidup semati <br />
susah senang sama ditanggung<br />
11. Kalau hendak menapi bergs<br />
Elok ditampi dipetang hari<br />
untuk menepuk yang kesebelas<br />
Kepada Bp...................... Mohon berdiri<br />
<br />
Tepung tawar tepung bermakna <br />
tepung berguna di hari raya <br />
keluarga berhimpun bersukariya <br />
Mengantar anaknda berumah tangga<br />
<br />
12. Tenunan siak berbenang emas<br />
dipakai oleh tuan putri<br />
Kepada Bp .................. nomor kedua belas <br />
mohon ditepuk pada permaisuri<br />
<br />
Yang mapar dang bergalah <br />
dibawa naik ketengah rumah <br />
rajinlah anaknda beribadah <br />
supaya mendapat redhonya Allah.<br />
<br />
13. Hendak mencari ikan terubuk<br />
dapat dibawa ikan sembilang<br />
Kepada Bp ............ Silakan menepuk <br />
Semoga penganten terasa senang.<br />
<br />
Masa remaja akan ditinggalkan <br />
rumah tangga sudah didirikan <br />
orang tua jangan dilupakan <br />
ingat selalu kepada Tuhan<br />
<br />
14. Anak nelayan mencari siput<br />
siput dicari di pagi hari<br />
Kepada Bp ............. kami jemput <br />
untuk menepuk tepung tawari<br />
<br />
Cecah inai kanan dan kiri <br />
agar majlis nampak berseri <br />
bahagialah hidup suami isteri <br />
aman dan damai setiap hari.<br />
15. Tangan pengantin beralas kain<br />
Kain dialas takut basah<br />
pohon ditepuk kepada pengantin<br />
Kepada Bp ..................... Tepatlah sudah<br />
<br />
16. Tuan putri makan kuini<br />
kuini dimakan di waktu petang<br />
untuk men epuk berikut ini<br />
Kepada Bp .................... kami mohon datang<br />
<br />
17. Putra mahkota memakan mangga<br />
mangga dimakan di waktu petang untuk mnepuk yang berikutnya<br />
Kepada Bp ................. kami mohon datang<br />
<br />
18. Tepung tawar secara bergilir<br />
tangan pengantin beralas kain <br />
Kepada Bp ................... giliran terakhir <br />
Mohon ditepuk kepada pengantin.<br />
<br />
Kalau tuah sudah dibadan<br />
Hidup senang badan selamat <br />
tepung tawar sudah dilaksanakan <br />
mohon bacakan doa selamat.<br />
<br />
Perahu di laut memakai layar <br />
Layar terkulai tiangnya patah <br />
selesailah sudah bertepung tawar<br />
somoga pengantin diberkahi Allah.<br />
<br />
Bila masak duku di balai<br />
buah dedap dibungkus upih <br />
kepada Bapak merestui mempelai <br />
kami ucapkan terima kasih.<br />
<br />
<br />
<br />
Jemputan majlis yang mulia<br />
<br />
Bapak-bapak, encik-encik, tuan-tuan dan puan-puan Yang berbahagia.<br />
<br />
Lebatlah batang padi jerami <br />
lebat bersemai di dalam bakul <br />
amatlah senang di hati kami <br />
sampai niatpun lah terkabul.<br />
<br />
Mari mengukur kelapa tuan <br />
puding cermai dibuat lebat <br />
mari bersyukur kepada tuhan<br />
kedua penganten peroleh berkat.<br />
<br />
ibarat berjalan sudah sampai ke batas, ibarat berlayarlah sampai ke pulau, ibarat meniti lah sampai ke ujung, umpama memanjat sudah sampai ke pucuk<br />
<br />
namun dari pada itu jemputan majlis yang mulia, entah kami tersalah tegur dengan sapa, tersalah duduk dan letak, tersalah tersalah tikat yang kami bentang, tersalah letak dan susun, mungkin nantinya nasi salah tanak, sambal mungkin kurang asam garamnya, atau kurang serba satunya atas walimahtur’urusy mohon maaf yang sebesar-besarnya.<br />
<br />
Pisang emas bawa berlayar <br />
masak sebiji di dalam peti <br />
hutang emas boleh dibayar <br />
hutang budi dibawa mati<br />
<br />
orang teluk pergi ke daik<br />
tuanku imam berjubah dalam <br />
yang elok bertambah baik<br />
yang buruk kita tanam dalam-dalam<br />
<br />
<br />
Yang keruh kita buang kelaut,<br />
yang semak kita buang ke rimba,<br />
yang buruk kita kuburkan.<br />
begitulah mohon maaf kami seisi rurnah yang menanti<br />
<br />
Kilang bernama si Putri Tujuh<br />
kilang mengolah memasak minyak<br />
kami menyusun jari sepuluh <br />
silaf dan salah maaf diperbanyak.<br />
<br />
Tepung tawar berakhir sudah<br />
pertanda acara berakhir pula <br />
andai kata silaf dan salah <br />
maafkan hamba sebagai pembawa acara <br />
<br />
<br />
NASEHAT<br />
<br />
Kepada anaknda berdua ...................................... Rumah tangga adalah kehidupan yang harus dimuliakan, dipelihara dan diutamakan, karena di sinilah lahirnya anak cucu dan keturunan, di sini pula diwariskan nilai-nilai luhur dan norma-norma sosial yang kita junjung tinggi, karenanya rumah tangga, harus dipertahankan sebagai tempat yang membawa kedaiam, kenyamanan dari kebahagian, baik bagi penghuninya maupun bagi masyarakat sekitarnya, demikian wujud keluarga sakinah, tuah keluarga adalah rumah tangga bahagia.<br />
<br />
Maka dari itu kepada keduanya hendaklah<br />
Tahu akan beban nantinya, baik isteri maupun suami<br />
<br />
Tahu hidup memang wakil <br />
Tahu alur dengan patutnya <br />
Tahu salah dengan silihnya<br />
<br />
Suami tahu dengan fungsinya<br />
Isteri tahu dengan tugasnya<br />
<br />
Suami tahu pula kedudukannya dalam rumah tangga<br />
Isteri tahu pula dimana tempat tegaknya.<br />
<br />
Adat hidup berumah tangga <br />
pahid dan manis sama dirasa <br />
kasih dan sayang tiada terhingga <br />
kemana pergi seiya sekata<br />
<br />
Adat hidup suami isteri <br />
Pandai-pandai membawa diri <br />
tahu memegang berbagai hati <br />
tahu mengalah bertahan diri<br />
<br />
<br />
<br />
mana yang salah lama dibaiki <br />
mana yang kurang sama diisi <br />
mana yang hilang sama dicari <br />
tutus ikhlas sama di hati<br />
<br />
Bersuami isteri hendaklah rukun<br />
dalam bekerja samalah tekun <br />
hidup bersama tuntun menuntun <br />
saling mengasihi dan ......................... <br />
<br />
mana yang berlubang sama ditimbun <br />
mana yang putus sama ditampun <br />
mana yang berserak sama disusun<br />
<br />
Bersuami isteri janganlah gamang <br />
bulatkan hati janganlah bercabang <br />
Bekerja jangan alang kepalang<br />
hadapi hidup dengan hati yang lapang <br />
<br />
Bersuami isteri wajiblah taqwa <br />
mengikuti syarak berserta sunnah<br />
<br />
Taat beribadah kepadanya Allah <br />
supaya hidup memperoleh berkah <br />
sesudah matinya mendapatkan rahmah<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
PANTUN ANTAR BELANJA<br />
<br />
Pria : Orang memakai kain tenunan <br />
Diberi corak warnanya permai<br />
Assalaamu’alaikum puan dan tuan <br />
Kami datang beramai-ramai<br />
<br />
Wanita : Kuntum merekah bunga setaman <br />
Baunya lembut menyegarkan hati <br />
Wa’alaikumsalaam puan dan tuan <br />
Kami menyambut berputih hati<br />
<br />
Kalau tuan ke kota Melaka<br />
Singgah bermalam di kota Pahang<br />
Kalau boleh saya bertanya<br />
Apa hajat tuan dan puan datang bertandang<br />
<br />
Pria : Sungai Kampar suangai bertuah<br />
Air mengalir dari Bukittinggi<br />
Kedatangan kami membawa madah <br />
Tersebab ingin menepati janji<br />
<br />
Pergi berdagang ke Singapura <br />
Mesjidnya indah sangat terkenal<br />
Kalau saya boleh bertanya <br />
Tuankah agaknya wakil tuan rumah ?<br />
<br />
Wanita : Bukittinggi rumah adatnya <br />
Banyak gunung beserta lembah <br />
Pandai sungguh tuan bertanya <br />
Memang sayalah wakil tuan rumah<br />
<br />
Lancang Kuning judul cerita<br />
Dikenang orang sepanjang zaman <br />
Bismillahhirrahmaanirrahiim pembuka kata <br />
Perundinganpun dapat kita mulakan <br />
<br />
Pria : Pagaruyung berkait dengan Melayu <br />
Empunya cerita zaman bahari <br />
Kalau dah tuan kata begitu <br />
Kami terima dengan senang hati<br />
<br />
Dari Riau ke Sumatera Barat<br />
Bercampur adat jadi sepadan <br />
Menggantang kembaga menjunjung adat <br />
Sirih di tepak kami suguhkan <br />
<br />
(Pihak Pria Menyerahkan Tepak Sirih kepada <br />
Pihak Perempuan)<br />
<br />
Adat orang zaman dahulu <br />
Mengupas Pinang denganlah kacip <br />
Sirih setepak disuguhkan dulu <br />
Sudilah tuan untuk mencicip<br />
<br />
(Pihak Perempuan Menerima dan Mencicipi Sirih dengan diberikan pada semua kaum kerabat yang ada)<br />
<br />
<br />
Wanita : Kupaslah pinang dengan kacip <br />
Setelah dikupas lalu dimakan <br />
Sirih tuan dahpun kami cicip <br />
Rasanya manis menyegarkan badan<br />
<br />
Tepak sirih kami pula kami ulurkan <br />
Tolong diterima duhai tuan bestari <br />
Dengan kerendahan hati kami silahkan <br />
Ciciplah pula sirih kami ini<br />
<br />
(Pihak Wanita Menyerahkan Tepak Sirih kepada Pihak Pria)<br />
<br />
Pria : (Pihak Pria Menerima dan Mencicipi Sirih dengan diberikan pada semua kaum kerabat yang ada)<br />
<br />
Alhamdulillah kami sampaikan<br />
Kepada tuan dan puan majelis sekalian <br />
Sirih diulur telahpun kami rasakan <br />
Rasanya manis tiada bandingan<br />
<br />
Wanita : Bintang di langit si bintang sakti <br />
Cahayanya bersinar terang benderang<br />
Silalah tuan sampaikan maksud di hati <br />
Kami dengarkan dengan hati yang senang<br />
<br />
<br />
Pria : Pandainya orang membuat kelamai <br />
Bahannya pulu gula dan santan <br />
Kami datang beramai-ramai <br />
Membawa seperangkat barang hantaran<br />
<br />
Wanita : Kalau tuan pergi ke pekan<br />
Belikanlah kami kerang dan lokan <br />
Kalau itu yang tuan hajatkan <br />
Kecil telapak tangan nyiru kami tadahkan<br />
<br />
Pria : (Menyerahkan Hantaran dengan Menyebutkannya satu persatu - terakhir menyerahkan bunga rampai sambil berpantun)<br />
<br />
Bagaikan mengukir di atas air<br />
Badan penat tak ada buktinya <br />
Bunga rampai syarat terakhir<br />
Pelambang hidup berperesam berperasa<br />
<br />
Wanita : Berjalan kaki ke luar kota<br />
Penat berjalan naik kereta<br />
Pelambang hidup berperesam berperasa <br />
Adat kehidupan manusia di dunia<br />
Pria : Lumba-lumba nama ikannya <br />
Berenang sampai ke Indrapuri <br />
Segala macam yang kami serahkan <br />
Semoga tuan bersenang hati<br />
<br />
Kain cindai baju melayu<br />
Dipakai bujang masa yang lalu <br />
Supaya sesuai janji dahulu <br />
Eloklah tuan tengak satu persatu<br />
<br />
Wanita : Riau adanya di pulau perca<br />
Nama diberi putra mahkota <br />
Sudah ditengok ditilik periksa<br />
Tak ada yang kurang cukup semua<br />
<br />
Raja bersantap dihari senja<br />
Makan bersama putra mahkota <br />
Hantaran tuan telah kami terima<br />
Kan kami sampaikan pada yang empunya<br />
<br />
Pria : Anak-anak bermain sepak raga <br />
Nelayan melaut memakai sampan <br />
Sesuai dengan adat dan lembaga <br />
Hajat sudah kami sampaikan<br />
<br />
Kalau ada jarum yang patah <br />
Jangan disimpan di dalam peti <br />
Kalau ada silap dan salah <br />
Maafkan kami rombongan laki-laki<br />
<br />
Wanita : Pekanbaru kota bertuah <br />
Bangunannya elok berdiri megah <br />
Antaran belanja selesailah sudah <br />
Lanjutkan acara akad dan nikah<br />
<br />
Azanpun sudah dikumandangkan<br />
Mari bergegas tegakkan sholat <br />
Acara akad nikah kita mulakan <br />
Tuan dan puan silahkan mengambil tempat<br />
<br />
Acara hantaran berakhir sudah <br />
Keluarga berhimpun beramah tamah <br />
Kalau layanan kami terasa salah <br />
Maafkan kami selaku tuan rumah.<br />
<br />
+++++++++++++<br />
<br />
(Acara Akad Nikah di pandu oleh MC)</div><form><div class="MsoNormal"><span style="display: none;"><input name="charset_test" type="hidden" value="€,´,€,´,水,Д,Є" /></span><span style="display: none;"><input name="post_form_id" type="hidden" value="aad7dc1e967a3e37dd1acf85b21342b2" /></span><span style="display: none;"><input name="fb_dtsg" type="hidden" value="otbny" /></span><span style="display: none;"><input name="feedback_params" type="hidden" value="{" /></span></div></form><div class="MsoNormal"> Ditulis oleh Taslim Prawira MA</div>Bangasbersorakhttp://www.blogger.com/profile/08173480353200813293noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-730155195857107016.post-83774272409119474722010-12-01T16:29:00.000+07:002010-12-01T16:29:37.431+07:00SUMBANGSIH MASYARAKAT DESA BANDUL DALAM MEMBANGUN PENDIDIKAN<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-OREv3_4aRsWFYx6V45MK2vuDwdLUNLovrAcVd9_04vcbvW5XbZuMr962VDJ3kh6kKibEbDqb3jtXfHMT9f2y3vgV8ztRhwnfdN0fymQsGo_0mQ7SWirfaQjmiS7fQf_gdxIUnWPJDnsj/s1600/bandul1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="221" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-OREv3_4aRsWFYx6V45MK2vuDwdLUNLovrAcVd9_04vcbvW5XbZuMr962VDJ3kh6kKibEbDqb3jtXfHMT9f2y3vgV8ztRhwnfdN0fymQsGo_0mQ7SWirfaQjmiS7fQf_gdxIUnWPJDnsj/s320/bandul1.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Madrasah ini sudah memiliki tingkat dari setingkat SD samlai SLTP. baru baru ini dibuka kelas untuk Taman Kanak Kanak dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) semuanya sawadaya..MasyaAllah..</i></td></tr>
</tbody></table><i>Sekampung tolong menolong – sedusun tuntun menuntun - sedesa seiya sekata – sebangsa saling merasa.</i> <br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Peran masyarakat Desa Bandul dalam membangun pendidikan dan sumberdaya manusia (SDM) sangat petut dihargai. Salah satunya, sejak puluhan tahun lalu, secara swadaya, telah mendidikan pendidikan non formal yang saat ini berubah menjadi sekolah formal. Salah satunya mendidirikan Madrasah Darul Huda Bandul.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Gambaran singkat pendidikan Darul Huda Bandul yang dibangun oleh para pendiri dan tokoh masyarakat yang sangat konsen dengan pendidikan, menumbuhkan realitas umat yang sangat relevan dan ditunggu – tunggu masyarakat Islam di Desa. Para pendiri seperti H.Dimyati (alm), Imam Mahmud ( kelahiran Singapura ) H.Ihsan (alm) ( Imam & Siak Masjid raya Mujahidin ) dan dilanjutkan oleh Ustaz Sufni Bin Yamin, Ustaz Sidik bin H.Abd Qadir (alm), dimasa era 50-an memang Desa Bandul cukup banyak yang bermukim dan berasimilasi dengan penduduk setempat yang notabenenya adalah suku Melayu, Cina, Jawa, suku asli , sehingga penduduk saling menghargai dan menghormati antara sesama penduduk. Sekampung tolong menolong – sedusun tuntun menuntun - sedesa seiya sekata – sebangsa saling merasa</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
Madrasah Darul Huda yang berdiri dari semenjak tahun 1960 sampai sekarang banyak perkembangan antara lain priode pertama hanya Madrasah diniyah berlanjut ke Madrasah Diniyah Awaliyah, setelah itu Taman Pendidikan Alqur’an dan mengembangkan kurikulum.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
• Pondok pesantren</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">• Tulisan memakai arab melayu</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">• Tidak pakai rapor tetapi dengan Imtihan </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
Menyerahkan titipan Instiawati Ayus ,SH,MH kepada tokoh Desa Bandul <br />
Sesuai dengan perkembangan masa anak didik dari Madrasah Diniyah Darul Huda yang melanjutkan di Pondok Pesantren Termas Jawa Timur pulang (Ustz. Masri Ismi dan Marfu’atin) dan anak Desa Bandul yang belajar di IAIN Susqa Pekanbaru ( TaslimPrawira ) berkumpul dan berinteraksi dengan guru – guru lainnya seperti Ustaz.Teguh bin Yamin , Ustaz.Sahlan bin Mispani, Suhadi, Ustazah Sri Dewi, bersiap ingin melanjutkan dari Diniyah ke Madrasah Tsanawiyah Darul Huda dengan mengambil murid SD Desa Bandul dan Desa Selat Akar yang juga ada tautannya dari masyarakat Bandul. Sekarang Madrasah Tsanawiyah Darul Huda memakai kurikulum Departemen Agama R I. dan tahun 2009 sudah ada Taman Kanak – Kanak Kasih Ibu yang dipipmpin Siti Asriah,SAg dan Drs,Taslimprawira,MA bersamaan Sumarni, Amd sebagai pemimpin Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kasih Ibu. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifJfIX6tPj1LJkDkWVwrOpZv0BMCyYr8xP2oEBYe3ZtWf3lFD3rXHcrO_5Pxw_O01Pcqzv5xdtTwqT5w38hyEUXH86sVaY1ZwhgYxxtB_7O8z-y09GpboImf-TZiRe_to8jF8TJUn3Azgb/s1600/bandul2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="206" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifJfIX6tPj1LJkDkWVwrOpZv0BMCyYr8xP2oEBYe3ZtWf3lFD3rXHcrO_5Pxw_O01Pcqzv5xdtTwqT5w38hyEUXH86sVaY1ZwhgYxxtB_7O8z-y09GpboImf-TZiRe_to8jF8TJUn3Azgb/s320/bandul2.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mendirikan TK dan PAUD di kampung-kampung seperti ini bukan tugas mudah. Salah satunya masyarakat belum paham benar pentingnya pendidikan untuk anak-anak yang berada di usia pertumbuhan emas ini penting. Mereka pengasuh sangat berjiwa besar mau mendidik anak anak sekaligus memberikan kepercayaan kepada masyarakat agar mau menyekolahkan anaknya saat usia dini.Sekali lagi ini perleu kerja keras, cerdas dan ikhlas.</td></tr>
</tbody></table><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifJfIX6tPj1LJkDkWVwrOpZv0BMCyYr8xP2oEBYe3ZtWf3lFD3rXHcrO_5Pxw_O01Pcqzv5xdtTwqT5w38hyEUXH86sVaY1ZwhgYxxtB_7O8z-y09GpboImf-TZiRe_to8jF8TJUn3Azgb/s1600/bandul2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br />
</a></div><br />
Sekarang alumni dari Madrasah diniyah dan MTs Darul Huda Bandul banyak bertebaran diberbagai bidang seperti Kusno Bin yusuf di MABES TNI Jakarta ,Mizan Fatoni ( Lurah Batuaji Batam ) TaslimPrawira (Da’I Dewan Dakwah Pusat/MUI Riau ) Ali bin Kadir ( DPRD Bengkalis ) Eka Tulus ( Bank Riau ) Drs.Sayuti Suwardi ( Da’I IKMI Kota Pekanbaru ) Yuyun Untung Abdullah ( Kantor Bupati Bengkalis ) Sulaiman ( Mantan Lurah Sukamulia Pekanbaru )</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
Kini Desa Bandul dalam infrastruktur sudah cukup menggembirakan seperti listrik untuk tiga Desa ditempatkan di Desa Bandul seperti jalan poros yang menghubungkan antar Desa sudah siap di seminisasi dan terakhir jembatan penghubung dua Desa antara Desa Bandul dan Desa Selat akar sudah siap pakai untuk dilaui masyarakat dan anak – anak sekolah , yang dahulunya menaiki sampan Ustaz.Abdul Haris,SAg Pembimbing muallaf dengan Suprapto Redaktur Bangasbersorak blogspot.com.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
B.Potensi lahan pertanian.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Penyebaran jenis tanah didaerah Riau umumnya mengikuti penyebaran formasi fisiografi dimana pada daerah – daerah yang relative tinggi pada wilayah formasi lipatan (folds ) dijumpai jenis tanah Padzolik merah kuning yang dibeberapa tempat terdapat dalam komleks dengan Latozol dan Litazol.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
Komplek tanah ini seluruhnya meliputi lebih dari 30 % luas tanah. Didataran rendah sepanjang pantai , diantara aliran sungai – sungai seperti Sungai Selat Akar umumnya dijumpai tanah - tanah gambut atau tanah yang banyak mengandung bahan organic, sedangkan di sepanjang aliran sungai umumnya didapati formasi – formasi tanggul alam dengan tanah alluvial dan gleyhumus.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4asB6Emuo9sNVQXuoS5ghEvOs5pufZWLlv94tivPg8SpFGVVc8suaizERxUrn665cs6GivarBjynywSCs28AF-Rn-NBQsZ_oI8Ce3kDuMf2r42U7ropwLSN9fzmWOZC6_cCo8LpLY_KAV/s1600/bandul3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4asB6Emuo9sNVQXuoS5ghEvOs5pufZWLlv94tivPg8SpFGVVc8suaizERxUrn665cs6GivarBjynywSCs28AF-Rn-NBQsZ_oI8Ce3kDuMf2r42U7ropwLSN9fzmWOZC6_cCo8LpLY_KAV/s320/bandul3.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Taslim Prawira, saat memberikan pengabdian kepada masyarakat </td></tr>
</tbody></table><br />
Di daerah antara aliran sungai pada dataran pantai seperti pantai Bangas ( Lihat situs Bangas bersorakBlogspot) yang selalu atau hampir selalu tergenang air membentuk rawa cekung, karena lingkungan yang selalu berair, sisa – sisa makanan yang ada tidak dapat melapuk dan membentuk gambut topogin yang kaya mineral.diujung bangas pasir laut dan lumpur semakin tahun meninggi kepermukaan yang melahirkan dangkalnya permukaan air di ujung tanjung bangas di mungkinkan dalam kurun ratusan tahun yang akan datang dapat bersatunya tepian pantai ini.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
Dalam perkembangan selanjutnya lapisan gambut ini makin lama makin tebal ( embrogi) sampai kedalaman 10 m , gambut ini kurang mempunyai unsure – unsure hara ( kurang mineral ) oleh karena itu kurang sesuai pula untuk pengembangan pertanian yang go internasional.( nasib )</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
Dari jenis tanah penyebarannya di daerah pesisir sangat beragam seperti assosiasi organosof dan Gley Humus dari bahan endapan = O,Ha- P/A , penyebarannya didataran pantai di Pulau Rupat ,Bengkalis , Bandul P.Padang , Kateman dan Indragiri dengan bentuk wilayah datar , agak cekung , sebagian besar berawa di dirumbuhi hutan – hutan rawa , bakau , nipah dan lainnya. Adapun tanah bereaksi sangat masam , zat organic dan N tinggi, P 2 O5 ,C a O dan MgO sangat rendah cadangan mineralnya tipis sekali .<br />
<br />
C.Potensi iklim</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
Pada dasarnya Riau beriklim tropic karena dipengaruhi oleh dua iklim laut .Dalam bulan April – Juni – agustus, matahari terdapat dibelahan bumi utara dan angin bertiup dari arah Tenggara ,sebaliknya dalam bulan Oktober – Desember _Pebruari , matahari terdapat dibelahan bumi selatan dan angin bertiup dari arah Barat laut, Matahari terdapat disekitar khatulistiwa pada preode bulan September , garis khatulistiwa ini melintasi Tanjung Datuk di Indragiri dan Lipat kain di Kampar Kiri dan tempratur rata – rata sepanjang tahun adalah 28 derajat selsius perbedaan antara tempratur terpanas dengan tempratur terdingin tidak menyolok dan mengenai curah hujan di Riau rata – rata sekitar 2.000 – 3000 mm setahun.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
D. Sektor perkebunan</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
Perkebunan yang ada di pedesaan memang untuk kurun waktu 20 tahun sekarang cukup memperihatinkan bagi masyarakat setempat sehingga sector ini harus ada solusi dalam membangun potensi Desa kedepan seperti kegiatan peremajaan .</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
