Tentang Bandul ada Bangas, Tanjung Sekodi, Dedap dan Bengkalis

Es.beno (komunitas bangasbersorak)

Mase dulu di Selat Bengkalis, dekat Bandul Tanjung Sekodi. Terdengar kisah Dedap durhake, ayah ibunya tak memberkati, kena sumpah jadi Keluang.....

Lirikan bait lagu ciptaan anonim dari puluhan tahun dulu ini mendiskripsikan sedikit tentang Bandul, dusun kecil yang terletak di ujung Pulau Padang. Berseberangan dengan Tanjung Sekodi yang merupakan daerah yang berada diposisi ujung kepulauan Bengkalis. Dahulu kisah yang terkenal disini tetang Dedap—Kedepan ingsaallah situs ini akan mengungkap dan menampilkan sejarah Dedap—sebuah pulau kecil yang mengapung ditengah Panjangnya Selat yang penuh lagenda ini.

Bandul dan Tanjung Sekodi seumpama ujung pulau yang menjulur sama membelah Selat Bengkalis. Pertembungannya akan menembus Selat Malaka. Di Tanjung Sekodi terdapat hamparan pantai berpasir yang menjuntai laut. Bandul terdapat daerah yang namanya Bangas dengan panorama sama dengan Tanjung Sekodi. Kalau buka cerita, sebenarnya situs dan komunitas bangasbersorak terinspirasi dari kawasan ini. Nama Bangas merupakan daerah yang keindahan eksotika daerahnya belum banyak diketahui orang. Kami bersepakat nama tersebut malah kami jadikan perahu komunitas.
Terinsiprasi dari buku The All Smallthing atau yang maha kecil. Kecil, yang lemah, yang terbelakang tak semestinya tidak menentukan. Bahkan ada yang maha kecil punya potensi energi yang paling besar, contohnya atom yang merupakan unsur pembuatan nuklir. Mungkin tahun-tahun kedepan Bangas menjadi tempat yang paling dicari orang. Seletingan kabar, di Bangas ini memang ada kegiatan rintisan ekplorasi perusahaan minyak. Namanya ekplorasi, biasanya butuh waktu puluhan tahun, siapa tahu kandungan minyak di kawasan ini memang benar adanya.
Masyarakat Bandul kebanyakan statusnya sebagai petani dan nelayan. Mencari ikan melalui menjaring biasanya sampai di daearah laut lepas Malaka. Menjaring tak lah dilakukan setiap hari. Tetapi ada waktu waktu tertentu saat banyak ikan.
Daerah yang kebanyakan muara dan juga tanah didaratnya bergambut membuat masyarakat hanya mengandalkan perkebunan. Dulu, memang pernah masyarakat menanam padi tadah hujan disini. Tetapi seiring waktu petani lebih memilih berkebun. Mungkin alasan ini tepat. Bandul yang pulaunya kecil karena diperkirakan diameter 3 KM di pulau ini dikelilingi laut dan sungai. Bagian barat Bandul terdapat sungai memanjang sampai diujung Bangas. Sungai ini disebut sebagai Sungai Selat Akar. Kebanyakan di sungai ini hutan mangrove yang didominasi kayu bakau yang terkenal kokoh.
Sedangkan bagian timur persis merupakan lintasan Selat Bengkalis. Sedangkan Utara daerah laut lepas yang menghubungkan Selat Malaka Bagian Selatan membatasi Sungai Kudap perbatasan dengan Kampung lain. Akibat dikeliingi sungai, tanah Bandul kebanyakan berkontruksi rawa dengan air asin. Tumbuh-tumbuhan tertentu tidak tahan dengan kondisi ini.