• EKSTENSIFIKASI</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">• DIVERSIFIKASI</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">• REHABILITASI </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
Usaha tersebut bertujuan untuk meningkatkan produksi , peningkatan dan pemerataan pendapatan petani, meningkatkan daya saing yang kondusif , sisi lain usaha peremajaan adalah pengganti tanaman yang sudah tidak produktif lagi dengan tanaman baru dengan bibit unggul seperti karet menurut pantaun dan investigasi karet yang di takik/toreh ini sudah berumur 50 an tahun dan pemakaian intensifikasi dan rehabilitasi merupakan usaha untuk meningkatkan produktifitas tanaman dengan memanfaatkan teknologi tepat guna termasuk memanfaatkan segala sarana produksi.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
Kegiatan intensifikasi dan rehabilitasi sekama ini masih diwilayah penyuluhan belum sampai ketingkat oprasional , sedangkan diversifikasi adalah penganekaragaman tanaman dalam usaha tani masyarakat .</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
Pengembangan kerjasama yang serasi antar perkebunan besar dengan perkebunan rakyat itu harus disandingkan di wilayah Desa Selat Akar yang masih cukup luas ,setelah pelarangan illegal loging berhenti .karena dengan kemitraan usaha untuk meningkatkan produksi dan sekaligus meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani harus didahulukan dari pada keuntungan perusahaan . majulah Desaku – majulah negeriku <br />
<br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kesimpulan</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
Setelah melihat dari tetesan nukilan itu maka konklusinya adalah ;</div><ol start="1" style="margin-top: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Jangan berpangku tangan </li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Anak – anak wajib sekolah </li>
</ol><form><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="display: none;"><input name="charset_test" type="hidden" value="€,´,€,´,水,Д,Є" /></span><span style="display: none;"><input name="post_form_id" type="hidden" value="aad7dc1e967a3e37dd1acf85b21342b2" /></span><span style="display: none;"><input name="fb_dtsg" type="hidden" value="otbny" /></span><span style="display: none;"><input name="feedback_params" type="hidden" value="{" /></span></div></form><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div>Bangasbersorakhttp://www.blogger.com/profile/08173480353200813293noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-730155195857107016.post-53475801465258785082010-11-29T16:17:00.001+07:002010-12-01T16:11:20.941+07:00TOKOH PEJUANG KEMERDEKAAN WILAYAH PINGGIRAN DESA BANDULPURNAWIRAWAN JOHAN ( YAU PING )<br />
Disusun Oleh.Drs.Taslim Bin Misdan,MA<i> </i> <i> </i><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUtRk7iLAF9jq_gKUHuRctrfPx5MIU2X9xmj9xzCXVAfo9oBmQWzndOIKouY7UiNbKfFMZzEulGazT8WdCupfskcWi81BqhpovnJFjAJgt_RAcb2jhmNe-84WLnwBv2TbuZpKPD_0WUCa9/s1600/johan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUtRk7iLAF9jq_gKUHuRctrfPx5MIU2X9xmj9xzCXVAfo9oBmQWzndOIKouY7UiNbKfFMZzEulGazT8WdCupfskcWi81BqhpovnJFjAJgt_RAcb2jhmNe-84WLnwBv2TbuZpKPD_0WUCa9/s320/johan.jpg" width="216" /></a></div><i><b>Purnawirawan Johan ( Yau Ping )</b></i><br />
<div style="text-align: justify;"><i> “……Dibibir pantai yang ditumbuhi oleh pohon api – api dan mangrove, diri ku berjalan tanpa beban. Hari itu Ahad,13 September 2010. Ku dengar suara ombak sedang membasuh pantai yang membuat angin semilir mengembus rasa dingin di tubuh. Di pagi yang mendung diiringi petir dan kilat, saat itulah aku menuju rumah seorang tokoh pejuang di Bandul. Rumahnya kokoh terbuat dari kayu punak. Rumahnya sepertihalnya rumah kebanyakan, bertingkat, karena digunakan sebagai tempat penakaran wallet juga, wajar saja, diatasnya sahut – sahutan suara kerumunan burung wallet ( burung layang – layang kata Malaysia, red) menyilang terbang dengan suara yang kicauannya sangat khas. Aku melangkah ke depan pintu </i><b><i>Purnawirawan Johan</i></b><i> ( Yau Ping), tokoh pendidik dan pergerakan Kemerdekaan Indonesia di Wilayah Pingggiran. Jasanya patut dikenang, kini di tinggal di Desa Bandul Kecamatan Merbau Kabupaten Meranti .</i></div><div style="text-align: justify;">Ia cukup bersahaja, wajahnya bersih dan tampak tegar. Sosok kharismatik yang lahir 10 September 1926 di Desa Sekodi, Bengkalis ini masih saja merekam perjuangan yang dilakukannya saat membela tanah air. Kini, sejak tahun 1940 an lalu, sudah bermukim di Desa Bandul, disinilah ia mengabdikan diri kepada masyarakat, nusa dan bangsa.</div><div style="text-align: justify;">Saat aku mewawancarainya, ia memaparkan beragam jejak rekamnya itu, ia masih ingat benar, jiwa patriotiknya serasa menggebu-gebu. Padahal ia sudah berumur kurang lebih 84 tahun . “Perlu Ananda ingat, cerita orang-orang tua–tua dulu, tahun 1920-an, Kampung Bandul ini, pernah dijadikan oleh Belanda untuk menempatkan pesawat tempurnya tanpa landasan aspal tetapi landasan tanah , lokasinya di Lending (sekarang di bangun Sekolah Dasar ) namanya Lending, diambil dari kisah <i>lending</i>-nya pesawat pengintai Belanda di wilayah perbatasan dengan Malaysia yang dikuasai oleh Inggris dan Portugis,” katanya kepada ku, sayapun termangu – mangu mendengarnya.</div><div style="text-align: justify;">Ia menceritakan, dahulu ia aktif di Dinas Kemeliteran TKR (Tentara Keamanan Rakyat ). Kala kala itu, komandannya adalah Joni Ishawan. Namun, sang komandan tidak diketahui sampai sekarang keberadaanya. Ia hilang dalam pertempuran , maka Purnawirawan Johan pun langsung dibawah komandan Subrantas (Mantan Gubernur Riau ). Sejak saat itu, Purnawirawan Johan memang ia tidak di tempatkan di medan lapangan tempur. Ia dan dan beberapa kawan –kawannya di tempatkan di bidang logistik peperangan. Seperti menyiapkan peluru dan senapan, makan minum perajurit. Dan mencari bantuan sampai ke Singapura untuk menambah pasokan senjata. Ini dilakukan dengan menggunakan sampan layar. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pernah suatu ketika, saat membawa perlengkapan senjata ini. Usahanya diketahui Belanda, dan ia pun ditengah laut, di serangan bertubi – tubi oleh tentara Belanda. Saat itu ia menyelamatkan diri ke sampai ke daerah Mengkapan, Siak Sri Indra Pura. Kala itu ia bergabung dengan Letnan Muda Syarif , di markas BPKN ( Badan Penyelidik Keamanan Negara ) .</div><div style="text-align: justify;">“Banyak suka dan duka,”.katanya “Kami alami bersama komandan Joni Ishawan dan Komandan Subrantas untuk membela tanah air Republik Indonesia (NKRI ). Kami bahagia dengan apa adanya,” ujarnya.</div><div style="text-align: justify;">Sejak usai perang, ia memulai usaha kecil – kecilan. Ini ia lakukan sampai hari ini. “Anandakan pernah juga menjadi bahagian kedai ini kan,” tuturnya. Maksudnya ia mengatakan itu, waktu itu saya masih sekolah SD dan SMP di Bandul, sebulan sekali atau 15 hari sekali ke kedai beliau, beliau menjadi toke karet atau getah. Ayah saya Misdan dan Ibunda saya Hindun, selalu menyetorkan hasil karet ke rumah Purnawirawan Johan ( Yau Ping ) untuk ditukarkan keperluan hari – harian, seperti beras , cabe,minyak tanah, minyak goreng, sabun,gula dll. Saya pun ingat, waktu itu harga getah Rp20 ( dua puluh rupiah ) per kilogramnya.</div><div style="text-align: justify;">Pada tahun 1957, Purnawirawan Johan , pernah mengikuti Pendidikan Guru, Salah satunya gurunya adalah H. Abdullah di Bengkalis pada 1940, dan mengikuti Khursus Pengetahuan Umum ( KPU-A ) dengan ikatan Dinas selama tiga tahun, dan ujiannya di Jogjakarta .</div><div style="text-align: justify;">Setelah mardeka. Sejak tahun 1957 ia menetap di Desa Bandul, membantu mengajar tempat belajarnya di Dusun Lending –Bandul di Pendidikan Buta Huruf (PBH) melingkupi wilayah Bandul , Mengkirau, Kudap dan Dedap. Karena masa tugasnya selesai, ia pun kembali kemasyarakat sampai hari tua sekarang. Tapi semangat berdagangnya juga tak pernah surut, walaupun melihat umur senja seperti ini ia masih menjalankan usaha kedai harian. “Saya tak mau diam dan tak mau santai- santai,” katanya.</div><div style="text-align: justify;">Ini contoh bagi generasi muda dan kita seluruhnya. Yang menarik bagi saya adalah disamping rumahnya ada penangkaran wallet yang bertingkat tiga, berdampingan dengan rumah pribadinya yang berada bibir pantai pelabuahan Bandul .</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilK6kjH-OZaAoYRmsCDUjsjkEQuVXp82KV-FlYp8SIIFZazuwyHAB0FZq5VWA6Yg2MLs7jdqsld7Yh6DabPkVPbG3GuZvnttq5G2eoa4XSaEa4TPFdJVUGUigoI4uKyViZdGVAIeArCWGJ/s1600/johan1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilK6kjH-OZaAoYRmsCDUjsjkEQuVXp82KV-FlYp8SIIFZazuwyHAB0FZq5VWA6Yg2MLs7jdqsld7Yh6DabPkVPbG3GuZvnttq5G2eoa4XSaEa4TPFdJVUGUigoI4uKyViZdGVAIeArCWGJ/s320/johan1.jpg" width="208" /></a></div><div style="text-align: justify;">Walaupun sudah menjadi purnawirawan TKR, jiwa nasionalisme sangat kuat untuk membantu pemerintahan Desa Bandul bersama Ke Ko Seng . Wi You KI yang pernah menyerahkan tanah untuk lokasi Sekolah Dasar dan Wi Te Ngo pendukung kemerdekaan di Desa Bandul</div><div style="text-align: justify;">Purnawirawan Johan ( Yau Ping ) juga di segani masyarakat karena kiprahnya begitu dekat dengan masyarakat Bandul tanpa pilih kasih , suku apapun ia layani dan masalah apapun ia selalu mencarikan solusi, terkadang uangpun ia rela keluarkan untuk kebaikan bersama . Dorongan dan motivasi Purnawirawan Johan kepada kepada generasi penerus dan masyarakat Bandul dan sekitarnya adalah minta untuk membuat persaudaraan Ikatan Keluarga Bandul dan sekitarnya baik di Batam, Pekanbaru, Bengkalis, Selatpanjang dll. Ikatan yang beorientasi secara sosial bukan politik praktis , jangan membeda- bedakan suku, dan bangsa atau etnis karena kita ada sama-sama berbakti untuk bangsa. “Mari kita majukan Desa Bandul seperti saudara Taslim ini, sesibuk apapapun ia sempatkan memikirkan Kampung,” tuturnya. (*)</div><div style="text-align: justify;">Jabatan yang pernah dembankan kepadanya</div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Ketua pendiri SMP Bandul tahun 1976</li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Seksi bimbingan P4 </li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Ketua Lembaga Masyarakat Desa 1975-1985 </li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Ketua Masyarakat Tiong Hua </li>
</ol><div style="text-align: justify;"><i><b>Liputan Ahad.13 September 2010 di rumah kediaman Purnawirawan Johan ( Yau Ping )</b></i></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>Bangasbersorakhttp://www.blogger.com/profile/08173480353200813293noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-730155195857107016.post-81839704777543649542010-11-13T18:59:00.002+07:002010-11-13T19:19:20.550+07:00Membaca Peluang Ekonomi Kabupaten Kepulauan Meranti<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjANZnqG-LhCRRuLT0HDJralLX-AO1GTgduc9cpyOkCIEiuLoue_qppb9Flv7oegIo8swyKkQdBrC-WLedAEHt0xPPImclA6yFudOlrFpJKH8uRp8ncUVRc1mW3NdK12BeiVdxBg-1krjzF/s1600/meranti.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br />
</a></div><i><span style="font-family: Arial; font-size: 9pt;">(Sebagai hinterland dan transito perdagangan)</span></i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjANZnqG-LhCRRuLT0HDJralLX-AO1GTgduc9cpyOkCIEiuLoue_qppb9Flv7oegIo8swyKkQdBrC-WLedAEHt0xPPImclA6yFudOlrFpJKH8uRp8ncUVRc1mW3NdK12BeiVdxBg-1krjzF/s1600/meranti.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjANZnqG-LhCRRuLT0HDJralLX-AO1GTgduc9cpyOkCIEiuLoue_qppb9Flv7oegIo8swyKkQdBrC-WLedAEHt0xPPImclA6yFudOlrFpJKH8uRp8ncUVRc1mW3NdK12BeiVdxBg-1krjzF/s1600/meranti.jpg" /></a></div><span style="font-family: Arial; font-size: 9pt;"> Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan salah satu kabupaten otonomi baru, dibentuk berdasarkan UU No 12/2009. Merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkalis, memiliki 5 kecamatan dengan luas mencapai 3.707.84 km2. </span> <br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial; font-size: 9pt;">Kabupaten termuda ini, secara geografis, berada di jalur pelayaran dan perdagangan internasional Selat Melaka di dua negara yakni Malaysia dan Singapura, serta secara alamiah sudah menjadi daerah hinterland kawasan Free Trade Zone (FTZ) Batam dan Tanjungbalai Karimun. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial; font-size: 9pt;">Posisi ini menjadikan peluang bagi Kabupaten Kepulauan Meranti dalam pengembangan potensi ekonominya ke depan. Sebagai garda terdepan untuk Provinsi Riau dalam membuat simpul ekonomi di kawasan pesisir.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial; font-size: 9pt;">Kabupaten Kepulauan Meranti bisa menjadi kabupaten yang memiliki peranan penting sebagai hinterland jalur strategis antara Provinsi Riau, Kepulauan Riau dan negara tetangga Malaysia dan Singapura. Dijadikan FTZ di dua kota di Kepri yakni Batam dan Tanjungbalai Karimun, setidaknya menjadikan kawasan ini salah satu penunjang FTZ tersebut, apalagi kawasan ini bisa menghubungkan jalur darat perdagangan dari Pulau Sumatera dan Jawa. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial; font-size: 9pt;">Untuk mewujudkanya, dengan posisi strategis sebagai kawasan interkoneksi, maka ke depan perlu ditunjang infrastruktur perhubungan yang memadai. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial; font-size: 9pt;">Selain pelayaran, yang perlu disiapkan adalah jalur transportasi darat. </span><span style="font-family: Arial; font-size: 9pt;">Pengembangan infrastuktur jalan darat menjadi alternatif penting untuk membuka isolasi daerah dan pulau-pulau di Meranti. <br />
<br />
Jika ini berhasil, maka akan terbuka juga interkoneksi jalan darat lintas provinsi antara Riau dan Kepulauan Riau. Jalan lintas provinsi dua kawasan ini memungkinkan untuk diwacanakan menjadi jalan nasional. </span><span style="font-family: Arial; font-size: 9pt;">Posisi yang strategis untuk membuka jalur lintas Riau dan Kepulauan Riau di masa yang akan datang. <br />
<br />
Sebenarnya, Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Provinsi Riau sudah mewacanakan untuk penyatuan Pulau Sumatera, melalui Meranti sebagai jalur penghubung antara Provinsi Riau dan Kepulauan Riau. Skenario untuk mempersatukan pulau ini sangat penting. Ini berdasarkan kondisi Meranti yang merupakan rangkaian pulau, dan satu-satunya jalan adalah menyatukan pulau,. <br />
<br />
Setidaknya di Meranti dibutuhkan pembangunan infrastruktur jembatan dengan total panjang 15.100 meter. Dengan asumsi perlu lima jembatan penyeberangan. Di antaranya; jembatan Sungai Rawa-Meng-kikip, panjang 5.500 meter; jembatan Kampung Balak-Meranti Bunting, panjang 2.200 meter; jembatan Insit-Bantar, panjang 3.500 meter; jembatan Ketapang-Pelantai, panjang 600 meter; jembatan Ketamputih (Bengkalis)-Dakal, panjang 3.500 meter.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial; font-size: 9pt;">Selain itu, interkoneksi pulau antara Riau dan Kepulauan Riau juga sudah ada. Melalui Desa Tanjung Samak di Pulau Rangsang dengan Tanjungbalai Karimun. Kawasan ini bisa dijadikan jalur lintas provinsi. Letak dua kawasan ini dekat. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial; font-size: 9pt;">Bahkan jalur transportasi laut dua kawasan ini sudah lancar. Skenario untuk membuka simpul Meranti akan memberikan dampak yang besar. Pasalnya, Kepri, satu sisi sudah terbentuk sebagai daerah tujuan investasi. Berbagai industri menjamur di Batam, Balai Karimun dan daerah daerah hinterland lainnya di Kepri. Sedangkan Riau, merupakan daerah yang sangat kaya akan material untuk berbagai kebutuhan industri.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial; font-size: 9pt;">Tersedia berbagai industri minyak dan gas (migas) dan energi fosil lain seperti batu bara. Tidak hanya itu, material lain juga banyak, seperti minyak nabati olahan sawit, kertas, dan hasil kebun lain, seperti kelapa, karet dan lain lain. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial; font-size: 9pt;">Dibukanya akses dua daerah ini, akan membuka simpul ekonomi baru yang kuat dan terpadu. Investasi jangka panjang yang mungkin membuat daerah ini lebih gemilang. Apalagi, Riau dan Kepulauan Riau sudah menjadi pusat pertumbuhan ekonomi (growth pole) dan menjadi pusat daya tarik (pole of attraction) untuk beragam kegiatan ekonomi.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial; font-size: 9pt;">Posisi penyatuan pulau-pulau di Kabupaten Kepulauan Meranti untuk interkoneksi menjadi simpul kunci. Memanfatkan peluang strategis potensi Kepulauan Meranti sebagai daearah hinterlend, akan menunjang posisinya sebagai daerah transito perdagangan. Mungkin ini juga alasan bupati pertama Meranti, Irwan Nasir menasbihkan visi misi pembangunan Kabupaten Meranti ke depan, untuk mewujudkan sebagai pusat niaga.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial; font-size: 9pt;">Setidaknya selama ini yang terjadi, jalur keluar-masuknya barang-barang perdagangan dari Kepulauan dan penetrasi barang luar negeri, banyak yang beredar di Meranti. Sebaliknya barang-barang yang masuk dari Sumatera Barat, Medan dan lain-lain yang masuk ke Kepulauan Riau sebagian masuk melalui Meranti. Kawasan ini secara alamiah sudah terbentuk sebagai kawasan transito perdagangan dan secara strategis berada di hinterland FTZ kawasan industri.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial; font-size: 9pt;">Memang, posisinya sebagai kabupaten yang berada di jalur lintas antar negara, memiliki beragam sensitivitas. Satu sisi, untuk peredaran barang ilegal memang sangat mungkin terjadi. Tapi sisi lain, keuntungan di jalur strategis adalah mudahnya melakukan penetrasi penyebaran arus barang dengan pasar yang terbuka. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial; font-size: 9pt;">Dua sisi yang ditentukan oleh kemampuan sumber daya manusia (SDM) di kawasan itu. Untuk itu berbagai strategi yang harus dilakukan pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti ke depan adalah: <br />
<br />
Pertama, menyiapkan SDM yang berdaya saing, yang mempu memanfaatkan potensi daerah dan mampu mengambil peluang untuk pemenuhan kebutuhan di kawasan industri. Kedua, mensinergikan pelaku usaha tempatan, agar menjadi enterprenuer yang lebih egaliter, mampu bersaing dengan produk luar serta mampu melakukan penetrasi usaha untuk kebutuhan pasar luar negeri dan daerah hinterland. <br />
<br />
Ketiga, mampu mengeksplorasi Sumber Daya Alam (SDA) dan potensi investasi di Kabupaten Meranti sebagai cara untuk akselerasi membuka isolasi dan jarak antara dua kawasan pertumbuhan ekonomi yakni Riau dan Kepulauan Riau.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial; font-size: 9pt;">Keempat, mampu mensinergikan peluang dan isu strategis posisi Kepulauan Meranti agar menjadi bagian kepentingan pembangunan ekonomi untuk kawasan Provinsi Riau, Kepulauan Riau dan kepentingan pembangunan ekonomi nasional. Usaha yang harus dilakukan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti memang tidak mudah. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial; font-size: 9pt;">Meskipun banyak potensi SDA yang belum tergarap, kondisi Kabupaten Meranti memang butuh pembenahan. Informasi yang dihimpun Balitbang Riau, dari data olahan tahun 2009, sekitar 26,56 persen infrastruktur jalan di Meranti yang baik, 8,22 persen kondisinya sedang, 41,87 persen mengalami kerusakan dan 23,35 persen mengalami rusak parah. Peta SDM, 41,78 persen tidak punya ijazah, 24,65 persen tamat SD, 14,22 persen tamat SLTP, 15,84 persen tamat SLTA, 1,93 persen, tamat D1-D3, 0,76 persen S1 dan 0,83 persen S2 dan S3. Kondisi penduduk, dari 45.559 jumlah rumah tangga, sekitar 15.876 atau sekitar 34,85 persen Rumah Tangga Miskin. Dan dari 73 desa dan kelurahan, 59 desa atau 80,82 persen kategori Desa Tertinggal.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial; font-size: 9pt;">Peta ini menggelitik kita, setidaknya selama ini, ketika isolasi pulau-pulau di Meranti masih sulit. Posisi Kabupaten Kepulauan Meranti terkepung dengan keterbelakangan. Salah satu cara strategis adalah, mengupayakan, membuka jalur interkoneksi dan isolasi jalur darat. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial; font-size: 9pt;">Ini untuk mimpi Meranti, sebagai pulau jantan, daerah hinterland FTZ yang strategis, dan memimpikan sebagai kawasan transito dagang yang riuh dan ramai. </span><span style="font-family: Arial; font-size: 9pt;">Semoga.***</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial; font-size: 9pt;"><i>Suprapto, alumni Universitas Riau, asal Desa Bandul, Merbau, Kepulauan Meranti.</i></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style="font-family: Arial; font-size: 9pt;">Saat ini aktif di Divisi Multimedia Riau Investment Corp (RIC). </span></i><i><span style="font-family: Arial; font-size: 9pt;">T</span></i><i><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt;">ulisan ini sebelumnya dipublikasikan di Riau Pos, Kamis (23/9/2010).</span></i></div> <span class="article_separator"><br />
</span>Bangasbersorakhttp://www.blogger.com/profile/08173480353200813293noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-730155195857107016.post-49849515657074245752010-09-16T14:19:00.000+07:002010-09-16T14:19:36.670+07:00Guci Cantik untuk Aksesori<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgznPQq-lLvEg-CDPLhCTwT6Kq5rEb6WIeo-SdVIH_fzl21nNt0gm7N2u55CekFpuEVFLpe3vHrhyphenhyphengaQPK9K_asV_iCxYA004JgNc19nGfzq8Uft7ZaO1FVg_G27083UroTsQFTVAQdt0k0/s1600/DSC03912.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgznPQq-lLvEg-CDPLhCTwT6Kq5rEb6WIeo-SdVIH_fzl21nNt0gm7N2u55CekFpuEVFLpe3vHrhyphenhyphengaQPK9K_asV_iCxYA004JgNc19nGfzq8Uft7ZaO1FVg_G27083UroTsQFTVAQdt0k0/s320/DSC03912.JPG" /></a></div><br />
Memburu aneka ragam bentuk keramik di Pekanbaru bisa dibilang sangat mudah. Di Pasar Bawah Pekanbaru, beragam bentuk keramik, umumnya dalam bentuk guci ditemui disini, hampir setiap toko menyediakan guci, inilah kekhasan pasar yang juga pasar tua di kota itu.<br />
Bukan rahasia lagi, guci merupakan aksesori interior rumah yang sudah dikenal sejah berabad-abad yang lalu, sampai sekarang, guci-guci keramik masih saja diburu. Mungkin saja, bentuknya yang elegan membuat guci sangat digandrungi. Apalagi, guci, menyimpan cerita histori yang bernilai, makanya, peninggalan guci yang umurnya uzur, harganya makin melangit. Daerah asal pengrajin guci, yang tersohor adalah dari China. Di negara itu, guci dijadikan perangkat kebesaran untuk kerajaan. Tapi, aksesori semacam itu bisa juga ditemui di Pekanbaru. <br />
<br />
Masuk saja di Pasar Bawah Pekanbaru, kita bakal disuguhkan dengan pemandangan berderet guci guci cantik berjejer. Ada beragam bentuk dan motif, dengan paduan warna warna yang unik, misalnya biru, coklat dan kuning dengan paduan warna yang disepadankan. Inilah yang menjadikan daya pikat untuk pengunjung yang datang. Aneka keramik ini, umumnya impor. Didatangkan dari China, Malaysia, Singapura, India, Turki dan Timur Tengah. ”Kalau guci umumnya didatangkan dari China, Barang-barang ini masuk melalui Singapura dan Batam, Kalau kita, ngambil-nya dari penyalur yang ada disini,” kata Herman, salah satu pedagang guci di Pasar Bawah Pekanbaru.<br />
Motifnya yang tersedia juga beragam, dengan berbagai bentuk dan ukuran. “Ada yang kecil, menengah, dan ada yang besar. Kita juga menyediakan per set, satu setnya terdiri dari 3-4 guci,” katanya lagi.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhu8Scdo_aMAsIMzr6yNF_gZ7cn3Hqep3uBpfV3jFwsWhYFSfhrV8TMF3Kuw5wfWjucjTmXdt7-JD_4G1FbzXWO67iuxNxNOX5QIe6jI5zVaUKbreIkFhuE44iUEVoNyOaI7LYtCPwr_0z_/s1600/DSC03922.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhu8Scdo_aMAsIMzr6yNF_gZ7cn3Hqep3uBpfV3jFwsWhYFSfhrV8TMF3Kuw5wfWjucjTmXdt7-JD_4G1FbzXWO67iuxNxNOX5QIe6jI5zVaUKbreIkFhuE44iUEVoNyOaI7LYtCPwr_0z_/s320/DSC03922.JPG" /></a></div>Guci-guci ini sangat cantik dijadikan aksesori interior rumah, bisa dipajang sesuai keinginan. Untuk interior ruang tamu, misalnya, ada guci-guci yang pas untuk di pajang di situ. Atau di ruang makan, kamar tidur dan ruang tengah untuk keluarga, guci guci ini bisa disesuaikan. Selain itu, jika punya hobi tertentu, beragam motif ini bisa dipajang ruang tertentu, untuk koleksi. Wajar saja, yang memburu koleksi guci ini bisa datang dari mana saja. Herman mengatakan, tak hanya dari warga Pekanbaru saja, tapi warga luar kota, dan luar propinsi banyak yang menyempatkan datang ke Pekanbaru, hanya untuk berburu guci. ”Banyak pengunjung yang mencari di sini datang dari daerah luar,” akunya.<br />
Kata Herman, kalau berburu guci, memang yang paling banyak di Pasar Bawah. Di tempat lain, tidak selengkap di pasar itu. “Kebanyakan memang disini pusatnya, karena dekat dengan penyalurnya. Kalau ada yang jual di luar, paling ngak seberapa,” terangnya. <br />
Pasar bawah, selain menyediakan aneka keramik guci, juga banyak menawarkan koleksi aksesoris menarik lainnya. Pasar ini memang dijadikan andalan sebagai pasar wisata oleh Pemerintah Kota Pekanbaru. Soal harga yang ditawarkan, bisa dibilang barang-barangnya relatif murah. Misalnya saja aneka ruci ini, untuk satu set guci, yang terdiri dari 4 guci, dibandrol Rp 250 ribu. Sedangkan untuk Guci tunggal besar, harganya berkisar antara Rp 150-200 ribu. “Kalau yang paling besar harganya paling Rp 900 ribu,” ujarnya. Wah, tunggu apalagi, coba saja mulai untuk mengoleksi. (*) <br />
Es Beno (bangasbersorak)Bangasbersorakhttp://www.blogger.com/profile/08173480353200813293noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-730155195857107016.post-45736208215913158762010-09-16T14:02:00.001+07:002010-09-16T14:02:40.494+07:00Menelusuri Pakan Baroe Death Railway<m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
Es Beno (Bangasbersorak)<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtzifbAQQzwU-Aen9hk51aqgQyQHd12g87ykJjZbWnBd6FnYyPM9hR2uAATKeQ2NdbxmQ5Pc62guTdmmoeJX8gYe_1SoXWPvcw0JPu1Gc94i6Iy6DaprVdJ0R0WSclYUOe403qIXV8x7lZ/s1600/DSC02476.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtzifbAQQzwU-Aen9hk51aqgQyQHd12g87ykJjZbWnBd6FnYyPM9hR2uAATKeQ2NdbxmQ5Pc62guTdmmoeJX8gYe_1SoXWPvcw0JPu1Gc94i6Iy6DaprVdJ0R0WSclYUOe403qIXV8x7lZ/s320/DSC02476.JPG" /></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Mungkin banyak yang tidak tahu, ada situs besar jejak pembangunan rel kereta api di Riau. Jalur rel yang memanjang dari Pekanbaru (Dulu disebut Pakan Baroe) ke Muara Sijunjung, Sumatra Barat, ini dibangun saat penjajahan Jepang. Namun kini nyaris tak berbekas. Hanya menyisakan cerita nestapa yang mengharukan. Sehingga kerap disebut “Pakan Baroe Death Railway”.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Seonggok monumen sederhana, peringatan matinya ribuan pekerja romusha berdiri di dekat pemakaman umum, Jalan Kaharuddin Nasution, Simpang Tiga, Pekanbaru. Monumen ini disebut Monumen Pahlawan Kerja, diresmikan pada 1978 oleh gubernur riau saat itu, HR Soebrantas. Tak jauh dari monumen, ada peninggalan lokomotif uap dengan nomor C 3322 berwarna hitam. Gerbongnya sudah tidak ada, relnya pun yang tersisa hanya pada penggalan sisa lokomotif saja.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Penggalan lokomotif ini, diletakkan di atas beton. Di bawahnya ada relief lukisan tentang kejamnya Jepang mempekerjakan romusha. Di atas penggalan lokomotif, ada monumen bertuliskan Pahlawan Kerja. Di antara hamparan kuburan, bercampur dengan kuburan massal yang tak bernama.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Monumen dan lokomotif ini punya cerita kuat. Lokomotif uap ini hanya sebagian peningggalan saja, rel keretanya nyaris tidak ada. Padahal dulu, daerah ini merupakan lintasan rel kereta api Pekanbaru-Muara Sijunjung. Kereta api zaman penjajah Jepang itu sempat pula beroperasi. Pengerjaan jalur lintasan kereta api sepanjang 220 kilometer ini, pada April 1943 sampai 15 Agustus 1945. <span lang="NO-BOK"></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="NO-BOK">Jalurnya dari Pekanbaru melewati Kampar Kiri, Lipat Kain, Kota Baru, Logas, Lubuk Ambacang sampai ke Muara Sijunjung, Sumatera Barat. Para romusha yang dipaksa mengerjakan proyek mercusuar ini, hanya menggunakan peralatan sederhana, lebih mengandalkan tenaga manusia. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggnidjqiBJcK3ErY8WMo9FUcZfSSQjmOZ9vECs_G5brVGoL1nP-flpT4Jkr0lpBFVhyzEIE9yA-6NGy4kF9tmhIHtgmAyZO5oDf9CcJRwTvwRkB-DVIjYvQ_3M_hSkK-2YMpX0evHjr1kI/s1600/Hovinga+Pakanbaroe+Map+1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggnidjqiBJcK3ErY8WMo9FUcZfSSQjmOZ9vECs_G5brVGoL1nP-flpT4Jkr0lpBFVhyzEIE9yA-6NGy4kF9tmhIHtgmAyZO5oDf9CcJRwTvwRkB-DVIjYvQ_3M_hSkK-2YMpX0evHjr1kI/s200/Hovinga+Pakanbaroe+Map+1.jpg" width="163" /></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="NO-BOK">Meski di Riau sendiri nyaris tak berbekas, ternyata monumen serupa juga diabadikan di Inggris. Bertuliskan ”The Sumatera Rail Way” di National Memorial Arboretum in Staffordshire, dan didirikan Agustus 2001 lalu. Ini untuk mengenang ribuan tentara POW (Prisoner Of War) yang tewas sebagai tahanan. Diabadikan dengan menunjukkan peta pengerjaan kereta api sumatera yang mematikan itu.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="NO-BOK">Diperkirakan, ada ribuan pekerja yang meninggal saat mengerjakan proyek kilat ini. </span><span lang="FI">Mereka terdiri dari romusha yang dikirim dari Jawa dan daerah lain, ditambah ribuan tawanan perang berkebangsaan Inggris, Belanda, Amerika dan Selandia Baru. Mereka diletakkan di sepanjang pengerjaan proyek pembangunan. Ada 16 kamp penampungan untuk para tawanan dan pekerja. Tersebar di beberapa titik, seperti Teratak Buluh, Lubuk Sakat, Sungai Pagar, Lipat Kain, Kota Baru, Tapoi, Petai Logas, Lubuk Ambacang, Sungai Kuantan, dan Muara. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJ-0Jd2dUgnBX8lzd6PaRFnmiurObvC2D8isL11rHYliXaEYurirJMUtQsAk-FyYVyFtqlCaNwRh-jCNd-e4vSr4nE0LeMDjFyeGCn-eg7scrsCx1JWevgrAZPCZAgLmLnogechoDqIvX2/s1600/DSC02537.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJ-0Jd2dUgnBX8lzd6PaRFnmiurObvC2D8isL11rHYliXaEYurirJMUtQsAk-FyYVyFtqlCaNwRh-jCNd-e4vSr4nE0LeMDjFyeGCn-eg7scrsCx1JWevgrAZPCZAgLmLnogechoDqIvX2/s200/DSC02537.JPG" width="200" /></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI">Tempat penampungan romusha yang dikenal dengan barak ini, konon hanya fasilitas seadanya untuk berteduh. Bahkan banyak kamp yang dibuat hanya beralaskan tanah, sehingga pada saat hujan tiba, kamp kamp tersebut berlumpur. Selain itu, persediaan makanan dan kesehatan untuk pekerja sangat tidak diperhatikan. Bahkan pekerja banyak yang hanya menggunakan pakaian sehelai. Beragam penyakit menghampiri, apalagi banyak pekerja yang kurus kelaparan dan meninggal di proyek jalur maut tersebut. </span><span lang="SV">Gambaran penderitaan ini sebagian terlukis di relief monumen, dibuat untuk mengenang kekejaman romusha Jepang.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="SV">Dirintis Belanda</span></b><span lang="SV"></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Pembangunan jalan kereta api ini sebenarnya sudah dirintis pemerintah Belanda, saat menjajah Indonesia. Karena medannya yang begitu sulit, proyek pembangunan itu urung dilaksanakan. Jepang kemudian mengetahui rencana tersebut, dan langsung merealisasikan saat menduduki Indonesia. Tapi, proyek ini digesa dengan cara yang ekstrim, mengerahkan ribuan pekerja paksa. Diperkirakan, saat mengerjakan proyek ini, setiap 1 kilometer menelan korban 1.295 jiwa. Bahkan diperkirakan total korban untuk mengerjakan proyek ini mencapai 285 ribu orang, termasuk korban dari para tawanan perang.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhh6Q7dz7bZ_KFpkl6Cc2RBm5fI8FB7XRnj5vfyT-ZoAZNsJ5xZMr1xdpZbMfuUbaEl-U70-EgIk5-fRytqThUmt8eHisTvWrVoymb4f1_V73IWRbokdWJbdD-GjGgyqyarH-3hdGDxqr4A/s1600/Start+pic.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhh6Q7dz7bZ_KFpkl6Cc2RBm5fI8FB7XRnj5vfyT-ZoAZNsJ5xZMr1xdpZbMfuUbaEl-U70-EgIk5-fRytqThUmt8eHisTvWrVoymb4f1_V73IWRbokdWJbdD-GjGgyqyarH-3hdGDxqr4A/s320/Start+pic.jpg" /></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Pembangunan rel kereta api ini bukan tanpa alasan, di tinjang dari potensi ekonomi, dua kawasan ini penting untuk dilengkapi infrastruktur, apalagi potensi dan letaknya yang strategis. Sumatera Barat kaya sebagai lumbung beras dan bahan bakar, sementara Riau kaya akan minyak bumi yang saat itu sudah mulai produksi. Di Riau terdapat dua pelabuhan besar yaitu pelabuhan Sungai Siak dan pelabuhan Dumai. Sungai Siak mampu dilayari kapal besar karena kedalamannya, sementara pelabuhan Dumai letaknya strategis bersepadan dengan Selat Malaka. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="SV">Melacak Jejak</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Sekarang, situs sejarah yang dikenal dengan </span>“Pakan Baroe Death Railway” <span lang="SV">ini nyaris tak berbekas. Hanya menyisakan beberapa peninggalan, berupa rel, gerbong dan lokomotif. Selain di Simpang Tiga (Pekanbaru), gerbong kereta juga pernah di temui di Kecamatan Sail (Pekanbaru), bahkan sampai sekarang ada juga di Lipat Kain (Kampa) dan rel kereta di Muara Sijunjung (Sumbar). </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Bagi pecinta petualangan, ini bisa menjadi destinasi wisata yang menarik. Menelusuri jejak peninggalan masa lalu yang nyaris tak berbekas. Hal ini sebenarnya pernah dilakukan wisatawan-peneliti asal Selandia Baru, yang menelusuri jejak moyangnya yang pernah menjadi POW dan korban proyek tersebut. Peta jalur rel itu hingga kini masih ada, tinggal menelusurinya, ala Indiana Jones yang mencari harta karun. Ada yang tertantang? (*)</span>Bangasbersorakhttp://www.blogger.com/profile/08173480353200813293noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-730155195857107016.post-11744363191807113602010-09-16T11:40:00.002+07:002010-09-16T14:59:22.808+07:00Musyawarah HKTI dan Asa Petani<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOsFOpoWt3eMSdxbC-WrM9Niitk9eWdiQmF-L9vy1_wA9WdMJPXgxBzcdGTfn7J8W1GiQDGTyShHmWlHCai_DxvvoDN8qMNdcb6vMS0UX_QNdWzpeewDtNkUdYlEA0-fdNEpb0olchcXS7/s1600/hand-turkey.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOsFOpoWt3eMSdxbC-WrM9Niitk9eWdiQmF-L9vy1_wA9WdMJPXgxBzcdGTfn7J8W1GiQDGTyShHmWlHCai_DxvvoDN8qMNdcb6vMS0UX_QNdWzpeewDtNkUdYlEA0-fdNEpb0olchcXS7/s320/hand-turkey.jpg" width="262" /></a><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt;">MUSYAWARAH Nasional Himpunan Keluarga Tani Indonesia (HKTI) VII di Sanur Bali 12-15 Juli 2010 lalu jadi hajatan akbar yang penuh gegap gempita. Suksesi ormas berbasis petani ini terasa riuh, dan mungkin menjadi fenomena langka yang selama ini tidak terjadi. Beragam pandangan dan analisa pengamat melihat, fenomena ini, ada yang mengukur organisasi ini sarat dengan kepentingan politik dan hipotesa lainnya. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt;">Di sini penulis tidak mau menafsirkan berbagai pandangan itu, termasuk melihat hasil Munas HKTI, yang memilih secara aklamasi incumbent, Prabowo Subiyanto, tokoh partai Gerinda, mengenyampingkan beberapa nama politikus yang berniat untuk mengampu organisasi ini, seperti Sutiyoso (mantan Gubernur DKI Jakarta), Titiek Soeharto (Wasekjen Golkar), Anton Apriantono (mantan Menteri Pertanian), Djafar Hafsah (Ketua DPP Demokrat) dan Oesman Sapta (Ketua Partai Pembangunan Daerah). Ditambah lagi, fenomena baru, yakni adanya wacana berdirinya HKTI tandingan, (publiklah yang layak menilai fenomena ini). </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt;">Terlepas dari hal tersebut, HKTI adalah ormas yang menyimpan asa besar terhadap kepentingan petani. Keberadaan kelembagaan berbasis masyarakat ini, adalah bagian penting untuk petani, setidaknya bisa menjadi forum untuk mengadvokasi petani melalui pewacanaan isu-isu strategis pertanian dan hal hal lain yang menyangkut program pemerintah. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt;">Pasalnya, selama ini, lembaga ini sudah membuktikan mampu menghimpun beragam kalangan, politisi, praktisi, akademisi dan petani itu sendiri. Wajar memang, keberadaan ormas petani ini, ketika menjadi pilihan seksi elit politik, apalagi, secara statistik, basis petani menjadi pertimbangan yang sangat menggoda. Jumlah petani di Indonesia sangat besar, mencapai 44,6 persen dari jumlah penduduk di Indonesia. <br />
Ketika ormas ini menjadi pilihan seksi, setidaknya, ini menjadi posisi strategis untuk memposisikan ormas ini menjadi wadah strategis memperjuangkan kepentingan isu pertanian. Meskipun beragam pandangan muncul, seperti kata peneliti, dari Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanuddin Muhtadi, ia berpandangan, para politisi menunggangi petani tidak sepenuhnya berhasil. Pasalnya petani tak mudah disetir oleh kekuatan politik. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt;">Misalnya Prabowo menjadi Ketua HKTI pada pemilu kemarin, tapi ternyata petani juga tidak memilih Ibu Mega dan Prabowo. Setidaknya, ini yang perlu kita pahami, meskipun elit berkepentingan, di akar rumput, masyarakat punya pandangan lain, petani juga seperti itu, masyarakat semakin cerdas untuk tidak dipolitisir. Jadi munculnya elit-elit terlibat dalam ormas petani ini, tidak perlu jadi perdebatan, yang penting adalah bagaimana mengawal agar peran ormas ini benar-benar dirasakan untuk petani. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt;">Kepentingan besarnya adalah, bagaimana memperjuangkan isu strategis pertanian menjadi bahasan dan masuk dalam studi pembangunan nasional. Pasalnya, selama ini, sejak Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi, isu strategis untuk pembangunan pertanian memang selalu menjadi agenda rencana kerja pemerintah, tapi realisasi pengembangan masih belum dirasakan optimal. Bahkan untuk urusan orang banyak, soal ketahanan pangan, masih terjadi perdebatan apakah masih mampu. Tidak sedikit bahan makanan pokok kita yang masih impor. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt;">Padahal, berdasarkan proyeksi pertumbuhan penduduk negeri ini setiap tahun, setidaknya sektor ini dituntut memegang peranan terdepan. Diproyeksikan, tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia untuk ke depan yang selalu meningkat. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt;">Badan Ketahanan Pangan Deptan memperkirakan, jumlah penduduk Indonesia tahun 2030 sebanyak 286 juta orang. Penduduk sebanyak itu mengkonsumsi beras 39,8 juta ton. Dengan kata lain, dalam waktu 214 tahun lagi, Indonesia memerlukan tambahan produksi beras sekitar 5 juta ton atau perlu tambahan lahan padi 3,63 juta hektare. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhreqI4BNX3Tx2ZKMGsS0CqlyXAnp10o6WqmUTmRRttP_QICb1RbQuO7ZRDz_016bc71SJCM7H1D_VKeYEtXAA_HLHxA3bkERplkED5Y_IT9AFir7AN16_rOF-N4oiYMCBh1jZlhI_kizZf/s1600/padi2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhreqI4BNX3Tx2ZKMGsS0CqlyXAnp10o6WqmUTmRRttP_QICb1RbQuO7ZRDz_016bc71SJCM7H1D_VKeYEtXAA_HLHxA3bkERplkED5Y_IT9AFir7AN16_rOF-N4oiYMCBh1jZlhI_kizZf/s320/padi2.jpg" /></a></div><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt;">Sementara sisi lain, persoalan lahan pengembangan pertanian menjadi masalah dan carut-marut. Ditulis Wan Abbas Zakaria, akademisi dari Universitas Lampung, saat seminar nasional, “Dinamika Pertanian Nasional dan Perdesaan” melansir beragam permasalahan pertanian di Indonesia. Pertama, berlanjutnya konversi lahan dari pertanian ke non-pertanian, yakni 5,25 persen per tahun periode 1995-2005. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt;">Lahan persawahan menyusut dari 8.464.678 hektare menjadi 7.696.161 hektare. Kedua, menurunnya kualitas kesuburan lahan akibat kerusakan lingkungan. Ketiga, perubahan iklim yang mengakibatkan fluktuasi dan penurunan produksi pertanian. Keempat, lambatnya penemuan dan pemanfaatan teknologi tepat guna. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt;">Kelima, rendahnya insentif finansial dalam menerapkan teknologi secara optimal. Keenam, penguasaan lahan yang sempit. Hasil penelitian Departemen Pertanian 2000 menunjukkan, 88 % rumah tangga petani hanya menguasai lahan persawahan hanya 0,5 hektare dan sulitnya akses terhadap lembaga kapital, informasi dan teknologi. Kondisi itu semua menyebabkan petani miskin, tidak berdaya dan tertinggal. <br />