Penduduk Bandul diperkirakan mencapai 3 ribu jiwa. Terdiri dari sembilan Rukun Warga. Bandul sebagai sebuah dusun tidak banyak perkembangan yang terjadi. Hanya ada tiga Sekolah Dasar. Satu Madrasah yakni MDA Darul Huda Bandul, satu Taman Pendidikan Agama (TPA) di Kampung Perawang, satu MTS serta satu SLTP negeri satu-satunya yakni SMP I Bandul. Pemerintah Bengkalis sejak enam tahun lalu sudah merancang membangun jembatan Bandul - Selat Akar. Jika jembatan ini jadi otomatis bagian pulau Belitung yang tembus ke Sungai Apit di Siak bisa membantu masyarakat. Saat ini kawasan Belitung kota Kecamatan Merbau memang sudah dibuka akses jalannya ke Siak.

Pasalnya Desa Mengkirau tempat berdirinya perusahaan minyak Kondur Petrolium sudah berdiri disini puluhan tahun. Bandul sebagai daerah pesisir tentu menjadi bagian penhubung daratan Belitung dan Bengkalis. Pasalnya Kalau ke Selat Akar dan mau ke Bengkalis cukup lewat Bandul dan bisa menyusuri jalan darat. Caranya Dari Bandul menyenberang dengan pompong ke Tanjung Sekodi. Tak butuh waktu lama, paling lima belas menit. Sekarang sudah banyak pompong yang mnyeberangkan dua daerah ini.

Tapi bayarnya masih mahal, sekali angkut bayar Rp 20 ribu jika kita pakai motor. Pemuda setempat gila pulak Setiap menurunkan motor minta bayaran Rp 10 ribu. Di kampung seberang gelagatnya juga sama, tapi bayaranya lebih kecil yakni Rp 5 ribu. Jadi sekali seberang di daerah ini kita sudah mengeluarkan kocek kita sampai Rp 35 ribu. Mahal juga kan, bagi kita mungkin tidak. Tapi bagi masyarakat setempat jeritan mungkin sampai kerelung hati. Tapi siapalah yang dengar. Pemerintah Daerah dan aparat setempat seakan tidak mau tahu dengan pungutan liar yang menguntungkan sebagian masyarakat dan merugikan banyak orang ini.

Di kanmpung ini, selain sekolah negeri. Semua sekolah yang ada merupakan swadaya masyarakat. Masyarakat mengumpulkan duit untuk membangun sekolah dan mesjid. Dulu banyak yang belum percaya bahwa sekolah-sekola tersebut mampu bersaing dengan sekolah lain. Pasalnya guru-gurunya juga dari masyarakat setempat yang juga punya keterbatasan tertentu. Tapi mereka nekat. Dan terus berlajar tanpa pamrih juga tekun. Guru-guru yang rajin membaca dan rajin belajar ini ternyata mampu mendidik anak-anaknya.

Tercatat alumni sekolah ini sekarang sudah banyak jadi sarjana. Bahkan sekarang ada yang mengbdi kembali ke sekolah ini. Kalau baca buku “Laskar pelangi” karya Andrea Harata, nasib guru mereka tak ubah sama. Mengandalkan niat baik mengajarkan anak-anak tentang ilmu agama bisa saja mengorbankan periuk nasi di rumah sendiri, sedihkan. Begitulah penderitaan pengurus dan pendiri sekolah ini dahulu. Bahkan setiap tahun yang menjadi kehawatiran tak banyak anak-anak yang sekolah di sekolah agama dan swasta ini. Beriring waktu dengan pembuktian alumninya yang nampak bisa bersaing diluar orang pun banyak berangsur ke sekolah ini.