Jadi, masukknya elit politik dalam ormas besar pertanian bisa dipandang dengan cara yang lebih relevan. Masukknya elit bisa dijadikan strategi untuk mem-pressure masalah dan problem sektor ini. Tapi, perlu pengawalan agar ormas ini tidak dipolitisir. Mengutip pandangan Bungaran Saragih, petani membutuhkan organisasi yang kuat untuk memperjuangkan kepentingan politik ekonominya. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt;">Organisasi petani harus memiliki pengaruh politik, tapi bukan partai politik. Meskipun, kebijakan yang dibuat pemerintah, erat kaitanya dengan interest dari kepentinganya. Pasalnya, kebijakan itu juga berarti politik, politik dalam pengertian campur tangan bisa jadi keputusan yang timbul dari pesanan dan interest grup, dipengaruhi sebuah kepentingan. Di sinilah pentingnya organisasi petani yang besar, rapi, dan tujuannya jelas untuk memperjuangkan kepentingan anggotanya.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt;">Tidak mustahil, jika kepentingan dan harapan petanilah yang perlu menjadi starting point, di tengah-tengah serbuan para elit politik yang menyemplungkan diri dalam ormas ini. Keberadaan lembaga tani termasuk organisasi profesi dan kamasyarakatan yang kuat yang didukung dengan kekuatan bergaining yang kuat, memang sangat dibutuhkan. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt;">Misalnya, untuk memperjuangkan dan mengawal program pemerintah yang bersentuhan langsung dengan kepentingan petani, seperti bantuan kredit petani, subsidi benih, subsidi pupuk, program penyuluhan, proyek irigasi, dan lain-lain. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt;">Bahkan untuk jadi bagian yang penting untuk menggesa advokasi kepentingan petani seperti untuk memperjuangkan berdirinya lembaga keuangan yang sesuai dengan skim tani, memperjuangkan realisasi program pemerintah untuk usaha pertanian, seperti Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE), kredit revitalisasi perkebunan, Kredit Usaha Rakyat (KUR), Program PKBL dari perusahaan BUMN, usaha penyelamatan tata ruang agraria, memperjuangkan privasi tani nasional dari persaingan usaha di sektor pertanian, terutama dari gempuran produk pertanian impor, memperjuangkan kemudahan dalam melakukan ekspansi pasar, dan banyak hal lain untuk pengembangan dan kemajuan sektor pertanian masa depan. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt;">Posisi HKTI Riau</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt;">Sebelum Munas HKTI berlangsung, di Riau hal yang sangat menggembirakan HKTI Riau juga digandrungi oleh pemangku kebijakan di daerah. Bahkan pengurus HKTI Riau sudah menghimpun lebih dari 300 pengurus yang melibatkan pejabat, praktisi, akademisi dan petani itu sendiri. HKTI Riau yang diampu oleh asisten Pemprov Riau, Ramli Walid juga menyimpan harapan yang besar. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt;">Apalagi kepengurusan ini, melibatkan pengurus yang berlatar belakang pejabat yang mengampu di SKPD seperti Patrianov (Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Riau), Basriman (Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikulturan Riau), HT Dahril (Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Riau), dan pejabat teras lainnya. Setidaknya organisasi massa ini sudah diampu oleh pengurus yang bersentuhan langsung memiliki kewajiban mengurus pertanian. Ditambah lagi, banyak akademisi yang terlibat. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt;">Tentu saja, harapanya ke depan, isu-isu strategis menyangkut kepentingan petani, bisa didengar. Sehingga petani langsung mendapat wadah untuk mengkomunikasikan berbagai persoalan yang terjadi padanya. Lembaga sudah ada, pembina dan pengurusnya sangat kompeten, yang menjadi pertanyaan adalah, mampukah petani berpartisipasi untuk berani menyampaikan persoalannya kepada lembaga ini? Bravo petani. (*)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt;">Suprapto, (Es Beno) Pengelola Blog Bangasbersorak, Wakil Sekretaris Pemuda Tani Riau dan mantan pengurus Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia (HMPPI) Pusat. Saat ini aktif di Divisi Multimedia Riau Investment Corp (RIC) dan Redaktur Pelaksana Majalah SAWIT RIAU (Majalah Terbitan GAPKI RIAU bekerja sama dengan Divisi Multimedia RIC). Tulisan ini sebelumnya dipublikasikan di Riau Pos, Kamis (22/7/2010).</span></i></div>Bangasbersorakhttp://www.blogger.com/profile/08173480353200813293noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-730155195857107016.post-88934115166637819012010-02-23T15:55:00.001+07:002010-02-23T15:56:36.900+07:00Klaster Industri Sawit Riau<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIzuSSBNyTn8CSMwiU_Zkr2hgjXUu94FUHyNonscrBFP_k7VfK0wDkwQ89qbW3RBH_aorl22-QY46BIZo_SBOSvr7OQM81Re2xmtoiGA0St46BeeEAHERraQ71oyt9k3Z9U7I8kkXJuLnu/s1600-h/kebun2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIzuSSBNyTn8CSMwiU_Zkr2hgjXUu94FUHyNonscrBFP_k7VfK0wDkwQ89qbW3RBH_aorl22-QY46BIZo_SBOSvr7OQM81Re2xmtoiGA0St46BeeEAHERraQ71oyt9k3Z9U7I8kkXJuLnu/s320/kebun2.jpg" /></a></div><div>Pembangunan klaster sawit akhirnya diwujudkan pemerintah, setidaknya impian itu mulai dilakukan dengan di-launching empat kawasan klas-ter sawit di Indonesia pada tahun ini. Beruntung, dua kawasan yang ditunjuk pemerintah ada di Riau, yakni di Kuala Enok dan Dumai, sementara dua lainnya di Kalimantan Timur (Kaltim) dan di Sumatera Utara (Sumut). </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUMuuhFjqo8DxbnwjWaXzMr1AOcuWlKKOXr-PSdMRm8JfZlMKsNB3XFRjsWBicFrKbwVU0Uc4zCl8tz5gsAW4e23hDpdcv99gudit2bVNvskI8BbQRgpLsyhqUu5w1tO-BppD9MH9SAeHL/s1600-h/kebun+6.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUMuuhFjqo8DxbnwjWaXzMr1AOcuWlKKOXr-PSdMRm8JfZlMKsNB3XFRjsWBicFrKbwVU0Uc4zCl8tz5gsAW4e23hDpdcv99gudit2bVNvskI8BbQRgpLsyhqUu5w1tO-BppD9MH9SAeHL/s320/kebun+6.jpg" /></a></div><br />
Angin segar ini yang semestinya menjadi impian masyarakat Riau secara keseluruhan, karena bagaimanapun jika dua klaster ini terwujud, profit dan benefit yang diproyeksikan akan mengalir ke Riau.<br />
<br />
Namun dari diskusi yang diramu dalam coffe morning yang dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Desperindag) Riau, Selasa (16/2) lalu, mungkin ada serpihan catatan-catatan yang semestinya kita sikapi, bukan berarti ini mengungkit-mengungkit persoalan, tapi mengajak semua stake holder sama-sama berpikir. <br />
<br />
Soalnya, klaster yang kita inginkan hakikatnya bukan saja untuk pelaku industri tertentu saja, tapi juga untuk semua eleman masyarakat Riau. Klaster ini bukan hanya soal komoditas sawit yang saat ini sudah jadi ikon bagi Riau. <br />
<br />
<b> Kebun Sawit Terbesar</b><br />
Luas kebun sawit di Riau saat ini menjadi yang terbesar, total lahan sawit tahun 2009 mencapai 6,6 juta hektare, produksi CPO tahun lalu meningkat dari 21,8 juta ton pada tahun 2008 menjadi menjadi 23 juta ton. Sementara itu, produksi CPO dari Riau mencapai enam ton setiap tahun, atau setara dengan 26 persen produksi nasional. <br />
<br />
Bahkan, Pendapatan Domestik Bruto (PDRB) Riau, 2008 lalu, tercatat 5,62 triliun berasal dari sumbangan kelapa sawit. Kelapa sawit memberikan kontribusi 14 persen terhadap sumbangan nonmigas, padahal secara nasional sawit hanya memberikan kontribusi rata-rata 3,5 persen dari sumbangan nonmigas. <br />
<br />
Semi hilirnya, di Riau, saat ini sudah terdapat 145 pabrik kelapa sawit (PKS). Distribusi kepemilikan kebun kelapa sawit rakyat di Provinsi Riau sebesar 50,51 persen, yang dimiliki oleh 356 ribu kepala keluarga (KK) lebih, lebih luas dari kepemilikan kebun kelapa sawit swasta dan BUMN. Sehingga fluktuasi harga jual CPO dunia dan per-kembangan industri sawit, mau tidak mau, seperti menjadi urat nadi perekonomian Riau. <br />
<br />
Ketika Riau ditunjuk sebagai kawasan pengembangan klaster sawit, mau tidak mau semua pihak bisa mengambil peran dalam mendukung terbentuknya klaster sawit yang ideal. Mengutip dari percikan diskusi, seperti yang dikatakan Peneliti Madya Senior Kantor Bank Indonesia (KBI) Pekanbaru, Yenita Lisna, idealnya sebuah konsep klaster terbentuk model diamon, jadi saat dijadikan konsep klaster, tidak hanya industri besar tertentu yang terdukung, tapi elemen lain juga sama-sama terbawa oleh gerbong misi penciptaan klaster itu. Misi ini yang sepertinya perlu kita sikapi, oleh semua elemen. <br />
<br />
Masalahnya, untuk mewujudkan klaster sawit, yang kita harapkan sesuai dengan kearifan lokal di Riau, masih menyisakan beragam pekerjaan rumah (PR) banyak pihak. Misalnya soal infrastruktur baik jalan dan listrik, sumberdaya manusia (SDM) baik pemerintah, masyarakat di Riau, sehingga ketika ini menjadi peluang, justru bisa menimbulkan konflik lainnya, misalnya kesenjangan dalam penerimaan tenaga kerja daerah. <br />
<br />
Selain itu terdapat juga masalah regulasi, terutama dunia usaha pelaku sawit untuk mendorong bergeraknya industri hilir kelapa sawit nasional. Pasalnya, selama ini, pengusaha masih terbiasa untuk melakukan ekspor Crude Palm Oil (CPO), di Riau saja, dari total produksi sawit, diperkirakan hanya 11 persen yang disumbangkan untuk kebutuhan industri hilir di lokal. Bagaimanapun, saat ini, pasar global masih begitu menggoda, untuk itu penerapan konsep Domestik market Obligation (DMO). Semua masalah itu, tidak cukup diselesaikan di atas meja pemerintah, banyak tangan dan harapan masih bergantung dengan semua stakeholder di Riau.<br />
<br />
Apalagi, memang, saat ini, Pemprov Riau sudah merencanakan langkah aksi, muatanya antara lain: melakukan kajian pengembangan klaster industri hilir kelapa sawit, melakukan workshop pengembangan klaster industri hilir kelapa sawit, penetapan klaster industri berbasis pertanian dan oleochemical (kelapa sawit), penetapan tim program aksi daerah klaster, penyusunan master plan klaster industri hilir kelapa sawit nasional (feasibility study, DED, dan AMDAL), penetapan zona kawasan industri, pembentukan Badan Pengelola dan Badan Pengusahaan kawasan klaster industri hilir kelapa sawit, pembangunan dan pengembangan infarstuktur menuju kawasan industri hilir kelapa sawit, pembebasan dan land clearing lahan kawasan klaster, pembangunan infrastruktur dan fasilitas kawasan klaster, sosialisasi dan promosi kawasan klaster, operasional kawasan klaster, pengembangan lembaga pendidikan dibidang kelapa sawit, pengembangan lembaga pelatihan dibidang kelapa sawit serta pembangunan Pusat Riset dan Pengembangan (R&D Center) industri kelapa sawit. Strategi dan langkah aksi ini juga masih menyimpan ruang kekosongan, agar banyak pihak bisa terlibat untuk mengambil peran dalam mendukung langkah aksi penciptaan klaster ini.<br />
<br />
Soalnya, sekarang, setelah pemerintah pusat me-lounching pada 23 Januari 2010 lalu, seakan, gagap-gempita klaster ini hanya ditingkat pemerintah pusat saja, peran stakeholder di daerah (selain pemerintah) masih belum terasa, untuk sama sama menyikapi terwujudnya pengembangan klaster ini. <br />
<br />
Dari berbagai diskusi, setidaknya, Pemprov Riau butuh masukan untuk mengintegrasikan pembangunan klaster ini, malah bukan saja dengan stake holder lain, antara pemerintah di daerah dan stakeholder juga masih sangat dibutuhkan sinergitas, terutama koordinasi. Kata, seorang teman di Facebook, koordinasi memang sebuah kata yang mudah diungkapkan, tapi sulit sekali diwujudkan, mungkin ini juga masih masalah.<br />
<br />
Setidaknya, saat ini semua pihak harus sama-sama menjadikan, katakanlah pembangunan klaster sawit ini yang masih menjadi tantangan, untuk dirubah menjadi peluang bersama. Semua pihak, tidak hanya sama persepsi dalam satu meja, tapi sama sama sinergis untuk bergerak bersama mewujudkan klaster sait ini. <br />
<br />
Setidaknya dalam tataran konsep dan perjuangan, setidaknya sudah semua searah satu persepsi, sehingga, ketika dimajukan untuk aksi, tidak lagi kita mendengar bias gesekan-gesekan yang tidak subtansial. Selain itu, peran swasta dan lembaga pendidikan juga sangat penting, bagaimana swasta juga mengkorelasikan investasinya untuk pengembangan ke hilir serta pihak akademisi dari kampus-kampus siap memberikan rekomendasi untuk pengembangan industri hilir kelapa sawit.<br />
<br />
Ini bukan pekerjaan kecil dan sederhana, kita juga mengharapkan, jika industri ini berkembang, banyak memberikan multifplier effect terhadap pengembangan ekonomi Riau secara keseluruhan. Ini bukan tidak mungkin, pasalnya investasi pengembangn industri klaster sawit ini saja membutuhkan dana puluhan triliun, setidaknya proyeksi investasi yang direncanakan pemerintah sedikitnya mencapai Rp55 triliun. <br />
<br />
Jumlah itu terdiri dari Rp30-40 triliun untuk investasi pengembangan kawasan Kuala Enok. Untuk Dumai, diperlukan dana sebesar Rp15 triliun. Kebutuhan investasi untuk Dumai memang lebih sedikit ketimbang kebutuhan untuk klaster industri Kuala Enok. Pasalnya, klaster industri di Dumai sudah terhitung lebih siap. <br />
<br />
Investasi itu diperlukan untuk percepatan pembangunan pembangkit listrik, infrastruktur dan pelabuhan di Dumai dan Kuala Enok itu akan diusahakan melalui skema public private partnership (PPP) yang disertai pemberian insentif bunga oleh pemerintah. <br />
<br />
Ini juga akan menggairahkan industri di Riau, misalnya di Dumai, besaran investasi di Kota Dumai yang kini telah memiliki 105 perusahaan, baik melalui penanaman modal asing (PMA) maupun modal dalam negeri (PMDN), telah mencapai Rp14,6 triliun. Jumlah tenaga kerja juga telah mencapai 14.104 tenaga kerja lokal dan 282 tenaga kerja asing. Sementara di kawasan industri Pelintung, Dumai, kini sudah terbangun sembilan proyek industri hilir. <br />
<br />
Kawasan yang sebagian besar menjadi wilayah operasional PT Wilmar Bioenergi Indonesia itu sudah terbangun industri pengolahan minyak goreng, pupuk, dan biodiesel. Sementara infrastruktur jalan pun sudah terbangun sebagian dari bandara hingga ke lokasi sentra kawasan industri. <br />
<br />
Di luar skema PPP, untuk tahap awal 2010 ini, pemerintah akan mulai melakukan studi pengembangan industri hilir oleokimia dengan menyediakan anggaran Rp1,2 triliun. Rencana ini juga sudah masuk dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2009-2014. <br />
<br />
Jadi, konsep industri hilir ini, merupakan jawaban dari mimpi Riau untuk menikmati potensi daerahnya sendiri, apalagi, selama ini kita selalu mengerutuk, kalau kucuran dana pusat selalu berkurang mengalir ke Riau. Setidaknya, jika klaster industri sawit ini terwujud, merupakan peluang kita untuk menghimpun kekayaan negeri ini.***<br />
Suprapto, mantan pengurus Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia (HMPPI).<br />
<i>(Tulisan ini dimuat di harian Riau Pos, Selasa, 23 Feb 2010)<br />
</i>Bangasbersorakhttp://www.blogger.com/profile/08173480353200813293noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-730155195857107016.post-49712436118356298782010-01-05T12:17:00.004+07:002010-01-05T17:58:40.521+07:00“PULAU RUPAT” Bak Belakang Rumah Yang Terabaikan (Perjalanan Menyusuri Moleknya Rupat)(Es beno, bangas bersorak)<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-u3bYe0tG5lddJX5RYx-TMhIy3MoAicgsx4GERN2Iv0Sij_J-yzh4zNgL-Y9nEDPxBpwA-_WIyGe2m-JYumw7ljfqUheRZjTK3H9FE-Sa4oSa4vCHVdXZMFLDk3pvsfwmbgiMyd7zVSON/s1600-h/rpat2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-u3bYe0tG5lddJX5RYx-TMhIy3MoAicgsx4GERN2Iv0Sij_J-yzh4zNgL-Y9nEDPxBpwA-_WIyGe2m-JYumw7ljfqUheRZjTK3H9FE-Sa4oSa4vCHVdXZMFLDk3pvsfwmbgiMyd7zVSON/s320/rpat2.jpg" /></a><br />
</div>Satu lagi eksotik alam Indonesia yang begitu memukau, pasti bakal memikat wisatawan. Pulau Rupat, Pulau yang tersudut berhadapan dengan Selat Malaka memang selama ini kurang di kenal, tidak pernah terdengar riuh orang membicarakan Rupat. Padahal Pulau ini begitu indah. ”Sejak dulu lagi kalau orang ke sini mengatakan bahwa Rupat itu Indah. Sangat Indah, tapi kami sudah tidak peduli lagi, sebab sampai sekarang tidak ada yang dibuat untuk menjadikan Rupat sebagai daerah wisata,” kata Mat Jaman, salah seorang warga Desa Rhu, Tanjung Medang, Rupat Utara.<br />
Rupat berhadapan dengan Selat Malaka, sekarang, daerah ini diproyeksikan untuk menyatukan Riau dan Malaysia. Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Malaka pun sudah sepakat untuk membuat jembatan penyeberangan rool and roll (roro) Riau -Melaka, melalui daerah ini. Tapi sayangnya proyek ini sampai sekarang belum terealisasi, Riau mengklaim Pelabuhan Pord Dikson di Malaka yang tidak sesuai, sehingga feri kapal roro dijamin tidak bisa bersandar, sedangkan Malaysia juga punya alasan lain.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhg0g8AUxOrIcGuVly08hVuevTv-j4WR0-QwXRhyVusUgdt1rKeG-k9PdFK-HaSky_3ZicqyhfTROzd0BrX3K-loYL2BOs1Zg0iI8yfhNXzWn01E6tnd3cDlxWBSIxv2tyRCZedEsWXsvAH/s1600-h/rpat6.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhg0g8AUxOrIcGuVly08hVuevTv-j4WR0-QwXRhyVusUgdt1rKeG-k9PdFK-HaSky_3ZicqyhfTROzd0BrX3K-loYL2BOs1Zg0iI8yfhNXzWn01E6tnd3cDlxWBSIxv2tyRCZedEsWXsvAH/s320/rpat6.jpg" /></a><br />
</div>Yang jelas, proyek menyatukan Riau- Melaka bakal lama lagi terwujud. Keseriusan Riau masih dipertanyakan. Sebab jika pun roro itu bisa beroperasi, dipastikan akses berikutnya tak jelas. Soalnya dari Tanjung Medang ke Dumai sama sekali tak ada akses yang mendukung. Memang ada akses roro Dumai- Pulau Rupat. Tapi ini di bagian kecamatan Rupat Selatan. Untuk mengakses Rupat Selatan ke Tanjung Medang, Rupat Utara saja akses jalan sangat buruk. ”Jangankan mau menembus Rupat Utara ke Rupat Selatan, antar desa saja di Rupat itu sulit ditempuh,” kata kak Evie Syamsir, wartawan LKBN Antara pada ku.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg73t9CKvq636KeMbfsRuSqhLGp4F3ZLOYrjoUmfXZ7lHAY-D1blR3WvtVf575kGgCDBQLcJnbHPT9ORZ22ZQ8TeJr4-yLNEtmZZH06I_yXOqowLG8IUId3JCQKP8fxPD2vvZpxeHCPMJAe/s1600-h/rpat.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg73t9CKvq636KeMbfsRuSqhLGp4F3ZLOYrjoUmfXZ7lHAY-D1blR3WvtVf575kGgCDBQLcJnbHPT9ORZ22ZQ8TeJr4-yLNEtmZZH06I_yXOqowLG8IUId3JCQKP8fxPD2vvZpxeHCPMJAe/s320/rpat.jpg" /></a><br />
</div><br />
Memang hal tersebut seperti itu kondisinya, awalnya kami ingin menyusuri menggunakan mobil. Tapi ternyata tidak bisa, akhirnya memutuskan menggunakan speed boat yang langsung menuju ke Tanjung Medang. Pusat Kecataman Rupat Utara itu, yakni Tanjung Medang tidak begitu ramai. Jangan bayangkan disini lalu lalang wisatawan masuk, jangan bayangkan juga kotanya di penuhi pusat pusat belanja menarik. Atau jangan bayangkan anda akan langsung disuguhi gemerlap kota wisata. Kota ini sepi, satu dua ruko baru memang berdiri, tak ada lalu lalang kendaraan, hanya satu dua motor sedang menjemput koleganya yang baru saja turun dari speead boat. Dan yang kami tumpangi merupakan speead yang pertama kali dari Dumai, ada satu lagi speed yang datang pada pukul 15.00 WIB. Bahkan di pelabuhan ini satu satunya ada warung makan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoZaB3KYLk2uyBqiJb_Gco-gWihY1oUqm2WRL5gGXPPV7ZnH1lgo-31StjfF9k0UGcFqMCxOHuUey9EKgMKSkLjN_F5Y_5J-2_YruCThSiBpx7HlYc_4qDDu_QEo9buvyCMPpovyKXNZ6Y/s1600-h/rpat3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoZaB3KYLk2uyBqiJb_Gco-gWihY1oUqm2WRL5gGXPPV7ZnH1lgo-31StjfF9k0UGcFqMCxOHuUey9EKgMKSkLjN_F5Y_5J-2_YruCThSiBpx7HlYc_4qDDu_QEo9buvyCMPpovyKXNZ6Y/s320/rpat3.jpg" /></a><br />
</div><br />
Tapi akhirnya kejenuhan tentang kesepian itu terobatati. Setelah menuju je Desa Tanjung Rhu, Tanjung Medang, Rupat Utara, mata kami benar benar terpukau dengan eksotiknya Pulau Rupat. Pantainya begitu bersih, panjang memutih, seluas mata memandang. Aku bersama teman temanku berjingkrak-jingkrak girang menikmati indahnya Rupat. Sepengetahuan aku, jika dibandingkan Pantai Cermin, Sumut dan Pantai Padang, dan Pantai Kalangan di Sibolga, tempat-tempat ternama itu tidak ada apa-apanya. Sepajang 30 KM dan mungkin lebih semuanya pantai. Pantai yang begitu indah....Rupat sebenarnya surga bagi wisatawan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMy9oHJEiP7mQHVJEkcg5iYA1V4Pqa7uH6ejuz70qiP87kqwGPm9AYocINfwUPl0gsecnuYEMrgI3xy2d5CEOXPU-1UJMCDtcrF-geXMu21qqTEh11r1Oq9YfEnSa0sTc34f_EejjxTmTW/s1600-h/rpat5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMy9oHJEiP7mQHVJEkcg5iYA1V4Pqa7uH6ejuz70qiP87kqwGPm9AYocINfwUPl0gsecnuYEMrgI3xy2d5CEOXPU-1UJMCDtcrF-geXMu21qqTEh11r1Oq9YfEnSa0sTc34f_EejjxTmTW/s320/rpat5.jpg" /></a><br />
</div><br />
”Sebelumnya presiden Soeharto pernah mau menghubungkan Malaka dan Indonesia, waktu itu kite orang kampung dah dengar kalau Rupat akan dijadikan tempat wisata. Kami bukan senag dengar kabar itum, tapi sampai sekarag kampung kami macam ini aje. Rupat ini bagai belakang rupat yang selalu diabaikan,” kata Mat Jaman mengadu.<br />
Belakang rumah, tentu konotasinya sangat mendalam, sebuah kampung yang indah, tapi sebab berada tersuruk, menyebabkan selalu diabaikan, sehingga potensi yang begitu indah tidak pernah dilihat oleh orang lain. <br />
Uniknya lagi, sebelum merapat ke Tanjung Medang, ada beberapa pulau yang mengapung di Selat menuju Rupat Utara itu. Ada tiga pulau besar yang seakan akan mengapung, dari kejauhan tampak daratan pulau diselimuti pasir memutih. Sanngat indah, meskipun tiga pulau itu tidak ada yang menghuninya. ”Name pulau itu ada yang bernama pulau Babi, Pulau Beruk dan Pulau Beting Acheh, sampai sekarang tak ade penghuninye,” kate Maryamah, penduduk Rupat Utara, juge seorang guru tempatan saat dalam speedboat bercerite.<br />
Rupat-rupat..”Molek Nian Dikau” tak bisa kusebut dengan kata-kata. Tapi kali ini kusampaikan juga beberapa foto istemawa Rupat, hasil ekpedisi beserta teman teman. Ape sebab kami katakan ekspedisi, sebab dari Rupat Utara menuju daerah Rupat Selatan di Pangkalan Nyirih, kami menyusuri dengan menggunakan jalan darat. Tentu saja dengan kendaraan bermotor, walau kami juga harus menyeberang dengan menggunakan pompong melalui sungai yakni di antara Desa Kadur ke Desa Makruh. Memang jaraknya tidak begitu jauh, tapi tentu akses ini susah, harus melewati Sungai ”Dayung”, mungkin nama sungai ini salah juge, pasalnya bapak yang menyebutkan ini agak tak faseh, kalau menurut aku warga ini tempatan tapi merupakan peranakan Cina.<br />
Di sebelah Rupat Selatan, terutama di Desa Pangkalan Nyirih, tepatnya di Desa Lohong terdaoat juga pantai putih yang indah. Pantai indah ini juga ada di Desa Cingam dan Desa Makro. ”Pantainya lebih indah, kalau didepan sana langsung nampak Malaysia,” kata Mizan, anak anak tematanyang menemani kami dalam perjalanan.<br />
Keunikan pantai ini pada panoramanya, pas kami datang ada beberapa kapal besar yang sedang berlabuh, tapi persisnya di tengah tengah selat, di pantainya pula air sedang naik pasang, gelombang laut sedikit kuat, tapi keindahan terasa tidak pudar, disekeliling pantai, ribuan pohon cemara tumbuh, pohon pohon ini tumbuh secara lamai. Rupat menjadi semakin molek...kalau aku ounya usul,,,ketimbang ke Bali, pergilah ke Rupat, pilihan ini tak akan membuat Anda kecewa.Bangasbersorakhttp://www.blogger.com/profile/08173480353200813293noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-730155195857107016.post-81334893192050573052009-11-29T17:40:00.004+07:002009-11-29T19:38:58.233+07:00Yang Terasing, Yang Terlupa<div style="text-align: justify;"><i>Es beno (bangas bersorak)</i><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNU0i33TVouyZeMaJTlvzS8ZayDqzl1cHK8fGEDy6CMqnWoLitZT6fCtAALWlVguIGZP_pO2R85nfIea3w9ODag2upffUUPtOHLcTcR9OqCm2_ZAspGmdPM9DQQlXCABfJdteup7ilp7vY/s1600/suku-asli-3.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNU0i33TVouyZeMaJTlvzS8ZayDqzl1cHK8fGEDy6CMqnWoLitZT6fCtAALWlVguIGZP_pO2R85nfIea3w9ODag2upffUUPtOHLcTcR9OqCm2_ZAspGmdPM9DQQlXCABfJdteup7ilp7vY/s320/suku-asli-3.jpg" width="320" /></a><br />
</div><div style="text-align: justify;"><i>(Foto saat membawa bantuan ke suku Asli di Desa Selat Akar, melintas sungai, tapi tetap tersemyum..daku yang jadi tukang foto saja bro..hehe)</i> <br />
<div style="text-align: justify;"><br />
</div>Menyusuri pesisir Bengkalis, Kepulauan Meranti, Pelalawan, Indragiri Hilir (Inhil) sering kita temukan hunian-hunian sederhana di tepi laut. Bentuknya tak istimewa, terkadang jauh pula dengan hunian-hunian yang lain. Rumah-rumah itu seakan menyendiri, menyepi dari keramaian.<br />
<br />
<br />
</div><div style="text-align: justify;">Begitulah kehidupan suku suku asli di daerah, dan di Riau kebanyakan. Mereka menghuni pesisir-pesisir pulau, berkawan dengan tebing dan ombak. Serta bersahabat dengan dinginnya angin laut yang menusuk dan teriknya matahari jika memanas. Jika dilihat, mereka seakan hidup terbelakang, rumah rumah mereka hanya beratap daun rumbia dan berdinding kayu, tak ada ukiran-ukiuran. Rumah yang cukup untuk bernaung, berteduh dari panas dan untuk melelapkan mata jika mengantuk.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Di dalam rumah, semua peralatan untuk memburu sangat cukup, seperti jala, pancing, jerat, parang dan alat alat buru lain. Hidup mereka sederhana, tapi selalu bergumul dengan ritual ritual mistik, cara untuk bersetubuh dengan alam, mereka animisme. <br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kalau di pesisir daerah Bengkalis dan Kepulauan Meranti, ada beberapa suku terkategori terasing seperti Suku Sakai, Suku Laut, Suku Akit, Suku Bonai, Suku Hutan. Keberadaan Suku Sakai berada banyak di daerah Mandau, sejak daerah ini sering dieksplorasi minyak dan gas, advokasi kehidupan suku terasing Sakai mulai mendapat perhatian serius. Mereka tidak lagi menjadi bagian yang terasing, sejak rumah rumah mereka dijarah dijadikan kawasan kawasan pertambangan minyak. Selalu mendapat bimbingan sehingga pola hidup mereka pun mulai berubah mengikut kultur modern. Anak anak Suku Sakai sudah banyak yang bersekolah, bahkan kehidupan mereka sudah terlihat sejahtera. Tapi masih tak lah semuanya, masih banyak kami temukan suku Sakai yang berada di pinggir pinggir hutan, menusup dalam rimba yang terasing. <br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kalau suku akit, di Bengkalis juga cukup banyak. Mereka menetap di tepi tepi laut. Kehidupan mereka mencari ikan, menakik karet dan menebang sagu. Kebanyakan mereka juga sudah mulai tersentuh peradaban masa kini, terutama bagi yang mau berkembang, mereka juga berintraksi dengan suku suku lain. Tapi kedupan mereka masih sangat tradisionil, mereka sering memelihara anjing, babi dan binatang-binatang ternak lain. Rumah mereka sederhana, berdaun rumbia dan dari kayu seadanya. Mereka percaya pada tahyul dan benda benda keramat seperti pohon besar dan tempat-tempat untuk persajian.<br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNTxg3EB_uLAl16uozAdiAJ8twtA-1LYCM5t0CZ46qdNS-SmbMs1haJlGakdphjaB9guiPXOoBiXk6ze9IukLdYo2jq25Zr91lyfM_mMhVAxygMXyjCDpyUr9kSUCSJE4_aGii1tly8gVg/s1600/suku-asli.6.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNTxg3EB_uLAl16uozAdiAJ8twtA-1LYCM5t0CZ46qdNS-SmbMs1haJlGakdphjaB9guiPXOoBiXk6ze9IukLdYo2jq25Zr91lyfM_mMhVAxygMXyjCDpyUr9kSUCSJE4_aGii1tly8gVg/s320/suku-asli.6.jpg" /></a><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Mereka banyak yang tidak sekolah, terutama jika berada benar benar di tepi tepi laut yang jauh dari pemukiman. Hidup mereka hanya mencari ikan, kalau pun ada yang sekolah, kadang tak sampai selesai. Mereka banyak yang putus ditengah jalan, wajar itu terjadi, mereka tersisih dalam pergaulan. Sehingga mereka secara alami terseleksi oleh lingkungan itu sendiri, apalagi orang-orang laut ini kadang tidak bersih, mereka selalu disebut Orang Sampan atau Orang Tambus (bau dan kotor). Sebutan diskriminatif ini sering muncul.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ada yang unik dengan suku Akit ini, dalam sebuah tulisan jurnalistik kak Evie R Syamsir, kak Evie ini sekarang Kepala kantor Perwakilan ANTARA, kantor berita nasional di Pekanbaru. Beliau ini senior lah, tulisan featurnya banyak kita temui. Beliau ini pun yang pernah menyusuri ceruk ceruk kampung, bahkan ceruk ceruk hutan dan pedalaman. Dalam tulisan "Bedak Limau" Penonak Bala Ala Suku Asli ia paparkan. Suku Akit ini punya kebiasaan ritual tiap tanggal 15. Ritual itu disebut <i>bela</i> (memelihara). Tiap tanggal 15 bulan. 15 bulan ini tentu menurut hitungan arab, sebab penanggalan Arab ditentukan dengan masa perputaran bulan mengelilingi bumi, mereka menggunakan penanggalan ini. Saat bulan ke 15 ini mereka melakukan ritual <i>bela</i> ini dengan membedaki badan dengan bedak limau. Bedak limau ini dipercaya untuk menolak balak, pada waktu itu mereka pun tidak dibenarkan utuk bekerja. <br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisWtocm8nymKEKLaaB1OdLB3FjxGdUzvZZDoIlWrYkCfUZDD01g-OzW5gSbRhnOh8ka3tHh3Z-Y_tzy2RWDVDA8WcL6v7gIU3W5IewOCga5RxgkXzKAVAKvS7QfxXSAUiVdMfp1-DPrCxG/s1600/suku-asli-4.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisWtocm8nymKEKLaaB1OdLB3FjxGdUzvZZDoIlWrYkCfUZDD01g-OzW5gSbRhnOh8ka3tHh3Z-Y_tzy2RWDVDA8WcL6v7gIU3W5IewOCga5RxgkXzKAVAKvS7QfxXSAUiVdMfp1-DPrCxG/s320/suku-asli-4.jpg" /></a><br />
</div><div style="text-align: justify;"><i><br />
</i><br />
</div><div style="text-align: justify;"><i>(foto saat membagi bagikan bantuan....gembira juga melihat warga bersuka cita dengan pemberian yang sederhana ini)</i><br />
<br />
Jadi yang melakukan bedak limaiu itu laki-laki dan perempuan, besar atau kecil, mereka membawa bedak limau ke sumur keramat dan mandi di situ. Bedak yang mereka gunakan terbuat dari beras, yang telah direndam beberapa hari yang kemudian ditumbuk jadi tepung, rasa bedak ini seperti bedak sejuk. Kemudian bedak ini ditambah limau, berupa irisan jeruk purut ataupun jeruk nipis yang dicampur air dari sumur keramat.<br />
<br />
Sepertinya ritual semacam ini juga mentradisi di daerah lain, tapi waktunya berbeda, seperti di Kampar dan Pekanbaru, saat sehari memasuki bulan Ramdahan, yang istilahnya dengan subutan Mandi Beliamau. (Tradisi ini setiap tahun ramai, kalau waktu waktu Belimau, Jalan Pekanbaru_Kampar bisa macet total. Ini semacam wisata baru, tradisi yang dipakai pun sudah mengalami pergeseran).<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Buang sial ini, kata penduduk kampung, tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk keselamatan satu kampung. Biasanya sumur yang digunakan tidak sembarangan, sumur sumur tua ini pun selalu mereka keramatkan, jika waktu waktu tertentu, mereka memiliki hajat sesuatu, mereka pun memohon dengan sumur itu, mereka letakkan sesajian, membawa berbagai bentuk juadah seperti buah-buahan ataupun kue wajit dan apam yang ditempatkan di bawah pohon.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tidak hanya itu, suku yang disebut juga suku Asli ini juga mempunyai hari perayaan besar. Tiap tanggal 27 bulan Ramadhan, setahun sekali mereka melakukan kenduri arwah, mereka menyebut dengan malam tujuh likur atau malam ke-27. Jadi saat perayaan ini berlangsung, samalah dengan suku Melayu lain mereka memasang colok (lampu pelita) di setiap rumah mereka. Penerangan lampu colok itu menghiasi kampung hingga malam takbiran.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Mereka percaya, saat malam ke-27 itu merupakan saat melaksanakan ritual memberi makan arwah. Setiap rumah penduduk pada malam di penghujung bulan tersebut menggelar kenduri dan halaman rumah mereka diterangi dengan colok. Mereka memasak makanan yang sedap pakai rempah. Semakin bau wangi masakan, merupakan pertanda bahwa niat baik kami terhadap arwah nenek moyang direstui.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Suku Asli di Bengkalis masih banyak, suku ini juga bermukim di daerah Pulau Padang, Dedap, Kudap, Bandul, Selat Akar dan daerah daerah pesisir Kepulauan Meranti. Saat Lebaran lalu kami sempatkan berkunjung salah satu pemukiman suku Asli di Desa Selat Akar, Kecamatan Merbau, Kepulauan Meranti, bersama paman ku, Taslim Prawira serta Abdul Haris. Paman Taslim, memang aktivis sosial, ia sebagai perantara melakukan pendampingan di suku suku terasing. Yang selalu disana Abdul Haris, guru Bahasa Inggris. Dialah yang melakukan pendampingan. Pendampingan ini memang belum optimal, tapi langkah sederhana yang mereka lakukan sudah tepat, sehingga saat saat tertentu, jika terjadi sesuatu peran pendamping ini sangat dibutuhkan, meskipun apa yang dilakukan pendamping ini secara perlahan lahan. <br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsvfRT_0kDrB6wR8eCzZNMvb4qD9qHkiZ7K0tU1QBoZA9NRuOpY6E2pdo0YZzWU4ggCR62RDuGjcu2JkGDKjUW6Azr0DMnZmVlMB_n2lhojVudJRvT9ewQGhvWpCaQHdhTZQ7HR0nWr1e_/s1600/sukuasli5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsvfRT_0kDrB6wR8eCzZNMvb4qD9qHkiZ7K0tU1QBoZA9NRuOpY6E2pdo0YZzWU4ggCR62RDuGjcu2JkGDKjUW6Azr0DMnZmVlMB_n2lhojVudJRvT9ewQGhvWpCaQHdhTZQ7HR0nWr1e_/s320/sukuasli5.jpg" /></a><br />
</div><div style="text-align: justify;"> <i> (anak anak Asli,,mereka lugu dan polos)</i><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
Pada saat Raya Idul Fitri kemarin, kami sempat menyalurkan bantuan kapada beberapa warga. Bantuan yang kami berikan berasal dari Rumah Zakat Indonesia (RZI), bantuan berupa baju baju layak pakai dan Alqur’an. Maklum orang orang suku Asli ini sebagain baru memeluk Islam. Jumlahnya ada puluhan. Kami disambut Kepala Desa Selat Akar, Kadi dan Imam Mushalla setempat, dan warga tentunya. Menuju Desa ini tak terlalu jauh dari kampung, kami melintas Sungai, pakai sampan lalu menempuh setengah kilo perjalanan. <br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Saat sampai, hatinya terhenyuh, sebab anak-anak suku Asli yang lain berkerumun menonton kami, sementara bantuan yang kami berikan tidak begitu banyak, itu pun untuk suku Asli yang baru muslim, sementara mereka juga saya rasa sangat membutuhkan. Mereka datang dalam keadaan sangat lecun, seperti yang disebutkan tadi, (Maaf terlihat jorok dan berbau)...betul-betul rasa simpati menyentuh, kulitnya hitam, bertelanjang badan dan banyak yang berjalan tanpa alas kaki.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Saat itu, sedikit kabar menyenangkan dari Kepala Desa Selat Akar, Pak Amir. Ia menyebutkan sebentar lagi kampung ini dapat bantuan rumah untuk warga pra sejahtera. Sebagian ia janjikan untuk orang-orang suku terasing ini. Aku pun tak merinci untuk siapa siapa saja rumah itu, tapi memang mestinya orang-orang suku terasing inilah yang harus dapat prioritas, apapun agama mereka saat ini.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Oh ya balik ke cerita suku suku terasing di Riau. Masih banyak kondisi suku suku terasing yang belum diperhatikan. Kalau di Inhil yang terkenal dengan suku Duano, mereka juga menetap di laut, rumah mereka berada diatas pantai, bersambung sambung dengan rumah yang lain. Tepatnya seperti kampung Nelayan. Orang Suku Duano terkenal dengan tradisi Menongkah, menongkah ini yakni cara menangkap kerang. Menangkap kerap dihamparan pantai yang penuh lumpur dengan alas kayu. Tangkapan kerang suku Duano terkenal. Bahkan pernah pulak saya sampai ke Guntung, daerah paling Selatan Inhil, kawasan yang memikat juga, disini banyak juga kerang dan ikan ikan tangkap dari laut, kalau kerang yang terenal, dengan kualitas kerang yang berisi ya kerang dari tangkapan Duano ini.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Di tempat lain,, suku Asli yang masih dilupakan adalah suku Talang, berada di ceruk ceruk hutan. Banyak ditemui di Indragiri Hulu (Inhu) berada diperbatasan Jambi yang menyusur di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT). <i>Alhamdulillah</i> beberapa kali ekpedisi saya dibawa kesini. Suku Talang Mamak yang terkenal, dan suku suku Talang lain kabarnya juga ada. Mereka hidup seakan sudah bersetubuh dengan alam, mereka ini pun punya tradisi yang unik, misalkan dalam waktu waktu tertentu (maaf saya lupa nama ritualnya) semacam musim kawin, mereka membolehkan anak anak lajang mereka berkumpul sesama memilih pasanganya, setelah sesuai baru melakukan akad perkawinan. Ritual perkawinan juga mengunakan kadi dan saksi, mereka animisme kepercayaanya bercampur campur. <br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tentu saja tak semuanya yang masih seperti ini, yang berada di daerah luar, yang sudah bersentuhan dengan suku suku lain. Kehidupan mereka berubah, mereka ada yang sekolah, tapi bagi yang jauh, tentu banyak yang belum menikmati pendidikan. Guru dan sekolah sekolah mereka masih sangat terbatas, tak semua guru yang mau mengajar di tempat tempat pedalaman. Berinteraksi dengan suku-suku langka yang penuh kesabaran, dan mungkin harus dilakukan dengan dedikasi yang utuh, sebab tak mungkin mereka bisa mendapatkan balasan materil yang cukup saat mengajarkan orang orang yang masih terasing ini.<br />
</div><div style="color: red; text-align: justify;"><b><br />
</b><br />
</div><div style="color: red; text-align: justify;"><b>Butuh kebijaksanaan yang dingin menjadikan mereka bagian kita</b><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sekarang mereka hidup dengan tradisinya sendiri, tak ada yang salah dengan kehidupan mereka. Bahkan tradisi dan ritual yang mereka lakukan lebih kuat dan mengakar ketimbang kita yang sudah dibimbing dengan berbagai pandangan hidup yang lebih modern. Mereka malah banyak yang menyikapi hidup dengan arif, membuat larangan-larangan tertentu karena memang ada kaitanya dengan sensifitas alam yang bisa menyebabkan kerusakan kerusaka. Naluri mereka tentang hidup dan selera alam sangat kuat, ia merasakan seakan alam bisa diajak bicara, misalkan dari tanda-tanda alam itu sendiri, dari -bunyi bunyian burung, atau kayu sekalipun.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Cuman yang harus kita lakukan adalah membimbing mereka, dan tidak membiarkan mereka menjadi terasing disudut sudut pulau, atau dihimpitan hutan yang luasnya makin mengeciil. Mereka harus dibekali tulis baca untuk menghadapi persaingan dengan yang lain. Kita tidak menginginkan dan membiarkan mereka terbelakang.<br />
<br />
Alamdulillah, setiap tahun alokasi angaran untuk membangun suku terasing makin banyak. Cuman kalau muncul pertanyaan, apakah anggarann yang besar itu sudah sampai semua kepada mereka, ini yang harus sama sama kita waspadai. Jangan sampai pula karena mereka terbelakang, mereka hanya dijadikan bagian untuk ekspoitasi program saja, realisasinya nihil.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tahun ini alokasi dana APBN untuk dekonsentrasi Komunitas Adat Terpencil (KAT) di Riau meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada 2007 anggaran pemerintah mencapai Rp 2,7 miliar, 2008 mencapai 2,3 miliar dan 2009 ini naik menjadi Rp 2,8 miliar lebih. Anggaran tersebut akan dipergunakan untuk pemberdayaan KAT seperti sertifikasi lahan, pembangunan ramah, pembuatan sarana air bersih dan beberapa kegiatan pembangunan lain.<br />
<br />
</div><div style="text-align: justify;">Asisten III Bidang Administrasi Umum Pemerintahan Riau Ramli Walid mengatakan, untuk mewujudkan pemberdayaan KAT ini, peran daerah sangat menentukan karena proporsi pengaturan KAT ini juga lebih besar. Ini sesuai kewenangan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PP No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten dan Kota. <br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
"Pemerintah pusat di sini hanya memberikan fasilitas dukungan anggaran untuk memberdayakan. Melalui program dekonsentrasi 2009," kata Ramli.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
Ramli menyebutkan, anggaran KAT untuk Riau ini merupakan anggaran yang terbesar dibandingkan dengan beberapa provinsi lain. Dana tersebut akan diperuntukkan bagi pembangunan di 68 Desa dan 31 Kecamatan di enam kabupaten di Riau yakni Bengkalis, Indragiri Hulu (Inhu), Indragiri Hilir (Inhil), Rokan Hulu (Rohul), Pelalawan dan Siak. <br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
"Dana KAT ini untuk pemberdayaan suku pedalaman seperti suku Sakai di Bengkalis dan Siak. Suku Akitdi Bengkalis dan Pelalawan, suku Bonai di Rohul, Suku Talang Mamak di Inhu dan Suku Laut atau Duano berada di Inhil," ujarnya. <br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
Untuk itu, tambahnya lagi, dana KAT yang cukup tinggi ini selayaknya terealisasi secara optimal. Sehingga kualitas hidup dan kesejahteraan masyakarat KAT saban tahun berubah menjadi meningkat. "Kita ingin meningkatkan taraf kesejahteraan sosial mereka dengan tetap memelihara sosial budaya, kearifan lokal dan mengatasi keterpencilan secara geografis. Misalnya dengan memberikan bantuan perumahan, jaminan hidup, peralatan kerja dan bantuan usaha. Biasanya bantuan ini kita berikan tiga tahap.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
Kepala Dinas Sosial Riau Raja Lukman Mat juga mengatakan, jumlah populasi KAT di Riau masih banyak. Sehingga komunitas yang tersisa tersebut perlu diberdayakan dan ditingkatkan taraf hidupnya. Tahun 2009, dari sekitar 11.988 populasi KAT di Riau yang belum diberdayakan sebanyak 8.719 populasi. <br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
Di Kabupaten Bengkalis jumlah KAT mencapai 5.516 populasi yang belum diberdayakan sebanyak 3.891, di Indragiri Hulu (Inhu) jumlah KAT mencapai 3.165 dan yang belum diberdayakan sebanyak 2.465 orang, di Indragiri Hilir (Inhil) sebanyak 952 dan belum diberdayakan 471 populasi, di Rokan Hulu (Rohul) mencapai 1.916 populasi yang belum diberdayakan 1.549 populasi, di Pelalawan mencapai 324 populasi yang belum diberdayakan mencapai 247 populasi, dan Siak sebanyak 125 populasi yang akan diberdayakan tinggal 69 populasi. <br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
"Yang menjadi permasalahan saat ini masih rendahnya pemahaman aparat daerah tentang program KAT. Sehingga program pemberdayaan cendrung tidak sesui yang diharapkan. Selain itu SDM pendamping orang lokal sulit dicari karena umumnya warga KAT berpendidikan rendah," kata Lukman Mat.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
Setelah didukung program pemerintah, tentu kita mengharapkan mereka mendapat perhatian serius. Kalau saja masih banyak penyelewengan program itu, itu merupakan tanggung jawab pemerintah dan tentu saja anggota dewan yang terpilih, mereka bertugas untuk mengawasi program program itu..(*)<br />
</div>Bangasbersorakhttp://www.blogger.com/profile/08173480353200813293noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-730155195857107016.post-76948019364716319802009-11-19T12:30:00.005+07:002009-11-22T06:51:24.605+07:00Tak kan Melayu “Membeku di Musium dan Ruang Arsip”<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgekFwfdLlTnoVjesuUZP-KsQjpiAHXeP7YU9GtGLoNGkUUShwbXPsDvEmD8qOzCgEZBr9mKvZrcYuPW2TNIxXEQ5q27ygvB7FQvMHjWesDiZJNOSJeSUw8R4_XnggXbgUAWOaQ-TlMRDt2/s1600/Sagang+150+ok.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 120px; height: 160px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgekFwfdLlTnoVjesuUZP-KsQjpiAHXeP7YU9GtGLoNGkUUShwbXPsDvEmD8qOzCgEZBr9mKvZrcYuPW2TNIxXEQ5q27ygvB7FQvMHjWesDiZJNOSJeSUw8R4_XnggXbgUAWOaQ-TlMRDt2/s320/Sagang+150+ok.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5405683768263592322" /></a><br /><span style="font-style:italic;">Es beno (bangas bersorak)<br /></span><br /><br /><i>Riuh randah suara seremoni anugerah budaya, helat anugerah sagang tahun ini, membahana di ruang persegi hotel ternama di Pekanbaru. Nun disekitarnya, jejak-jejak budaya melepas dan terburai. Sedikit jejak itu terus digali, dicari tahu untuk penyokong jati diri.<br /></i><br /><br />Padahal ini tanah Melayu, tanah yang pada zamanya menelurkan sebongkah emas penyemai persebatian, menjadi lingua frangka saat berdagang, bersapa dan bermasyarakat, menggelinding menjadi sumbangan bahasa nasional Indonesia. Semua tahu, bangsa ini menaruh hati untuk ikhlas menggunakan bahasa Melayu menjadi cikal bakal bahasa Indonesia. Bahasa yang tumbuh dan berkembang di bawah dera dan tempaan kultur Melayu yang besar dan hidup di tengah masyarakat Riau. Tapi Melayu dengan tamaddun dan kejayaannya itu tidak semuanya tercerabut dalam kubangan yang dalam, bahkan masih dirasakan membeku dalam ruang-ruang kaku yang sepi.<br /><br />“Persoalannya sekarang, warisan masa lalu yang inspiratif itu kini banyak yang membeku. Membeku di ruang-ruang arsip perpustakaan, museum dan tempat-tempat lain,”kata Ketua Dewan Pendiri Yayasan Sagang H Rida K Liamsi, menyampaikan kegusarannya, saat memberikan anugerah sagang.<br /><br />Kata-kata itu mengguratkan risau yang menghantuk hantuk relung hati paling dalam, membongkah nasib negeri dengan budayanya yang mencangkung kesepian. Membawa diri untuk segera berubah menjadi pungguk yang membawa kedalam mimpi idaman, menasbihkan melayu menjadi tamaddun negeri yang lebih cemerlang.<br /><br />Alhamdulillah, selama 14 tahun perjalanan, pemberian anugerah itu memberikan semangat bahwa budaya mampu berkukuh mengembangkan budaya. Di sini muncullah tekad untuk mencairkan kebekuan itu. Ini semacam pemakzulan, dari kata “sagang’ yang memiliki makna harfiah sebagai “penopang”. <br /><br />Berawal dari asal kata, mungkin saja tak biasa mengetahui makna Sagang, kata ini merupakan Alkais yang sulit ditemukan dalam kamus Bahasa Indonesia. Mungkin juga agak langka dalam percakapan sehari-hari. Kata ini hanya dikenal masyarakat Melayu Riau di kawasan pesisir, dikenal para dengan nama sepotong kayu kecil yang digunakan penyangga bumbungan rumah di kawasan pantai. Kayu kecil itu dipasang melintang diagonal pada bentangan atap rumah. Gunanya untuk menjaga keseimbangan bila terjadi terpaan angin ribut. Masyarakat nelayan biasa menyebutnya sagang barat, karena kayu kecil itu sangat berjasa dalam meredam guncangan angin barat yang turun bagaikan ribut di kawasan pantai.<br /><br />Di perahu-perahu nelayan pun, kayu kecil ini dipakai sebagai penyangga atau penyokong yang dipasang diagonal pada bentangan layar, untuk menjaga bentangan layar agar senantiasa terbuka dalam menerima tiupan angin, agar perahu melaju dan tetap kencang. Filosofinya, sagang merupakan simbol dari semangat untuk menjadi penyangga yang mendorong dan menggerakkan kreativitas budaya Melayu. Sagang adalah simbol dari semangat yang tak kenal menyerah, semangat yang tak pernah gentar, betapa pun hebat tantangan yang dihadapi.