Orang-orang dari perantauan Bandul banyak yang memilih tinggal diluar Bandul. Seperti Jakarta, Pekanbaru, Dumai, Bengkalis, Batam. Ada prestasi anak-anak Bandul yang terlihat. Dulu, ada anak Bandul yang bertugas di kantor gubernur Riau, namanya Pak Sulaiman, menjadi ketua Himpunan Keluarga Maysarakat Bandul dan Sekitarnya. Ada juga yang bekerja sebagai Kepala Bagian (Kabag) Kesra di Bengkalis, alm Pak Landung Abdullah. Anggota Dewan DPRD Bengkalis saat ini, Bang Ali Sag. Paman saya Taslim Prawira, aktifis HMI dulunya waktu kuliah, menjadi ketua Cabang HMI, sekarang menjadi aktifis sosial di Pekanbaru. Paman saya Mizan Fathoni, sekarang menjadi lurah di Batam, abang saya Kusno menjadi tentara, dulu bergabung di Kostrad AD dan sekarang tinggal di Jakarta, dan banyak lagi yang perlu ditelusuri dari generasi anak-anak Bandul yang muda yang berkiprah di kampung orang.

Tapi masih ada yang memperihatinkan dengan Bandul. Karena tak ada sekolah Menengah Umum disini. Anak-anaknya banyak yang menjadi perantau. Perantau untuk belajar ke daerah lain. Ini pun bagi mereka yang punya duit dan punya tekad kuat untuk sekolah. Tapi bagi yang hidupnya kurang mapan tentu akhirnya menjadi pengangguran di kampung. Entahlah kampung yang tinggal di Kabupaten Kaya ini masih punya jeritan nasib yang memprihatinkan.

Di depan Bandul dan banyak orang bilang dengan Bandul Laut disini berdiri pasar yang sudah ratusan tahun. Kebanyakan penjualnya masyarakat suku Tionghua. Asalnya muasalnya banyak dari Cina asli dari Tiongkok. Di Bandul laut ini terdapat kuburan orang Cina yang umurnya sudah hampir ratusan tahun. Karena mereka menetap di Bandul memang sudah lama. Bahkan kalau perayaan Imlek—hari raya Cina—masyakakat yang melakukan sembahyang di kelenteng yang diberinama “Dewi Senthian Pocho” ini datang dari berbagai kota termasuk beberapa negara. Kelenteng Bandul merupakan kelenteng besar di Bengkalis.

Selain berdagang masyarakat Tionghoa juga membuka usaha lain. Di Bandul dan banyak daerah lain di sekitar sini seperti di Kudap, Tanjung Sekodi, Nyatuh sampai Dedap dibangun pula usaha penangkaran walet. Bangunannya tinggi-tinggi ada sampai empat lantai. Kabarnya usaha walet di daerah ini sudah mencapai ratusan rumah penakaran yang didirikan. Makanya kalau saat-saat tertentu ketika mereka membunyikan kaset walet kampung-kampung ini menjadi riuh. Kebanyakan penduduk Tionghua di Bandul inipun sejahtera.

Kalau penduduk lainnya disini punya masalah yang berbeda. Penduduk yang tinggal di tepian sungai, yang mengandalkan mata pencharian mencari kayu teki atau kayu bakau yang dijual untuk dijadikan kayu arang punya masalah berat. Kayu-kayu disini persediaanya mulai menipis. Sementara masyarakat yang mencari semakin banyak. Akhirnya mereka kewalahan, pendapatan setiap orang pun menipis. Mereka ini susah mencari pekerjaan lain, karena Bandul sebagai kampung yang pulaunya kecil tak ada lagi tempat untuk membuka ladang atau kebun baru. Hutannya sudah tidak ada lagi.
Ada yang hanya mengandalkan kebun lama. Seumpama kebun sagu, tapi yang punya kebun sagu tak lah seberapa. Tapi sagu berbeda dengan kebun lain. Masa menunggu untuk layak di panen atau ditebang untuk dijual tualnya sangat lama—nantilah kami ceritakan dibagian tersendiri tentang sagu di Bandul dan pabrik sagu di Bandul ini—memang kebanyakan pesisir ini kaya akan sagu.

Kondisi lemahnya perekonomian masyarakat disini memang tidak kentara. Kelebihan orang Bandul banyak saudara mara yang sudah di perantauan di mana-mana. Ada yang punya saudara dekat di Malaysia sampai Singapura. Kondisi ini bisa saja menguntungkan bagi penduduk Bandul secara tidak langsung. Kalau ada apa-apa hal yang menyulitkan keluarga-keluarga jauh ini tentu setidaknya bisa membantu.