<br /><br />Tahun ini harapan itu muncul dan terus bergulir, mengharapkan ia tak hanya menopang dari deraan angin badai baik di rumah atau di laut, tapi menjadi kayu untuk menabuh bunyi-buyian, menyeruak dan ramai..harapan ini bisa dilakukan, bila ada beragam tangan kreatif pula yang memanfaatkanya, menggunakannya dengan benar dan membuatnya menjadi benteng baru sebuah peradaban. (*) (ditulis dengan banyak menyadur informasi dari tulisan tentang sagang)Bangasbersorakhttp://www.blogger.com/profile/08173480353200813293noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-730155195857107016.post-23096789934471901042009-11-15T16:18:00.014+07:002009-11-22T06:43:01.602+07:00Kampung Persinggahan itu Namanya Bandul<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiShZnFlldeOhpy1OYBLrewRtLOHl_Yu4-LW1Tv7-lkWN2-9tikIT3f9sCqCsraBrP39189ALjHfpnPGm-WKyK77b_gnqUbT2IiSWuLDRoExCkp4u36zKnhRjYLjokNSuAims2mrxj4znP/s1600-h/bandul-ok-1.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiShZnFlldeOhpy1OYBLrewRtLOHl_Yu4-LW1Tv7-lkWN2-9tikIT3f9sCqCsraBrP39189ALjHfpnPGm-WKyK77b_gnqUbT2IiSWuLDRoExCkp4u36zKnhRjYLjokNSuAims2mrxj4znP/s200/bandul-ok-1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5404261750617456786" border="0" /></a><br /><span style="font-style: italic;"> <span style="font-style: italic;">(foto bawah: ini gambo pasar Bandul,,samping samping samelah dengan daerah lain rulet (rumah toko dan sarang walet..foto tengah: <br />Es beno (bangas bersorak)</span><br /><br /></span><br />Kampung Bandol, bukanlah kampong yang baru, kampung ini termasuk kampung lame. Konon sejak zaman kerajaan Siak, daerah ini sudah menjadi salah satu tempat persinggahan raja Siak Sri Indrapura. Di sinilah muncul sebutan nama Bandul, yang berawal dari sebutan nama sebuah pokok yang satu satunya di desa ini. Memang tak ada sejarah yang pasti, tapi hikayat ini ditasbihkan dalam beberapa tugas akhir skripsi anak-anak Bandul. <span style="font-style: italic;">(Boleh ditengok nukilan kisah ini di sekripsi Mizan Fathoni, Taslim Prawira dan Ali, Sag)<br /><br /><br /><br /><br />Terlepas dari itu, kampung ini ternyata menyimpan sejarah panjang dalam masa masa perjuangan. Memang kalau terlihat dalam letak kampung, posisi kampung sangat strategis, berada di ujung Pulau Padang serta persis behadapan dengan Pulau Bengkalis. Setelah membalah selat ini bertembung lah denga laut luas Malaka. Di sinilah sejak Dulu Bandul menjadi tempat lintasan perlayaran sampai saat ini.<br /><br />Kampung ini pun terkenal menjadi persinggahan para pelaut baik dari wilayah timur maupun barat . Masa masa kejayaan kampung tarsito ini di rasakan sampai sekitar tahun 50-an sampai 70 an. Konon perahu - perahu bugis yang berlayar sering membawa bermacam - macam perabot seperti guci ,kendi dan pasu (tempat beras). Orang orang kampung sini makanya tak aing dengan bende-bende mewah produk luar. Bahkan kononnya kampung ini paling ramai masa masa itu. <span style="font-style: italic;">(Tulisan ini dinukilkan dari tulisan salah satu anak Bandul, Taslim dalam Face book, Darul Huda Bandul Meranti). </span><br /><br />Kisah yang menguatkan Bandul sebagai kawasan strategis tampak pada masa penjajahan. Memang pusat penjajahan kala itu yang paling dekat adalah di Bengkalis, sebagai wilayah kerisedenan kawasan Sumatera Timur. Tapi kalau menilik hal ini, disepanjang daerah pesisir pulau Bengkalis dan Pulau Padang, satu satunya daerah yang dijadikan salah satu markas penjajah adalah Bandul. Di kampung ini dahulu ada markas Belanda yang disebut dengan bom. Tapi bangunannya sudah hancur, tapi masa tahun 60-an dibuat bangunan pegganti oleh pemerintah yang sampai sekarang bangunan-bangunan tua ini masih ada.<br /><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvyzKqFUIxH4tL8t1eK9WXzUUgM1CeIaTgbYTw-hku2TWkSdju0QDe5UzVy_Z-WK5e7kiwve3W01pcc4v2D076uYFGo0Qc9BCR9SyxaF8_9mC1ttWmaEBIwgj36sHj48deFRgFYDpo5WyG/s1600-h/banadul-2.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvyzKqFUIxH4tL8t1eK9WXzUUgM1CeIaTgbYTw-hku2TWkSdju0QDe5UzVy_Z-WK5e7kiwve3W01pcc4v2D076uYFGo0Qc9BCR9SyxaF8_9mC1ttWmaEBIwgj36sHj48deFRgFYDpo5WyG/s320/banadul-2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5404262487796573042" border="0" /></a>ini foto paman Taslim dan anak-anak dekat rumah bom..bangunan tue yang ku ceritekan tadi..<br /><br /><br /><br />Kalau melihat bentuk bangunannya sama arsitekturnya dengan bentuk bangunan Eropa. Ini dijadikan sebagai tempat penginapan dan juga rumah singgah bagi pelayan negara yang bertugas di daerah ini. Bahkan, Bandul sejak dulu sudah berdiri sekolah, yang terkenal dan alumninya mungkin sampai saat ini masih banyak. Yakni Sekolah Rakyat (SR) dan katanya Mulo yang setinggkat SLTP. Kedua dua sekolah ini sudah hancur, tapi masa masa tahun 90-an di Bandul sekolah ini masih ada. Tentu saja anak anak seumur aku masih ingat bentuk sekolah ini macam apa. Sekolahnya besar, berbentuk panggung. Tapi terbuat dari papan. Sekolah ini waktu masa masa kami kecik dulu banyak misteri, maklum waktu itu umur sekolah juga sudah uzur. Kabarnya Jepang juga pernah mendarat di Desa ini.<br /><br />Sampai sekarang, kawasan ini masih menjadi daerah transito yang strategis. Kapal kapal besar yang melintas menuju Dumai dan Bengkalis pasti melintasi tempat ini. Begitu juga sebaliknya yang menuju Selatpanjang dan Batam. Bahkan sekarang ini, sejak jalur darat mulai bagus, Bandul menjadi daerah transit dari Belitung Bengkalis atau sebaliknya. Apalagi sekarang sedang dilanjutkan pembangunan jembatan penghubung antara Bandul dan Selat Akar (daerah ini menjadi kunci untuk penghubung antara Pulau Padang dan kecamatan Merbau, Belitung). Kalau jembatan ini jadi, dan jika pemerintah kabupaten Kepulauan Meranti melanjutkan dengan pembuatan jembatan <span style="font-style: italic;">roll-on roll of</span> (Roro) Pulau Padang-Bengkalis. Maka tidak mustahil daerah ini akan maju pesat dan menjadi ikon baru untuk pertumbuhan ekonomi kawasan pesisir.<br /><br />Pasalnya Belitung sendiri sejak lama menjadi daerah eksplorasi Migas yang saat ini dikelola PT Medco Indonesia. Sedangkan daerah sekitarnya merupakan kawasan perkebunan rakyat yang luas, sampai ke desa Selat Akar, ratusan ribu kebun karet dan sagu, selain itu hutannya yang masih luas. Tak hanya itu Bandul, apalagi Selat Akar yang terkenal di Desa Kuala menjadi sentra perikanan tangkap. Kalau mau hanya sekedar mencari belacan atau udang kering (ebi) di daerah Kuala ini, kata orang kampung jangan <span style="font-style: italic;">rhisau</span>, sebab barang tu <span style="font-style: italic;">beleak</span> (eh salah cakap, bahasa Minang pulak terbawak).<br /><br />Kalau lah ada cetak biru atau kate orang blue print pembangunan kawasan pesisir, saya rasa daerah ini potensial dikembangkan. Banyak potensi potensi yang melekat seperti hasil hutan, sagu, karet, ikan tangkap, sekarang ini yang muncul jadi bisnis menjanjikan juga walet. (Tapi yang terakhir ini beresiko, sebab jika kawasan ini padat, serta merta bukan tidak mungkin ketika walet ini ada terserang virus, bisa dengan cepat menjadi punca penyakit).<br /><br />Selama ini potensi yang ada tidak menjadi ikon kuat untuk mendukung ekonomi. Ini terlihat dari kaca mata perkembangan bisnis dan usaha yang dijalankan. Kecuali Walet lah, yang berkembang begitu pesat, sampai sampai kampung ini ramai karena walet walet ini. Tapi untuk usaha masyarakat seperti sagu dan karet, hanya sekedar penopang hidup. Soale karet yang ada tidak dilakukan dengan sistem budidaya yang tepat. Pembibitan karet juga banyak yang dari sistem tradisional, sehingga meskipun luasnya banyak tapi hasilnya tidak maksimal. Kalau kita mau belajar dari provinsi tetangga, yakni Sumatera Utara (Sumut). Industri perkebunanya sudah sangat kuat, tapi ini sudah didukung sejak zaman kolonial. Bahkan di Medan sejak tahun 1800-an. Sudah ada pusat penelitian perkebunan, makanya Sumut menjadi daerah maju. Mungkin kalau balek kampung, masyarakat merasa tidak puas karena hanya bertumpu dengan kebun karet, alasanya karet tidak menjanjikan. Padahal, sejak menteri pertanian dijabat Anton Apriantono, ia merekomendasikan untuk merevitasasi perkebunan salah satunya karet karena memprediksi komoditas yang satu ini merupakan yang paling prospek.<br /><br />Alasanya sederhana, dengan kemajuan industri, kebutuhan karet juga semakin banyak. Memang karet ini berasal dari Brazil, tapi sampai saat ini pensuplai komoditas karet di Dunia terbesar dari Asia Tenggara (Asteng) , yakni Indonesia, Malaysia, Filiphina dan Thailand. Memang pula harga karet sangat fluktuatif dan sensisitif. Kalau Industri lumpuh, harga karet seperti kejadian sejak Juli 2008 lalu, harga karet pun jemblok.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwCocfpLmX_3rG6yQyBhGFQp-fHfl8bS6E_BsL6KETxO7aj19BZ3SOPIhDy4iAb14E4axiBXEPU_3AlsvOPiyjHVghWJ6ueFnBAIkfAkh6djFIDi7OxT78stJgv6oN06XQBxqRoH3JFxDu/s1600-h/bandul-2.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 241px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwCocfpLmX_3rG6yQyBhGFQp-fHfl8bS6E_BsL6KETxO7aj19BZ3SOPIhDy4iAb14E4axiBXEPU_3AlsvOPiyjHVghWJ6ueFnBAIkfAkh6djFIDi7OxT78stJgv6oN06XQBxqRoH3JFxDu/s320/bandul-2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5404264608528973522" border="0" /></a>dan gambo atas: ini jembatan Bandul Selatakar)<br /><br /><br /><br />Tapi komoditas ini tetap dibutuhkan, sekarang saja harga karet terus beranjak naik. Bahkan di beberapa pabrik ternama di Riau, kalau di Riau ada empat parik ternama yakni PT PT Ricry Pekanbaru, PT P&P Bangkinang, PT Tirta Sari Surya dan PT Andalas Agrolestari harga bahan olahan karet (bokar) dah sampai Rp 19 ribu per kilo gram. Terbukti kan prediksi pak Anton.<br /><br />Lewat tulisan ini... <span style="font-style: italic;">(Maaf sikit ye, kalau dah becakap memang panjang, mungkin ini agak melenceng dari kisah Bandul sebagai kawasan transito, tapi tak apelah bile lagi nak becakap puas macam ini, kalau tak disampaikan buah pikiran ini sakit kepale pulak)..</span>..... Saya nak berpesan, sekarang ini kan kebun kebun karet di Bandul dan sekitarnya kan dah tue. Karena diprediksikan umurnye pun dah ratusan bahkan puluhan tahun. Kalau melihat refensi budidaya keret. Ini tak layak lagi untuk dilakukan, sebab lateknya tak maksimal, jadi banyak bekerja tapi hasilnya sikit (tentu ini kate orang sekarang yang disebut dengan kata tidak ekonomis).<br /><br />Makanya kalau nak merubah aset kebun karet menjadi menopang ekonomi yang kuat, saya rasa sangat bisa dilakukan. PT Good Year, salah satu produsen pembuat ban ternama di dunia, berpusat di Inggris, tapi banyak kebunnya di Indonesia, salah satunya di Medan. Katanya... <span style="font-style: italic;">(ini dari cerita-cerita kawan juga, waktu lama di Medan )</span> bisa menggaji buruh lepas kebunya sampai jutaaan. Kalau analisa saya sangat bisa, asalkan ilmu budidayanya sangat tepat. Beberapa teori ada yang mengatakan, maksimal hasil penyadapan karet bisa sampai 1500 kg/ hakter. Alias 1,5 ton per haktere. Kalau di kampung, jangankan sampai 1000 kg, nak sampai 20 kg aje dah semaput. Ape pasal, sebab karet yang ditanam tak bisa menghasilkan maksimal. Ini karena banyak faktor selain umur juga kualitas bibit yang tidak jelas.<br />Kalau mau dirubah dengan target saja bisa menghasilkan maksimal. Dengan strategi budidaya, perawatan sampai penangganan sangat panen (penyadapan) optimal. Hasil latek maksimal bisa mnecapai antara 500 kg- 2000 (2 ton kg). Dalam budidaya karet, maksimal kan umurnya sampai 30 tahun. Kalau saat perdana bisa umur sekitar 6 tahun sudah bisa diperkirakan menghasilkan latek sampai 500, hasil optimal itu diperkirakan umur 12-18 tahun. Kita kali kan saja, kalau minimal tiap hektare mampu produksi 500 kg, kali kan harga terendah kemaren tu sampai Rp 2000. Hasilnya bisa sampai Rp1 juta per hakter, sekali panen. Ingat masa panen bukan sebulan sekali. Optimal 3-4 hari sekali. Artinya setiap bulan 7-8 kali. Hasilnya sebulan bisa mencapoai Rp 8 juta per bulan. <span style="font-style: italic;">(Mak mak.. ini mungkin same gaji manager aku dikantor lah..itu pun dah bertungkus lumus berkarir bertahun tahun, belum lagi masuk modal kuliah..itu lame dan makan pemikiran lah..aku rasekan sangat..).</span> Kalau estimasi tadi kita rubah dengan kondisi optimal katakanlah bisa capai 1 ton per haktare, plus dengan asumsi harga karet saat ini sekitar Rp 19 ribu di pabrik maka penghasilannya bisa mencapai Rp 19 juta...sekali panen...<br />Ini belum termasuk jika melakukan budidaya sagu secara maksimal. Baik budidaya maupun samai industri hilir. Sebab kebutuhan sagu ini bisa dijadikan pendukung industri makanan di Indonesia. Apalagi Indonesia terkenal sebagai pengimpor gandum tebesar. Kalau pati dari sagu ini dimaksimalkan sebagai subtitusi alternatif pengganti gandum dan dijadikan industri besar, saya rasa kemakmuran akan berpihak kepada masyarakat. Ini celoteh biasa, sebab riset-riset subtitusi tepung sagu untuk terigu begitu populer, patinya melimpah jauh lebih besar kapasitas produksinya dari gandum sebagai tanaman penghasil terigu. Cuman memang tidak bisa seratus persen, sebab gandum satu satunya tanaman yang memiliki glutein. Ini yang membuat tepung gandum disukai. Tapi kualitas tepung sagu sedikit hampir menyamai gandum. Belum lagi tanaman ini kaya juga dengan ethanol. Bahan kimia untuk makanan, kosmetik dan pembangkit energi. Jadi sangat sangat potensial. <span style="font-style: italic;">(kami becakap sambil neking ni, geram!!! Sebab ngape sampai sekarang tak pulak dilirik same pemerintah...heran..).</span><br />Balek lagi ke cerita kampung tadi, kalau betul pemerintahnya cekatan. Saatnya membuat basis ekonomi yang kuat di Bandul. Dulu, waktu aku baru semester ...baru,, memang ade proyek reboisasi karet di Bandul..tapi dari bibit sampai pupuk lesap entah kemane..Hibah macam inilah buat kacau..kalau nak maju maunya maju bersama..tak akan ada yang korupsi, nyekik bukan hak..<br />Ada banyak kawasan yang sudah sadar dengan merubah pola budidaya karet dengan sistem lebih modern. Salah satunya di Sulawesi Selatan..(Bisa dilihat di tulisan dengan alaman web. http://masbudihartono.wordpress.com) di salah satu tanggapan warganya di kecamatan Masuji Makmur ini. Berkat karet kehidupan ekonmi desa sudah berubah..katanya rumah riumah di kampungnya sudah berganti dengan rumah permanen,,kendaraan pribadi dan peralatan elektronik). Mestinya Bandul dan daerah sekitarnya di Meranti sangat bisa.<br />Memang butuh dana investasi besar untuk buat kebun. Tapi kalau mau, sekarng ada program revitalisasi perkebunan. Jangankan Meranti, Riau saja, memang realisasi program ini kecil. Padahal skim kreditnya besar untuk karet Rp 36 juta/ haktare. Kalau pakai skim ini pemerintah memberikan stimulus yakni 50 persen ditanggung pemerintah. Jadi petani hanya mengembalikan kredit 50% saja. Misalkn kredit komersial sekatrang 12-13 persen, maka yang dibayar petani bearti 6-7 persen..(Ini dana murah lho). Tapi tergantung pemerintah daerah dan masyarakatnya juga..mau atau tidak (kata orang inikan pilihan. Tapi kalau konsisten untuk tidak maju, kan jadi PERTANYAAN BESAR).<br />Jadi balek ke awal cerita tentang Bandul tadi, kampung ini memang punya banyak potensi..Tinggal bagaimana mengembangkan dan membuat perencanaan agar daerah transito ini memang benar benar maju. Perlu kerja keras dan niat baik...sehingga tak menjadi kampung yang makin terbelakang, tapi kampung maju yang beradap dan tentram..(amin)..<br /><br /></span>Bangasbersorakhttp://www.blogger.com/profile/08173480353200813293noreply@blogger.com15tag:blogger.com,1999:blog-730155195857107016.post-28121293394424819562009-10-24T07:43:00.008+07:002009-11-22T06:54:41.852+07:00Sepenggal Kisah Raja di Tanah Bentayan<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyTTRGNZQwXicZmu0FPiGbAyykY6TVOpJvUuO70zUTP-S088wV9nLMwaHXTpF8D_QRkMijjo6sEkNATrvZozvusJDO5lHtEGsj-O-_Mkc3mvOum31TIg2HSQXPTaf6bL_L3DbSgJwV47Tp/s1600-h/kerajaan-rokan-hilir.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 196px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyTTRGNZQwXicZmu0FPiGbAyykY6TVOpJvUuO70zUTP-S088wV9nLMwaHXTpF8D_QRkMijjo6sEkNATrvZozvusJDO5lHtEGsj-O-_Mkc3mvOum31TIg2HSQXPTaf6bL_L3DbSgJwV47Tp/s200/kerajaan-rokan-hilir.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5395961767270724994" /></a> <span style="font-style:italic;">foto diambil dari buku pendekar mursalim, karya sudarno mahyudin</span><br /><br />(es beno,bangas bersorak) <br />Kebetulan dua pekan lalu pergilah daku ke salah satu desa di Rokan Hilir (Rohil). Perjalanan yang menurutku sedikit menyiksa, sebab kami harus memburu waktu. Sepakatlah dari kantor (PT RIC) menggunakan kendaraan double cabin, Ford, untuk menembus delapan jam waktu tempuh perjalanan. Daku sama sekali tak merasa selesa, aku mabuk digasak jalan yang berliku dan berbukit. Apalagi kondisi badan ku tidak fiks, rasa perutku diputar putar dengan alat sentrifuse, akhirnya .......<br /><br />Kali ini aku ceritakan penggalan cerita yang menjadi khasanah daerah ini. Syahdan, dulu kabarnya daerah ini terdapat seorang raja berkuasa, tepatnya di Bentayan. Kisah ini tertulis sebelum daerah ini manjadi daerah kekuasaan Siak. Ini dari Tambo bertuliskan arab melayu yang sampai kini diwariskan secara turun temurun. <br />Tak jelas nama kerajaannya, tetapi nama sultan dan makamnya masih ada sampai sekarang. Kisahnya ini bermula dari Tengku Syarif Ali, pangeran kerajaan Samudra Pasai. Ia pergi meninggalkan kerajaan Pasai setelah kisruh dengan keluarga, tak jelas juga motivnya. Lalu ia terdampar di desa bernama Pembatang. Kedatangan Syarif disambut baik warga tempatan. Termasuk Datuk Rantau Benuang—Datuk satu-satunya di Pembatang—ia langsung menawarkan agar Syarif Ali bermukim di daerah ini. Halima Putih salah satu putrinya kemudian ia nikahkan dengan Syarif Ali.<br />Ini mungkin dugaan kuat ada kerajaan kecil, sebab Syarif Ali berasal dari keturunan raja. Tapi yang jelas sampai saat ini Syarif Ali tersohor dengan sebutan Datuk, ia diberi gelar Datuk Batu Hampar. Sebutan ini muncul karena dalam hikayatnya ketika sholat Ia sering mengunakan batu besar, bekas perahu yang digunakan. Desa Pembatang yang menjadi tempat tinggalnya sekarang disebut pula dengan Bukit Datuk Batu Hampar.<br />Kisah tentang Datuk Batu Hampar ini pun tak terkuak jelas, tambo peninggalan situs sejarah sudah banyak rusak. Tapi benda-benda peninggalan Datuk Batu Hampar masih bisa ditemukan. Seperti tongkat, pedono (tempayan), lelo (meriam kecil), dan keris. Ada beberapa benda warisan yang hilang seperti baju besi, pedang, ikat pinggang emas dan gong. Kabarnya dulu sering diincar kolektor barang antik dari luar negeri. <br />Sayang tak banyak ternukil dari kisah kerajaan ini, tapi tulisan ini hanya mengkabarkan khasanah negeri ini sangat kaya. Kita saja yang lupa dengan khasanah daerah sendiri dan selalu membiarkan ditelan zaman. (*)Bangasbersorakhttp://www.blogger.com/profile/08173480353200813293noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-730155195857107016.post-74488786635092199522009-10-17T22:14:00.005+07:002009-11-22T06:56:34.890+07:00”Tak kan Patah” Istana Sayap Pelalawan<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmQ0MNs_D1rlmGUOQjzplYf_SOofqgSSYzdd2a77hq-UurSzExxG7YHJ5ewzmgbly4q7YiBpUojWiyClFCla3Xb64j-0QNObXDx9bgRFrdQQWdKHbi8W5e1V1qqdWlzrZFhCu0bnYNYJof/s1600-h/kerajaan-pelalawan.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 101px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmQ0MNs_D1rlmGUOQjzplYf_SOofqgSSYzdd2a77hq-UurSzExxG7YHJ5ewzmgbly4q7YiBpUojWiyClFCla3Xb64j-0QNObXDx9bgRFrdQQWdKHbi8W5e1V1qqdWlzrZFhCu0bnYNYJof/s200/kerajaan-pelalawan.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5393588770496499890" /></a><br />(esbeno, Bangasbersorak)<br /><br /><span style="font-style:italic;"><span style="font-style:italic;">”Yang serai ada rumpunnya<br />Yang sungai ada guguknya<br />Yang keris ada hulunya<br />Yan tombak ada gagangnya<br />Yang rumah ada tuannya<br />Yang kampong ada penghulunya<br />Yang negeri ada rajanya”(CATATAN Tennas Efendy)<br /></span><br /></span>Ungkapan petuah Melayu diatas perlu dibuktikan, tapi untuk menelisik puing puing kerajaan di Riau memang agak sukar, sebab beberapa situs kerajaan tua sudah raib beserta peninggalan sejarahnya, baik semacam situs atau riwayat kerajaan. Tinggalkan kisah kerajaan tersisa pada kepingan-kepingan, yang sedikit ini perlu ditelusuri kembali.<br /><br /><br />Begitu juga kisah Kerajaan Pelalawan, istana asli kerajaan sudah tidak ada, alhamdulillah pemerintah setempat (Pemda Pelalawan) merekontruksi kembali. Istana ini kembali ada, mengisyaratkan kemashuran kerajaan terdahulu tidak bisa terendam selamanya. <br /><br />Istana kerajaan Pelalawan yang tersohor dalam sebuah tulisan disebut dengan nama Istana Sayap. Istana ini dalam hikayatnya ditasbihkan oleh Sultan Pelalawan ke 29, yakni Tengku Sentol Said Ali. Ketika memimpin, ia berazam memindahkan pusat kerajaan dari Sungai Rasau (Anak Sungai Kampar) ke muara ujung Pantai. Tapi sebelum istana selesai, ia terlebih dahulu meninggal, karena itu ia diberi gelar Marhum Mangkat di Balai. <br /><br />Tapi niat mendirikan Istana Sayap tetap dilanjutkan Sultan Syarif Hasyim II. Ketika ia bertahta, ia menggubah istana yang belum selesai dengan dengan membangun dua sayap baik disamping kanan dan kiri istana sebagai balai. Maka sejak itu istana ini disebut dengan Istana Sayap. Pendirian istana ini menjadi filosofi dan mengakar di masyarakat setempat , saat mendirikan rumah, secara adat mensyartakan ada bangunan induk dan bangunan anak. <br /><br />Jadi Sultan Syarif Hasim II lah raja pertama Pelalawan yang bermastautin di Istana Sayap, jasanya ini membuat ia mendapat gelar Marhum Kampar II. Namanya disejajarkan dengan Sultan Kampar I yang merupakan Sultan Mahmud Syah I Sultan Malaka yang mangkat di Pakantua, Kampar. Sejak saat itu resmilah desa yang kini disebut Desa Pelalawan yang menjadi pusat kerajaan Pelalawan. Disinilah riwayat kerajaan Pelalawan sampai akhir, dibawah kepimpinan Syarif Harun.<br /> <br />Riwayat Kerajaan Pelalawan sangat panjang. Kerajaan ini juga tidak terlepas dari hikayat negeri negeri Melayu tersohor seperti Melaka, Temasek dan Siak Sriindrapura. Awalnya kerajaan Pelalawan berdiri di Pekantua, kemudian pindah ke Sungai Tolam, lalu pindah di Sungai Rasau dan baru menetap di Pelalawan. <br /><br />Saat di Pakantua, kerajaan didirikan oleh Maharaja Indera. Beliau disebutkan sebagai bekas orang besar Kerajaan Temasik, serumpun Melayu yang pisah dari Johor dan menjadi negara Singapura. <br /><br />Kala itu Kerajaan Temasik dikalahkan Majapahit, saat itu kerajaan Temasik dipimpin Permaisura (Prameswara ) ia mengundurkan diri ketanah semenanjung mendirikan kerajaan Malaka. Sedangkan Maharaja Indera membangun kerajaan Pekantua di Sungai Pekantua. <br /><br />Tapi setelah kejaaan Melayu kembali pulih di Melaka, sebuah riwayat menceritakan Pakantua ini kemudian diserang Melaka, sehingga kekuasaan langsung diambil alih oleh Sultan Melaka. Pakantua ditasbihkan menjadi Pekantua Kampar. <br /><br />Tapi setelah berselang puluhan tahun kemudian, kerajaan Malaka malah menuai masalah sebab diserang Portugis, sehingga posisi sultan mendapat ancaman. Pada saat yang kemelut itu, Sultan Mahmud Syah I dinobatkan menjadi Raja Pekantua Kampar. Ketia mangkat beliau diberi gelar Marhum Kampar.<br /><br />Tapi dalam perjalanan sejarah salah satu pewaris Kerajaan Pakantua kampar meninggakan kerajaan dan pindah menuju Tanah Semananjung untuk mendirikan Negeri Kuala Johor. Kala itu dibawah kepemimpinan Sultan Alauddin Riayat Syah II, ia pun disebut sebagai pendiri Kerajaan Johor. Tapi saat meninggalkan Pekantua, beliau menunjuk dan mengangkat Mangkubumi Pekantua yakni Tun Perkasa sebagai raja muda.<br /><br />Seperti yang disebutkan sebelumnya, ada sebuah persebatian beberapa kerajaan Melayu, demikian dengan kerajaan Pelalawan. Setelah berdiri kerajaan Johor terjadi kemelut antara dikerajaan dan ini juga memunca konflik berdirinya kerajaan kecik Siak Sriindrapura. Memang beragam fersi sejarah yang muncul, tapi para pencatat silsilah sepakat mengakui ada persebatian antara kerajaan Johor Siak dan Pelalawan. <br /><br />Tapi soal pertikaian antara beberapa kerajaan dibuktikan dengan silsilah kerajaan itu. Sejarah Pelawalan menukilkan terjadi penyerangan pula dari kerajaan Siaksriindrapura ke Pelalawan, perang saudara ini terjadi di benteng Mempusun, benteng dan bekas perperangan sampai saat ini masih ada, sekarang menjadi musium. (Lain kesempatan akan kami tuliskan sedikit tentang Mempusun) ini, setelah Pelalawan takluk dibawah kerajaan Siak berubah pulalan penguasa kerajaan, dan pencatat sejarah menukilkan sejak pertempuran itu pimpinan Pelalawan langsung beralih ke silsilah Sultan Said Abdurrahman berketurunan Siak sampai masa habisnya kerajaan. (*)Bangasbersorakhttp://www.blogger.com/profile/08173480353200813293noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-730155195857107016.post-90177574605073501392009-10-11T12:37:00.010+07:002010-09-16T14:54:58.493+07:00Bersua Sudah dengan Blogger Bertuah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlB2znWBu0yMQfpJpovqzCc-gwuI_PYQc4SxYPTaW1YNTjxX0tZWlfOKmB0cyDdbU4OkqKa_BsPGcih1_70UYGVqGd4MzPIvWlkEa9p1hmnT9jJWY2Qg-Co1eBAEofDSRDU9G5IBHINFAi/s1600/okkk.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlB2znWBu0yMQfpJpovqzCc-gwuI_PYQc4SxYPTaW1YNTjxX0tZWlfOKmB0cyDdbU4OkqKa_BsPGcih1_70UYGVqGd4MzPIvWlkEa9p1hmnT9jJWY2Qg-Co1eBAEofDSRDU9G5IBHINFAi/s320/okkk.jpg" width="320" /></a></div><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgP3W3wR9qA9dFm4xDXitSRdJccpiwwttsfNVbrW6MpMXS-7RD93Oee7qXJeKIpkqlIm7nmE7EJKqNl3g9napsbiF6_TQHRjMw0wO41ZtyUIX6rDltmrVdYVyUWyiMymPeVop6HDne7PHSn/s1600-h/oke.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"></a>(Es beno, bangasbersorak)<i>Keunikan komunitas ini kebanyakan mengenal teman teman mereka dari karya dan eksistensinya di dunia maya. Karakter cerdik dan unik teman lain selalu dikenal.</i><br />
<br />
<br />
Menyaksikan malam minggu (malming) di Pekanbaru, jalan jalan terasa sesak. Hilir mudik pengendara saling berseliweran, berkejar kejaran, pekikan pekikan suara pengendara sepeda motor hampir merata dijalanan. Saban malming kejadian seperti ini, begitu juga malam tadi.<br />
<br />
<br />
Ditengah huruk pikuk pengendara beragam jenis kendaraan itu, kendaraan kami meluncur ikut memecahkan riuhnya Pekanbaru. Sepanjang perjalanan tentu saja beragam pemandangan yang kami saksikan, maklum lintasan yang kami lalui dari Panam, kawasan yang menurut catatan, jumlah hunian meledak, bahkan Pemerintah Kota Pekanbaru mengaku kawasan ini merupakan kawawasan tercepat pertumbuhannya.<br />
<br />
Banyak penyebab kawasan ini diincar banyak orang, kawasan ini dekat dengan dua kampus utama yakni Universitas Riau (Unri) serta Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim. Selain itu disini sudah dibuka jalur jalur lingkar yang akan menjadi tempat pertembungan dari berbagai kota terutama menuju terminal utama yakni bandaraya payung sekaki (Terminal bus ini merupakan termegah saat ini). Apalagi beberapa waktu lalu, investor asal Malaysia menggandeng ritel terbesar yakni Hero Indonesia merealisasikan membuka pusat perbelanjaaan yang tak jauh dari kampus yakni Giant Supermarket, kawasan ini semakin bertambah ramai.<br />
<br />
Wajar saja Panam menjadi kota hidup di Pekanbaru, di tepi tepi jalan sudah ramai jualan makanan makanan pada malam hari. Tidak seperti 3-4 tahun yang lalu, semuanya berubah pesat.<br />
<br />
Setelah melewati Panam, yang paling fenomenal tentu sepanjang Jalan Arifin Ahmad dan Purna MTQ Pekanbaru yang kini berubah nama menjadi Bandar Serai Pekanbaru tempat berdirinya musiam megah Idrus Tintin. Sepanjang jalan ini terlihat berderet berbagai komunitas motor berjejer sepanjang jalan, tidak terkecuali pedagang jagung bakar dengan tamunya sepasang kekasih dengan gadis gadis cantik yang tampak seksi. Semua pemandangan itu kami lalui begitu saja, sampai tibalah kami ditempat salah tongkongan anak anak yang selalu eksis dikotak dunia maya, komunitas Bertuah, bloger Pekanbaru.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9wxFBfJGMAoA7n_9Rtu9XEINmQZNDhceI57qKSz4PBK1E5CrskNxPOaAvOdg1LHFaGiRtPLNSAFPl9yPG-4wl8tNc4h2tvB5JpDHarbXRqKcZR2k55IzEBeiJ6VYrJI-0BaiNroWjcDR6/s1600/ok2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9wxFBfJGMAoA7n_9Rtu9XEINmQZNDhceI57qKSz4PBK1E5CrskNxPOaAvOdg1LHFaGiRtPLNSAFPl9yPG-4wl8tNc4h2tvB5JpDHarbXRqKcZR2k55IzEBeiJ6VYrJI-0BaiNroWjcDR6/s320/ok2.jpg" width="320" /></a></div>Sampai ditongkrongan, menu yang disajikan berupa teh telur, yang kini banyak dibicarakan dikomunitas blog luar, sejak Anthony Bianco mempopulerkan setelah berkunjung di Pekanbaru. Kami disambut <a href="http://attayaya.blogspot.com/">Atayaya</a> dan <a href="http://www.menyanyah.com/">Sang Penyamun</a>. Meski baru pertama bersua, rasanya sudah bertemu lama. Wajar sebab Attaya kan konsisten di dunia maya, begitu juga dengan sang penyamun yang kini kata temen temen sedang ayiknya dengan hiburan baru yakni berpetualang di dunia game, warior, hehehe. Padahal itu wakil ketuanya komunitas Bertuah, men.<br />
<br />
Tak lama berbincang, serdadu yang lain berdatangaan, kepala puak Bertuah, <a href="http://bangfiko.web.id/">Bang Fiko</a>, serta prof dan ........ perbincangan makin sengit sebab aku (<a href="http://bangasbersorak.blogspot.com/">bangasbersorak</a>) datang dengan <a href="http://nanlimo.blogspot.com/">NanLimo</a> admin blog <a href="http://www.sungaikuantan.com/">Sungai Kuantan</a> yang blognya bercerita tentang wisata riau itu membawa segudang informasi. Cuap cuap pertama soal ilmu SEO yang baru aku kenal sedikit sedikit, padahal begitu penting didunia blog.<br />
<br />
Tapi pembicaraan tak sebatas tentang satu hal, soalnya semua nyambung saja saat berbicara. Beragam yang mengalir baik tentang....maupun tentang ....sori sedikit pembicaraan boleh kan disensor untuk pembaca.hehehe.<br />
<br />
Meskipun pembicaraan umum tentang yang sering dijadikan kata kunci atau keyword para blogger tentu saja muncul, seperti kata kata Musyaarah Nasional (Munas) Golkar, mencari kerja, lowongan pegawai negeri sipil, lowongan pegawai negeri sipil di Meranti, datangnya Miyabi, Manohara, KPK, teroris, dan kata kata telanjang, bugil yang digemari banyak pencari google dinegara kita serta keyword keyword lain yang muncul jadi cemoohan dan candaan.<br />
<br />
Apapaun itu, aku senang sekali, bertemu dengan komunitas Bertuah ternyata juga banyak ilmunya. Dan ternyata pada care untuk berbagi sama baikknya saat didunia maya. Heheheh. Wajar saja si blogger ternama Antonio bisa betah beberapa hari di Pekanbaru serta sempat pula menyusuri beberapa situs menarik seperti candi muara takus yang terkenal itu setaleh berekenalan dengan komunitas Bertuah.<br />
<br />
Pembicaraan melebar sampai jelang pesta bloger indonesia di Jakarta 24 Oktober nanti, dan munguntit informasi setelah pertemuan summit raja raja media termasuk Murdoch si pemilik Majalah Time di dunia yang ingin mendekati para jejaring sosial seperti twitter dan bloger sebab komunitas dan jaringan ini mampu berambah dan jauh menyangingi media terutama koran dan televisi. <br />
<br />
Pendek cerita, malming yang kata orang sebagai malam yang panjang benar benar tak berlaku, pembicaraan diatas meja minum teh telur (karena hanya satu orang yang minum kopi) maka enggan sebutkan sebagai meja mimun kopi begitu cepat berlalu. Tanpa disadari pertemuan yang mulai jam 9.00 malam sampai duaan pagi dinihari. Dan tentu saja pembicaraan ini tak berakhir malam itu akan berlanjut lagi seru dan bertambah ramai diantara dunia maya yang melesat menembus batas batas dunia.<br />
<br />
<br />
(catatan setelah bersua, teh telur darat dengan komunitas Bertuah)Bangasbersorakhttp://www.blogger.com/profile/08173480353200813293noreply@blogger.com15tag:blogger.com,1999:blog-730155195857107016.post-27267715315097590892009-10-07T12:32:00.003+07:002009-11-22T07:00:01.064+07:00antara Malaka dan Riau, dua persebatian yang bersatu<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXiNYE2EagBTFEfODUKR88Ptj_lZq9BkC0gdwOi1ueGrqcX6Bubb3nyb2FsS4T1FJzBXiQxJZfeNqRdc5Eq-6EQrw_t5Pctrry2UPmHiOZqEG-dOOLtJow6Y6otek1hSMuGP2QdV_YbSba/s1600-h/roro-dumai.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 122px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXiNYE2EagBTFEfODUKR88Ptj_lZq9BkC0gdwOi1ueGrqcX6Bubb3nyb2FsS4T1FJzBXiQxJZfeNqRdc5Eq-6EQrw_t5Pctrry2UPmHiOZqEG-dOOLtJow6Y6otek1hSMuGP2QdV_YbSba/s200/roro-dumai.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5389727198379743170" /></a><br />Persebatian dunia Melayu diharakan menguat, setelah Forum Indonesia Malaysia dan Thailand (IMT-GT) menyepakati mega proyek pembangunan roll-on roll-of Dumai Melaka. Jika rencana ini direalisasikan Dumai Melaka yang jaraknya tidaklah jauh akan menjadi pintu mobilitas baru untuk pembangunan ekonomi dan wisata dua negara.<br /> <br /><br />Mega proyek ini sudah direncanakan beberapa tahun silam. Namun sepanjang perjalanan, penyelesaian roro ini terkatung katung karena dua negara ini punya prinsip aturan yang berbeda. Sehingga perlu diplomasi yang matang sehingga kerja sama untuk menyatukan persetubuhan dua rumpun ini tidak saling merugikan. <br /><br />Sebab Indonesia mungkin punya banyak pengalaman, disepanjang laut lepas perbatasan serta pintu pintu masuk dalam negeri sering dijadikan pintu ter-aman untuk melakukan berbagai tindakan kriminalisasi dalam perdagangan. Tentu saja akan merugikan negara, sebab barang impor yang melenggang masuk ke dalam negeri tidak memberikan sumbangan masukan pendapatan kepada negara. Sehingga pengusaha lokal juga kewalahan, sebab barang dagangan black market biasanya lebih murah.<br /><br />Tapi sisi lain kita juga menyadari, aparat kita masih sangat lemah untuk menolak dan menahan godaan manisnya duit. Sebab kalau barang dagangan luar masuk, ada kabar selentingan yang mengatakan mereka membayar semacam uang upeti. Tindakan moral bangsa kita juga yang seperti ini dan membuat praktek perdagangan terselubung makin gencar.<br /><br />Malaysia sendiri masih mempertimbangan berbagai hal terkait kerja sama untuk pengembangan dua rumpun ini. Kita tidak tahu apa masalahnya, tetapi sesekali dari pernyataan langsung para delegasi Malaysia yang berkunjung ke Riau masih tidak percaya dengan sistem tata negara kita yang selalu berubah ubah kebijakanya. Jadi investasi besar yang sudah ditanamkan dikhawatirkan akan merugikan, mungkin seperti itu sekelumit permasalahan mega proyek ini.<br /><br />Tapi bolehlah kita ancungi jempol pada gubernur Riau HM Rusli Zainal, sebab dari komitmen yang kuat untuk membangun investasi di Riau ternyata membuat penyelesaian mega proyek ini tidak bisa dipandang sebelah mata dari negara tetangga. Apalagi beragam perangkat dan infrastruktur untuk perlengkapan proyek roro ini terus disiapkan. Bahkan aturan yang berbeda antara dua belah pihak disepakati untuk memberikan kepastian dua belah pihak. <br /> <br />Kabarnya, Riau sudah matang hampir seratus persen, bahkan persedian kapal penyeberangan juga sudah disediakan. Awalnya memang sulit mencari pihak ketiga untuk menanamkan investasi pernyediaan kapal, beberapa kali proses pelelangan tidak ditanggapi. Sepertinya investor kesulitan untuk memenangkan persedian kapal yang berkapasita 1.000 GT.<br /><br />Apalagi gayung bersambut setelah pemerintah pusat ikut nyimbrung mengurusi mega proyek ini. Semuanya berjalan lancar setelah beberapa tata aturan diselaraskan dengan Keputusan Menteri Perhubungan RI Nomor 58 tahun 2003 tentang mekanisme penetapan pelayaran dan formulasi tarif layar. Artinya, tidak sembarangan kapal saja yang bisa berlayar di Selat Malaka.<br /><br />Mega proyek itu kini hampir saja rampung, bahkan dalam waktu dekat Gubernur Riau kembali menemui delegasi ketua Menteri Melaka untuk membincangkan mega proyek yang masih ada masalah itu. Salah satunya terkait persiapan pelabuhan di Malaka tepatnya di Kuala Linggi yang ternyata tidak sesuai dengan badan kapal yang sudah disiapkan.<br /><br />Maksudnya setelah kapal disiapkan kapal dipastikan tidak bisa merapat dipelabuhan karena pelabuhan roro di Melaka terlalu kecil. Pemerintah provinsi Riau mendesak agar muara pelabuhan diperdalam agar kapal bisa merapat. <br /><br />Semua harapan tidak hanya soal persetubuhan dua pelabuhan, tentu saja antara dua negara yang beberapa akhir ini tercabik cabik karena ulah dan sikap yang tidak menyenangkan. Semuanya masih menaruh harapan besar, agar serumpun dinegara yang beda kadaulatan ini saling mendukung dan rukun.Bangasbersorakhttp://www.blogger.com/profile/08173480353200813293noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-730155195857107016.post-68705872257454762432009-10-05T14:05:00.006+07:002009-11-22T06:36:41.144+07:00Sang pewaris setitik dadih, makanan tradisional Kampar dan Sumbar<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMjO1pVqW1cXKIwVIQFI60KSQqqYGwXpMFoq5KdflifVEhU_fIG9l1s4y-208yEQbQXd0OoPMm5IJSN9C2KBsEnyUfHKw-utY3my9WEf_YuiUooF4qfbHP2FMFG7pqt6aCFzi0QGQdbkLk/s1600/ok+2.JPG"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMjO1pVqW1cXKIwVIQFI60KSQqqYGwXpMFoq5KdflifVEhU_fIG9l1s4y-208yEQbQXd0OoPMm5IJSN9C2KBsEnyUfHKw-utY3my9WEf_YuiUooF4qfbHP2FMFG7pqt6aCFzi0QGQdbkLk/s320/ok+2.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5406698639137240370" border="0" /></a><br /><br />Es. beno (komunitas bangasbersorak)<br />Salah satu bukti kearifan dari tradisi leluhur yang kita sadari bagian dari budaya dan tradisi biasanya sangat bermakna. Bersentuhan langsung dengan alam sehingga berguna dan tidak merusak. Salah satu peninggalan leluhur dan dekat dengan kita saat ini adalah dalam pembuatan dadih.<br /><br />Di Riau pembuatan dadih di kenal di Kabupaten Kampar, kabupaten ini tidak jauh dan bersebelahan dengan provinsi tetangga sumatera barat (sumbar). Wajar saja tradisi masyarakat setempat sedikit ada kesamaan dengan tradisi sumbar. Meski ada juga bedanya dan menjadi kontraversial sampai saat ini apakah dua daerah itu satu asal muasal.<br /><br />Kontraversial itu muncul terutama soal situs kerajaan. Kalau kerajaan di sumbar tentu sering kita dengar, salah satu situs yang masih ada yakni adanya istana pagaruyung. Kerajaan Pagaruyung punya nama besar, tapi kerajaan Kampar masih banyak penelusuran, salah satunya disebutkan kerajaan tua Kuntu Darussalam di Kamparkiri, Kampar yang ditemui situs bersejarah dan masih dalam perdugaan kerajaan tertua. Belum lagi situs candi muara takus yang kabarnya juga umurnya sangat tua, mengindikasikan berbagai pertanyaan apakah Kampar berasal dari muara sendiri.<br /><br />Tapi saya tidak mau berdebat dengan masalah itu, saat ini saya ingin mengenalkan makanan khas daerah yang sama di Kampar dan di Sumbar yakni dadih.<br /><br />Mungkin secara tradisional makanan ini sederhana saja, susu lembu kemudian dimasukan dalam bambu tertutup dan mengental menjadi dadih. Tradisi pembuatan dadih ini masih dilakukan sebagian masyarakat, jika di Riau, salah satu daerah yang masih memproduksi dadih yakni Desa Muara Jalai, Kampar.<br /><br />Kampung ini tidak jauh keberadaanya dari pusat ibukota kabupaten kampar yakni Bengkinang. Kalau mau jalan pintas bisa melewati pasar air tiris. Kami pernah ke daerah itu dua kali baik dengan mengendari motor dan mobil. Jalan bisa ditempuh dengan mudah kalau menggunakan kendaraan. Meski kampungnya sedikit berada di pedalaman, kalau dari pasar air tiris bisa ditempu dengan waktu sekitar 1 jam.<br /><br />Masyarakat Kampung muara jalai umumnya berkebun. Jika menelusuri jalan jalan utama kampung, kita hanya menyaksikan pemandangan kebun karet dan sawit. Rumah rumah kampung sini bisa dikatakan cantik-cantik. Kalau dikatakan tingkat kesejahteraan masyarakat sudah sangat lumayan. Kampung boleh dalam perkebunan, tapi rumah tidak sederhana wak.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOC3SYnaA49eCpPP-V3fanzHA0mpKH91IOGOkUTkHQDCMbkFwC5kcXIoezOz3HtzBN7Ko8Eo6RO-3ZVoqxLwaDh9iDznGwqo65T5wcpgHQklDiaz0TT4kCNFuENpqV5bG9yBYAedKSWN5q/s1600/haha.JPG"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 200px; height: 157px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOC3SYnaA49eCpPP-V3fanzHA0mpKH91IOGOkUTkHQDCMbkFwC5kcXIoezOz3HtzBN7Ko8Eo6RO-3ZVoqxLwaDh9iDznGwqo65T5wcpgHQklDiaz0TT4kCNFuENpqV5bG9yBYAedKSWN5q/s200/haha.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5406703156652529634" border="0" /></a><br /><br />Di kampung inilah ada beberapa warga yang masih mengembangkan tradisi membuat dadi. Kami sebut mereka dengan nama sang penyelamat setitik dadih. Sebab pola masyarakat di sana, sudah tidak begitu perlu buka usaha seperti ini. Kebanyakan cukup berkebun, karena hasil berkebun tentu lumayan. Kalau membuat dadih, hanya sebagai sambilan. Tapi beberapa orang yang kami temui menyukai dan melanjutkan usaha itu semata mata untuk meneruskan tradisi dari nenek moyang.<br />Salah satu perempuan yang membuat dadih itu Dusun Dua Padang Tarap, Desa Muara Jalai, Kecamatan Kampar Utara, Kabupaten Kampar itu salah satunya Masnah. Ia menyebutkan hanya tinggal sekitar 6 orang yang masih meneruskan membuat dadih. Menurut ceritanya, dulu dirinya diajari ibunya yang juga berprofesi sebagai pembuat Dadih.<br />Saat kami temui, keluarga ini bukan main senang menerima kami. Kami sempat disuguhi makanan enak, yakni kue jalai. Padahal kami baru sekali ke kampung itu. Itulah kampung, sering menawarkan keramahan, sehingga setiap orang sering kali rindu untuk balik kampung.<br />Buk Masnah bercerita tentang pembuatan dadih, ia menguraikan dengan biasa biasa saja, karena saat membuat dadih bukan hal yang sulit. Sederhana saja susu dimasukkan dalam bambu yang disebut bambu tolang lalu dibiarkan. Jadikan susu itu mengental yang disebut dadih. Yang perlu dikuasai saat memerah susu kerbaiu agar keluar, kalau tekniknya dikuasai siapa saja bisa membuat dadih.<br />Selain masnah kami berkunjung ke rumah Rohani, dia sering dipanggil dengan sebutan Ona. Kalau nak mencari ibuk ini, sepertinya tak susah. Masyarakat banyak yang mengenal, jadi sekali sebut bisa jadi penunjuk arah rumah ibu ini berada. Kami pun merasa senang dengan ibuk ini. Orangnya ramah, suka bercerita dan tentu saja menghormati tamu. Saat kami datang, ia pun menawarkan makan serta kami pilih salah satu kesempatan untuk makan kelapa muda gratis.<br />”ngegererrere” sudah makan kami bercerita. Apa yang dikatakan Masnah sama dengan ibu Ona. Mereka mempertahankan dadih karena memang makanan tradisional yang sering dipesan saat saat perayaan tertentu. Mau tak mau tradisi ini terus ia lakukan.<br />Kenapa sejak di lead awal saya sebutkan tradisi seakan selalu bersetubuh dengan alam, dan tradisi biasanya penuh dengan kearifan? Makanan dadih misalnya, secara kekinian makanan ini sangat berguna. Kebetuhan aku mahasiswa teknologi hasil pertanian, pernah bersentuhan dengan informasi tentang dadih. Saat ini minuman dadih sudah ditemui khasiatnya untuk tubuh. Ternyata saat susu dikentalkan ada bakteri probiotik secara alami yang tumbuh. Dan bakteri ini kalau kita makan sangat berguna untuk tubuh.<br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiS-yd7_iSQuXaZfbbiyKb05XcFQLOjXPVFZnETHK7PR6tq4QjWdTXsd030UTkWEEXVBDXasqoARQxeam8rMhwFEDjqg3aa9un4LdiCFYj9vW8mZ0_xhbRVLmFL1n4rv4z5bNDVCp4qYGZa/s1600/ok.JPG"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiS-yd7_iSQuXaZfbbiyKb05XcFQLOjXPVFZnETHK7PR6tq4QjWdTXsd030UTkWEEXVBDXasqoARQxeam8rMhwFEDjqg3aa9un4LdiCFYj9vW8mZ0_xhbRVLmFL1n4rv4z5bNDVCp4qYGZa/s320/ok.