Dulu memang keluar masuk Malaysia dan Bandul tak sulit. Katanya lewat Batu Pahat, bisa dijangkau sekitar empat atau lima jam dari Bandul. Waktu aku masih kecil, banyak penduduk disini yang mata pencaharianya berlayar. Berlayar maksudnya membawa kayu dari kampung untuk dijual ke Malaysia. Kayu ini disebut kayu balak, memang kayu pembalakan dari hutan disekiling kampung diluar Bandul. Sejahteranya masyarakat Bandul kala itu ditopang dengan kondisi ini. Sepulang berlayar banyak barang-barang dagangan dari luar negeri di bawa kesini. Kabarnya juga atuk saya berprofesi seperti ini. Hidupnya pun sejahtera. Emas dan perhiasan berharga sering di bawa di kampung. Hasil dari sini juga untuk membeli kebun. Nenek saya Maryam kabarnya berasal dari Melaka. Sampai sekarang kami pun tak tau silsilahnya. Nenek agak tertutup kisahnya. Dia tinggal di Bandul sejak kecil sekali.

Kadang-kadang warga yang berlayar ke Malaysia juga bawa komoditas unggulan Bandul. Paling khas adalah buah durian. Umur pohonnya ada yang sudah ratusan tahun. Kebun warga ini turun temurun, batangnya besar-besar menjuntai keatas seperti setinggi pohon kelapa kampung. Kalau mau merasalkan durian yang enak ya di Bandul ini. Sekarang karena tidak bisa menjual ke luar negeri, buah dian atau durian ini di beralih di jual ke kepulauan seperti Batam maupun Tanjung Balai Karimun.

Balik ke cerita tentang berlayar tadi. Masyarakat disini seakan kehilangan arah sekarang. Karena tak bisa berlayar kerjaan pun sekarang seadanya saja. Salah satunya mencari kayu bakau. Beginilah cerita Bandul. Masih banyak lagi uraian yang tak terungkap. Tapi kalau mau tahu detilnya pergilah ke Bandul. “Kalau sudah sampai ke Bandul, dan sudah minum air Bandul susah balek lagi,” kata orang kampung memang macam itu—Entah iye entah tidak—tapi Bandul sebagai daerah yang terbuka telah membuktikan. Akibatnya, kerabat orang Bandul ada dimana-mana. Siapa tahu Anda pembaca tulisan ini juga bisa menjadi warga disana. Siapa lah tahu, Ncik.

Comments :

26 komentar to “Tentang Bandul ada Bangas, Tanjung Sekodi, Dedap dan Bengkalis”
hage_thegreen mengatakan...
on 

assalamualaikum,mf ye sye nak tanye siket,,boleh tak..boleh lah.. kalau tak boleh kang kne jual..hehehe..
yg sye nak tnye...
spe yang bwt blog ni...mntap btollah..
sye ni pon bdak bandol...
snang rse hti,ncam nak mnetes ae mate ni..
trnyte Qte oang bndol IT nye dah mntap... ye takk?
mksh wasslm (Hage_081268841234)

Anonim mengatakan...
on 

ass wr wb.
bole jge bdak tanjung skodi ni
siape lagi.
zaman kini oang melayu dah bole maju.
wass.

mase kecik awakni tinggal di bengkalis

Anonim mengatakan...
on 

mantap tu.....................

Anonim mengatakan...
on 

sekodi sekarang memang mantap,byk sejarah nye...........
mcm2 ade.pantainya bgus.saye sangat senang bisa jdi masyarakat sekodi.saye tinggal di Nyatuh Desa Sekodi.di nyatuh byk mknan laut.

by Munawir.081268312897.

anas n adam mengatakan...
on 

kami b'2
NAMA : WAN NASRI
NAMA : ADAM AHMAD

mengucapkan s'lamat ye buat desa bandul yg makin maju,,bio macam mane pun itu kampung kite,
jadi kite lah generasi yang akan memajukan kampung kite,tetap semagat,berjuang lebih keras untuk keluarga dan kampung kite,kite harus jadi kan kampung kita itu tempat yg paling damai dan tentram ye tak?????

bandol desa ku mengatakan...
on 

teruslah berjuang anak2 bandol dan sekudi,semoga bisa mensukseskan desa kite........!

dyEstha mengatakan...
on 

salam kenal,.
saye budak kelemantan,.
tak jauh lah dari desa sekodi tu,.
slam knal all

hency mengatakan...
on 

banduuuuullll jayeeeeee

Anonim mengatakan...
on 

mantap jasman

Anonim mengatakan...
on 

saye orang ketamputih :)

ricky spyes mengatakan...
on 

ade orang Dedap tak,,
aq budak dedap, tpi skrg d batam,
aq kangen sama Desa dedap bandul juga ada kluarga

bagi siapa budak desa dedap Cfm ke no aq ya,
ada nak aq tanya dah lama tak pulang nech,
rindu kampung halaman :(

Ricky 087894231793 - 081270986599.

esy keyyen mengatakan...
on 

moga kedepannye tambah maju ajelah..desa bandul,sekodidan jg dedap.,.mogecrite tntang dedap durhaka mnjadi pelajran bwt kite.,.okey.,.
by:fadli
alamat:desa sekodi
nyatuh,.
no hp:085265259424

Anonim mengatakan...
on 

haa salam kenal yee...saye boedx bengkalis,rimbas. syahrul efendi. saye mwakili org bengkalis nx bri selamat kat org2 di bandul tuu... bandul mesti bejaye...SUAY

Fadli mengatakan...
on 

nak mancing dkat pulau tuuu laaahhhh.,.bleh ke tdk????

aidillah fitria mengatakan...
on 

salam kenal,
saya pernah kuliah kerja nyata di desa sekodi,
membaca tulisan ini mengingatkan kembali kepada kenangan2 indah selama di sana.. :)

Anonim mengatakan...
on 

sekali sekodi tetap sekodi..

Anonim mengatakan...
on 

ingat bangas ingat pulak dgn kijing,mentarang, lokan,sipot timbe.pantai nye cantik,macam nak balik kampong lah rasenye,dah lame awak ni kat batam teringin rase nak balik setelah bace blog ne.terimekasihlah yg buat info ne,bagos betollah.sy ne oang bandol,tepatnye sungai tumu.saye bangga jadi nak bandol......
rafita rahmah

rossy arnovtri mengatakan...
on 

certanya lebih mengarah ke pulau bandul,..
klo bs share jg ttg sekodi,..
makas info nya :)

syafrizal,amir mengatakan...
on 

mantap bandul. apalagi sekarang bandul sudah menjadi kecamatan baru yakni kec.putri puyu yang insyaallah kantornya di jln bangunsari bandul.

Anonim mengatakan...
on 

maju terus bandul...
bandul is the best laa

mas to ape kabo???

Unknown mengatakan...
on 
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
bangas mengatakan...
on 

Ain, tak usah buat web baru ini aja kembangkan, nanti ku kasi paswordnya, kamu kelola ya..
telp nomor abang 082170299799

Unknown mengatakan...
on 

Seblum nyeea saye minta maaf sebgian text yea saye copy fas..itu untuk membuat blog tentg desa kite supye sdkit dknal...di dunia mya

Unknown mengatakan...
on 

ok la law begitu..tapi law bleh taaw nie cpe.

to:bangas

syafril mengatakan...
on 

aku ni syafril apandi
aku budak bndol jge bro
lme tk jupe kwn2 rindu pulak rase
pegi bangas paling sedap
berenang kad pntai tu
kwn2 smue sukses sllu

sinar sticker selatpanjang riau mengatakan...
on 

Maju terus bandul....karna mertu saya org bandulllllll.....

Posting Komentar