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5406696382849056434" border="0" /></a><br /><br />Penelitian tentang makanan dadih ini sudah populer dilakukan oleh LIPI bahkan beberepa profesor luar negeri seperti di Jepang dan Singapura juga pernah melakukan penelitian tentang dadih. Di kalangan ilmuan tentang makanan probiotik, dadih juga semakin populer. Tapi nyatanya dikalangan masyarakat dan tempat muasal pengembangan dadih, nama makanan ini semakin senyap bahkan mungkin beberapa generasinya tidak mengenal lagi si dadih makanan fungsional warisan atuk atuk mereka.Bangasbersorakhttp://www.blogger.com/profile/08173480353200813293noreply@blogger.com13tag:blogger.com,1999:blog-730155195857107016.post-14672419993015885422009-10-04T10:02:00.004+07:002009-11-22T07:04:08.671+07:00Pesan untuk Andalas<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_yjf18gAGZmg8JGylXg_3vwRo_9Eq5S0zRSvE6WtzfPDoCH8A8vk_w6Mod3pIDZ5Zh1ekZyulPYkKykxauSAhg4D6RjUAz0PPNIx-IWNaR6s9aHQ5ipQx4L7qCU3THrdmKZNhRKQgDPJU/s1600-h/bumi.jpgok.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 96px; height: 76px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_yjf18gAGZmg8JGylXg_3vwRo_9Eq5S0zRSvE6WtzfPDoCH8A8vk_w6Mod3pIDZ5Zh1ekZyulPYkKykxauSAhg4D6RjUAz0PPNIx-IWNaR6s9aHQ5ipQx4L7qCU3THrdmKZNhRKQgDPJU/s200/bumi.jpgok.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5388576074431215346" /></a><br />Es beno (bangasbersorak)<br />Kata kata tuhan baru saja mehentakkan keheningan<br />Merdu disebalik bukit bukit tinggi<br />Membawa sebuah pesan<br />Diantara rintik rintik hujan<br />Disebalik pasak Andalas<br />Kau gegarkan pesan azimat itu<br />Bercurah kabut dan kalut<br />Membawa tangis yang menyeriangai<br />Di lawan langit yang tak tenang<br /><br />Tangis menderu<br />Jeritan jerian pasi dari bibir yang kelu<br />Semua baru ingat padamu<br />Sang pembuat pesan pada ukiran ukiran ukiran alam<br /><br />Kata kata tuhan baru saja mehentakkan keheningan<br />Merdu disebalik bukit bukit tinggi<br />Membawa sebuah pesan<br />Diantara rintik rintik hujan<br /><br />Berharap pada cahaya<br />Berharap pada remang<br />Berharap pada kesenangan<br />Berharap pada diri<br />Berharap pada itu<br />Berharap pada ini<br />Tak kuasa <br />Hanya berharap padanya<br /><br />Pekanbaru, 4 oktober 2009<br />(puisi belasungkawa untuk saudaraku di sumbar)Bangasbersorakhttp://www.blogger.com/profile/08173480353200813293noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-730155195857107016.post-50261497530027106882009-10-03T09:43:00.006+07:002009-11-22T07:06:13.060+07:00Mengenal Motif Batik Riau<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdaxrkKc5KW3hMJe-_jQvYiZx-bCO6-kkVsFEHH5WAulYmDB2xmUnGtvfX727vlsxcYyh8S9tZG9ONE1Qb-8e7ssdRyRwtkWAE-_CQ9i03lFl0KNLQeBWrHS3cVkqAU_9n8su9rdsVxvFy/s1600-h/ICE+pku1.JPG"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdaxrkKc5KW3hMJe-_jQvYiZx-bCO6-kkVsFEHH5WAulYmDB2xmUnGtvfX727vlsxcYyh8S9tZG9ONE1Qb-8e7ssdRyRwtkWAE-_CQ9i03lFl0KNLQeBWrHS3cVkqAU_9n8su9rdsVxvFy/s200/ICE+pku1.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5388416556794649122" border="0" /></a><br />Es beno (komunitas bangas bersorak)<br /><br /><div style="text-align: justify;">Pengukuhan batik sebagai warisan budaya Indonesia oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) merupakan apresiasi berharga untuk leluhur bangsa ini. Secara turun temurun itu khasanah batik berhasil berevolusi dan berkembang mengikuti perkembangan tren dan permintaan sesuai khasanah lokal.<br /></div><br /><br />Bukan untuk membuat kontraversi baru atau coba berani menyimpulkan ada modifikasi batik ke bentuk lain, apapun namanya itu corak batik memang diminati. Batik digunakan dari beragam kalangan dan golongan.<br />Di Riau dikenal juga khasanah membatik. Hasil kerajinannya disebut dengan batik Riau. Batik Riau menggunakan motif lokal, tentu saja pengembangan ini membuat khasanah batik tanah air semakin beragam.<br />Ada yang menyebutkan setiap batik dibedakan dengan sebuah teknik atau cara untuk menghasilkan motif tertentu. Bila ditelusuri jejaknya, Batik Riau telah ada sejak zaman Kerajaan Daek Lingga. Corak batik Riau sama juga yang dimiliki beberapa negeri berkebudayaan Melayu seperti di Malaysia dan Singapura.<br />Motif yang ia bentuk sangat unik, motifnya berbetuk garis memanjang seperti tabir. Motif itu selalu terdapat pada setiap helai batik buatan Riau. Sehingga batik Riau lebih dikenal dengan sebutan batik tabir.<br />Ada teknis berbeda yang digunakan saat membatik jika dibandingkan dengan batik Jawa. Misalnya dalam teknik pewarnaan, pengrajin batik cenderung menggunakan teknik celup untuk mendapatkan warna. Sehingga untuk menghasilkan warna yang beragam mereka harus mencelup produknya beberapa kali. Sedangkan para pengrajin Batik Riau menggunakan teknik kuas atau lukis untuk mendapatkan warna yang pas.<br />Sulaman motif batik Riau menggunakan motif sulaman tekat, teknik ini dirahgukan hampir men galami kepunahan. Sebab tradisi membatik di tanah Melayu sudah hampir hilang, jika ada pun workshop-worshop yang membuat batik, jumlahnya sangat terbatas. Harga kerajinan batik Riau lebih mahal harganya dibanding harga batik motiv biasanya.<br />Di Pekanbaru beberapa tempat usaha batik menawarkan harga batik Riau berkisar antara Rp 500 ribu-Rp 600 ribu per lembar. Biasanya bahan -berasal dari kain sutra yang bermutu tinggi dan dibuat dengan menggunakan tangan.<br />Usaha pengembangan batik Riau saat ini tidak banyak dilakukan oleh pengrajin di Riau. Memang pemerintah setempat sudah mempopulerkan dengan mewajibkan semua pegawai negeri sipil dan pegawan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk memakai batik sebagai wujud untuk melestarikan Batik Riau.<br />Pengembangan batik Riau masih butuh tangan tangan kreatif. Tapi sayangnya usaha ini belum begitu populer, meski usaha pengembangan batik secara ekonomis sangat menguntungkan. Seperti diakui Rita, sejak Dekranasda Riau memberikan penyuluhan kepadanya. Ia berhasil mengembangkan batik tabir atau batik Riau untuk dikomersilkan.Bangasbersorakhttp://www.blogger.com/profile/08173480353200813293noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-730155195857107016.post-12362849543390691602009-10-01T21:19:00.002+07:002009-11-22T07:07:02.827+07:00Misteri Lagenda Dedap Jasman (bangas bersorak)<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoaQ5_zhwWCUq4Raz4_Q1fOJ5OLq4-v5wiENaP8APgF7kIvUrpvyWuXKemTRUSv5mghIsgPpdP8GOAHsfPUVUlhrF42449Hy0QVjIyrWQDc61gSREh9p28iPLWHUIVqi7L-Gt8P_ye4n6e/s1600-h/dedap-2.gif"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 118px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoaQ5_zhwWCUq4Raz4_Q1fOJ5OLq4-v5wiENaP8APgF7kIvUrpvyWuXKemTRUSv5mghIsgPpdP8GOAHsfPUVUlhrF42449Hy0QVjIyrWQDc61gSREh9p28iPLWHUIVqi7L-Gt8P_ye4n6e/s200/dedap-2.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5274617515859387282" border="0" /></a>Mithos Mempelam Manis dan Masam yang terdapat di Kuala Sungai Dedap.<br />Lagenda turun temurun yang dipercaya tentang Dedap masih berlaku hingga saat ini. Dedap memang merupakan gugusan pulau kecil. Jika kita berlayar melintasi selat Bengkalis, pulau ini akan terlihat jelas. Pulau ini tidak ada penghuninya, menurut lagenda pulau ini terbentuk karena sumpah seorang ibu terhadap anaknya. Sang anak bernama Si Tanggang.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtQj7sBxmf7gIi4KO0D5sF4LvjuyslXgjVRhBLB7lSr7gA44w4frcSJ7il2I7Q-Sh7C5kkc5NiSCqN13DankLfbuHR-SrCkMdtbnZ228M2jxAu07J0HgouhINqzjJjN8Gb10R3DGTVKjLw/s1600-h/dedap-1.gif"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 218px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtQj7sBxmf7gIi4KO0D5sF4LvjuyslXgjVRhBLB7lSr7gA44w4frcSJ7il2I7Q-Sh7C5kkc5NiSCqN13DankLfbuHR-SrCkMdtbnZ228M2jxAu07J0HgouhINqzjJjN8Gb10R3DGTVKjLw/s320/dedap-1.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5274616924805865634" border="0" /></a><br />Konon, kehidupan keluarga Tanggang sangat miskin, ibu dan ayahnya hidup dari mencari kayu bakar. Sesudah dewasa si Tanggang pergi merantau. Ibu Tanggang bernama Urai, seperginya Tanggang, ibu sangat berharap berjumpa kembali dengan anaknya. Saban hari ia berdo’a untuk dipertemukan dengan Tanggang. Setelah sekian lama merantau, si tanggang berhasil, namun karena telah kaya, si tanggang lupa pada orang tuanya. ”Bak kacang lupekan kulit”.<br />Kemashuran Tanggang sampai dimana-mana. Pada suatu hari, Tanggang dengan kekayaanya melakukan pesiar keliling pulau. Tibalah sampai ke kampungnya. Di situ Ibunya berniat bertemu dengan Tanggang dan mencoba naik ke kapal untuk bersua langsung dengan Tanggang. Ketika ibunya hendak naik ke kapal, tanggang tak mengakuinya dan ibu tersebut di pukul oleh anak buah Tanggang. Karena rasa sakit hati, lalu ibunya mengeluarkan kata-kata kasar kepada si tanggang. “Kalau kau benar bukan anak aku, maka selamatlah engkau, dan kalau kamu benar anakku, maka musibahlah yang menimpamu” setelah mengucapkan itu, ibunya dan ayahnya lalu pergi meninggalkan kapal tersebut, menuju kuala sungai Dedap, namun ketika itu turunlah Topan dan badai, sehingga kapal si dedap karam.<br />Karena rasa kasihan, ibunya hendak berbalik, tapi ayahnya sudah terlalu sakit hati, sehingga mereka berlawanan, ibunya ingin kembali ke Tanggang sedangkan ayahnya tidak lagi mau menengok sitanggang lagi. Ada versi yang mengatakan, karena perlawanan itulah, perahu ibu se tanggang karam dan kedua-duanya mati tenggelam. Dan ada pula versi lain yang mengatakan bahwa kedua orang tua tersebut meninggal setelah si tanggang jadi pulau. Konon katanyam, setelah kedua orang tua tersebut meninggal maka tumbuhlah Mempelam Manis dan Masam. Mempelam manis dan masam ini menggambarkan dua sikap orang tua Tanggang, yang baik dan buruk. Mempelam Manis adalah Sikap Ibunya si tanggang yang sudah memaafkan anaknya sedangkan masam adalah sikap ayahanda Tanggang yang murka pada anaknya.<br />Menurut penuturan warga Dedap, Pak Dolah (72), cerita pulau Dedap yang masih dipercaya orang sampai saat ini terkait penghuninya, yang juga makhluk halus. Orang setempat menyebutnya dengan orang bunian. Konon, pula orang bunian ini banyak tinggal di kampung ini. Orang bunian ini tak tampak, tapi rumor-rumor yang terjadi membuat cerita tentang orang bunian ini sangat kuat. ”Dulu waktu banyak orang kampung ini bisa berbelanja kat Malaysia dan Singapure, mereka nyakap ada mesjid besar didirikan di Dedap, karena mereka pesan seng berkodi-kodi, tapi nyatanya kan tak ada bangunan besar disini, mungkin juga orang bunian yang pesan,” ujar warga kampung lain.<br />Sejak zaman dulu, ketika kampung ini dibuka memang ada perjanjian warga dengan orang bunian. Kata Dolah, dulu kampung ini dibuka oleh tujuh orang pengikut kerajaan Siak. Karena saat itu pemerintahannya zalim tujuh orang ini pergi meninggalkan kerajaan dan pergi ke pulau Dedap. Ketujuh orang tersebut membawa keahlian masing-masing, ada alim ulama, bomo, dan lain-lain.<br />Suatu hari, setelah sampai di kuala sungai Dedap ini mereka pun membuat kampung disini. Saat membuka hutan terlihatlah oleh mereka batang yang berduri halus dan berdaun lebar yang banyak tumbuh di tempat tersebut. Pohon itu diberi nama pohon dedap, maka dari itulah kampung tersebut diberi nama Kampung Dedap.<br />Salah satu dari tujuh penghuni baru kampung ini rupanya bisa melihat keberadaan orang bunian. Orang bunian tersebut menempati dua wilayah, wilayah darat dan laut. Ketika orang Banjar, datang ke kampung ini. Tujuh orang tersebut mewasiatkan menjaga orang bunian yang ada di kampung tersebut.Bangasbersorakhttp://www.blogger.com/profile/08173480353200813293noreply@blogger.com17tag:blogger.com,1999:blog-730155195857107016.post-38576693412148060822009-10-01T21:18:00.005+07:002009-11-22T07:08:45.108+07:00Datuk Sakti Penguasa Merbe<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXSrt5po5Blyan6dh6vxy4FVt-ENEJEU_2jBQAB6J8s3Dk0kn2RJfZZzY91w6ZyhoTqFGOScCGpXA4rX8_sdwFs-18UDKdUYvXXB3ituGtyB5oJTZGECth8yUkmR_e4rDaKzj8C_TBz45i/s1600-h/merbau-1.gif"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 188px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXSrt5po5Blyan6dh6vxy4FVt-ENEJEU_2jBQAB6J8s3Dk0kn2RJfZZzY91w6ZyhoTqFGOScCGpXA4rX8_sdwFs-18UDKdUYvXXB3ituGtyB5oJTZGECth8yUkmR_e4rDaKzj8C_TBz45i/s200/merbau-1.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5269867337562441890" border="0" /></a><justify>(Es. beno—tulisan ini dibuat atas informasi dan tulisan awal dari sahabat saya Jasman)<br />Merbe atau Merbau dahulu merupakan daerah kebatinan. Banyak Datuk yang diberi kuasa ditempat ini. Salah satunya Datuk Saman. Makam Datuk Saman saat ini masih ada di Merbe. Makam ini diberikan identitas berbeda dari makam lain oleh Pemerintah setempat. Terletak di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Merbau Kabupaten Bengkalis.</justify><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrxw2nsCS2qHDOlbm2Vwggq50aQttUq8hijx-uxvpNNswJHVmeYfklA3NsLqT1rAGJTd0deMLjnKXBoOzx1-KXkLsnMeRf4eIkM-mqBT8zEHDX56FlTxq2nOPcOGvSgpv49VWTlKn88xaY/s1600-h/merbau-2.gif"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 239px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrxw2nsCS2qHDOlbm2Vwggq50aQttUq8hijx-uxvpNNswJHVmeYfklA3NsLqT1rAGJTd0deMLjnKXBoOzx1-KXkLsnMeRf4eIkM-mqBT8zEHDX56FlTxq2nOPcOGvSgpv49VWTlKn88xaY/s320/merbau-2.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5269866195083414802" border="0" /></a>Datuk Saman atau OK Saman berkuasa atas titah Raja Siak Sri Inderapura. Datuk Kebatinan Merbau ini didaulat oleh Raja Siak pada tanggal 14 rabiul awal tahun 1304 silam. Penasbihan gelar kebatinan ini diperkuat dengan stempel dan materai kerajaan yang sampai sekarang bukti tersebut masih disimpan masyarakat. Surat asli penasbihan tersebut ditulis dalam secarik kertas, bertuliskan arab melayu.<br /><br />Setelah ditasbihkan menjadi datuk Anak Tumu Suku Batin Merbe ini mendapat gelar Datuk Setia Indera. Menurut cerita masyarakat setempat Datuk Indera terkenal sakti dan sangat patuh kepada kerajaan.<br /><br />Menurut lagenda. Suatu hari, datanglah utusan dari Kerajaan Siak Sri Indra Pura membawa kabar perintah Raja untuk menguji kebolehan para dukun yang ada di wilayah Kerajaan Siak. Sang sultan menguji dengan menjatuhkan cincin ke dasar Sungai Siak. Para dukun sakti ditigaskan untuk mencari kembali cincin yang terendam.<br />Mendengar kabar tersebut Datuk Saman mencoba untuk mengabdi kepada sultan, dengan hati yang Ikhlas lalu ia berangkat ke Siak. Sayembara diikuti para dukun dari beberapa negeri. Perjalanan dari merbe ke Siak butuh waktu yang lama. Sekarang pun kalau hanya menggunakan pompong butuh waktu hampir satu hari baru sampai ke Siak. Sesampai disana, Datuk Saman di menghadap raja.<br /><br />Di hadapan semua Ksatria tersebut Sultan menasbihkan akan menghukum pancung jika tidak bisa mengambil cincin yang menjadi perlombaan tersebut. Sultan mulai mengumumkan sayembara untuk menguji para dukun-dukunya. Jika mereka tidak dapat membuktikan kesaktian mereka maka mereka akan dihukun bunuh.<br />Satu-persatu dukun-dukun melakukan tugasnya. Dengan berbagai cara, jampi-jampi dan alat-alat yang mereka punya. Mereka berusaha untuk medapatkan cincin keluarga Sultan, jika tidak berpisahlah nyawa dengan badan. Matilah padahnya. Namun usaha mereka sia-sia, satu persatu mereka menyerah, mereka tak dapat memenuhi kehendak Sultan. Mereka sudah mengeluarkan kesaktian yang mereka sampai-sampai darah yang mengalir dari tubuh. Sekujur tubuh mereka menjadi lemas dan tidak berdaya.<br /><br />Kini tibalah waktunya giliran Datuk Saman dari Batin Merba (Merbau). Datuk Saman menyembah daulat ke Sultan.<br />“Ampun Tuanku, Hamba adalah utusan dari batin Merba, untuk mencoba mengabdikan diri kepada Tuanku. Untuk itu izinkan hamba menjalankan tugas hamba” ucap Datuk Saman kepada Sultan.<br /><br />“Baiklah, Beta Izinkan tuan hamba mengambil cincin itu. Tapi ingat jika tak dapat padah akibatnya, silahkan kerjakan” ungkap Sultan.<br /><br />Lalu Datuk Saman mempersiapkan segala alat-alat ang dibutuhkan, alat-alat ini sudah dipersiapkan dari kampongnya Merba. Alat-alat tersebut adalah tiga helai kain putih dan satu terenang atau mangkok.<br />Setelah ia selesai mempersiapkan alat-alat tersebut, Datuk saman bersdoa sejenak menghadap ke Kiblat. Kemudian dia meminta kepada salah seorang untuk mengkafaninya dengan kain putih yang telah ia persiapkan. Iapun terbujur diantara kerumunan orang. Dengan tubuh dikapcani dan terenang ditutup dengan kain putih juga. Datuk Saman seperti mayat, tanpa bergerak sedikitpun. Orang-0rang sekeliling terdiam, penasaran apa yang bakal terjadi berikutnya. Suasana sunyi, sepi dan orang-orang terdiam.<br /><br />Dengar cerita bahwa Datuk Saman terbujur selama 10 menit dan adapula yang mengatakan Datuk Saman terbujur berjam-jam lamannya.<br />Lalu tiba-tiba, ada bunyi dentingan di dalam Terenang seperti bunyi besi yang jatuh berdenting “ting”, serempak dengan dentingan itu Datuk Samanpun tersadar. Orang-orang terkejut dengan bunyi itu. Lalu Datuk Saman mengangkat terenang tersebut kehadapan Sultan.<br /><br />“apakah ini cincinnya Tuaku? Tanya Datuk Saman.<br />Sultanpun menyelupkan tangannya ke dalam terenang, dan dia dapati sebenuk cincin, begitu terkejutnya Sultan, ternyata itu adalah cincin yang ia jatuhkan ke Sungai Siak beberapa hari lalu.<br />“Benar datuk, ini adalah cincin yang beta jatuhkan di Sungai Siak” kata Sultan.<br />“Cobalah Tuanku periksa dengan teliti, agar tak silap membuat keputusan” ucapnya dengan hormat.<br /><br />“Benar Saman, inilah cincinnya” sambil melihat-lihat bentuk cincin tersebut.<br />Terlihat dukun-dukun yang ada tercengang, ajal telah dekat dimata, parang algojo siap menebas kepala mereka.<br />“Kalian dukun-dukun Kerajaan Siak, oleh karena tidak mampu membuktikan kesaktian kalian, maka kalian semua akan dihukum pancung seperti apa yang telah beta katakan tadi” katanya murka. “kecuali Datuk Saman”. Dengan sopan.<br />Melihat keadaan yang semakin panas, karena bakal ada bermandikan darah, maka dengan terburu-buru Datuk Saman menghadapkan sembah kehdapan Sultan dan bermohon.<br />“Apa gerangan tuan hamba saman menghadap beta tuan hambakan tidak dihukum?” Tanya sultan terkejut.<br /><br />“Hamba tidak takut dihukum tuanku, tapi hamba bermohon janganlah diapa-apakan mereka. Hari ini adalah ketetuan Allah bahwa hamba diamanatkan untuk mengambil cincin ini Tuanku”. Dengan sangat hormat kepada Sultan.<br />Melihat sembah Ikhlas dan kata-kata Datuk Saman, Sultan jadi luluh dan memutuskan untuk membatalkan niatnya dan membebaskan para dukun yang tidak berhasil tadi. Akhirnya banjir darah pada hari itu tidak terjadi di Kerajaan Siak Sri Indra Pura. Setelah beberapa hari kemudian, Datuk Saman menghadap Sultan kembali dengan maksud meminta izin bahwa beliau hendak kembali ke Merba. “Ampun Tuanku, tugas hamba telah selesai, jadi hamba minta diperkenankan kembali ke kampong halaman hamba di Merba”.<br />“Beta berterima kasih sangat atas bantuan yang telah tuan hamba berikan, jadi sebelum tuan hamba kembali, beta akan mengganugerahkan gelar kepada tuan hamba atas jasa dan budi pekerti tuan hamba”. Sultan berucap.<br /><br />“Hamba hanya menjalankan tugas Tuanku” timpalnya.<br />“Mulai hari ini, tuan hamba beta lantik menjadi Datuk Setia Indra karena telah membuat Jasa yang besar kepada Kerajaan Siak Sri Indrapura. “terima kasih Tuanku, atas gelar yang telah diberikan kepada hamba” Datuk Saman berterima kasih “beta berharap kepda datuk, bersedia membantu kamu dalam kesulitan apapun” pinta Sultan. “insyaallah Tuanku, Hamba siap” kata Datuk Saman.<br /><br />Datuk Samanpun kembali ke Merba, dengan membawa imbalan yang ia terima.. sesampainya di Merba Datuk Saman disambut sanak keluarga dan tokoh-tokoh masyarakat di Merba. Pada malam harinya keluarga membuat kenduri doa selamat atas dilantiknya Datuk Saman sebagai Datuk Setia Indra. Maka berbicaralah Datuk Saman malam itu. “mulai saat ini saya akan menyusun segala ketentuan berdasarkan perintah Sultan Siak, baik dibidang kegamaan, social juga pajak. Orang-orang semua mengangguk setuju. Mulai hari itu Datuk Samanlah yang mengatur kehidupan di Merba. Dia menjadi pemimpin atau batin di Merba.<br /><br />Pada suatu hari adalah salah seorang kapitan china dibagan siapi-api enggan membayar pajak. Maka Sultan Siak memerintahkan kepada Satuk Saman untuk menagihnya kepada kapitan cina tersebut. Akhirnya kapitan tersebut melunaskan segala pajaknya kepada kerajaan Siak.<br /><br />Di Merba, Datuk Saman atau Datuk Setia Indra bertugas antara lain, di Centai, Semukot, Tebing Tinggi, dan daerah-daerah sekitar kewedanaan Merba.<br />Sayangnya situs kebatinan merbe tidak lagi ada di Merbau. Banunanya punah. Karena pusat peradaban dulu letaknya di tepi laut, akibat abrasi bangunan-banunan tersebut hanyut. Tapi sampai saat ini beberapa peninggalan masih ada seperti meriam dan senjata-senjata perang lainnya. Bahkan ditemukan juga batu nisan yang unik di Merbau ini. Batu nisan tersebut berbentu bunga. Sepertinya ornamen ini menunjukkan kebesaran kebatinan saat itu.<br /><br />Merbau memang sekarang sangat sunyi. Pulau merbau sendiri tidak dijadikan pusat kecamatan. Kecamatan Merbau yang bertempat di seberang daerah ini. Bernama Teluk Belitung. Mungkin saja seperti ini karena lagenda yang terjadi jaman dahulu. Akibat pertumpahan darah di kebatinan merbe, membuat Sultan kerajaan mengucapkan sumpah dan menjadikan daerah ini sunyi. (Terdapat lagenda tentang pertumpahan darah dan sumpah sultan kepada kebatinan Merbau) Ingsalaallah cerita ini akan kami uraikan pada bagian tersendiri nantinya.Bangasbersorakhttp://www.blogger.com/profile/08173480353200813293noreply@blogger.com30