Sepenggal Kisah Raja di Tanah Bentayan

foto diambil dari buku pendekar mursalim, karya sudarno mahyudin

(es beno,bangas bersorak)
Kebetulan dua pekan lalu pergilah daku ke salah satu desa di Rokan Hilir (Rohil). Perjalanan yang menurutku sedikit menyiksa, sebab kami harus memburu waktu. Sepakatlah dari kantor (PT RIC) menggunakan kendaraan double cabin, Ford, untuk menembus delapan jam waktu tempuh perjalanan. Daku sama sekali tak merasa selesa, aku mabuk digasak jalan yang berliku dan berbukit. Apalagi kondisi badan ku tidak fiks, rasa perutku diputar putar dengan alat sentrifuse, akhirnya .......

Kali ini aku ceritakan penggalan cerita yang menjadi khasanah daerah ini. Syahdan, dulu kabarnya daerah ini terdapat seorang raja berkuasa, tepatnya di Bentayan. Kisah ini tertulis sebelum daerah ini manjadi daerah kekuasaan Siak. Ini dari Tambo bertuliskan arab melayu yang sampai kini diwariskan secara turun temurun.
Tak jelas nama kerajaannya, tetapi nama sultan dan makamnya masih ada sampai sekarang. Kisahnya ini bermula dari Tengku Syarif Ali, pangeran kerajaan Samudra Pasai. Ia pergi meninggalkan kerajaan Pasai setelah kisruh dengan keluarga, tak jelas juga motivnya. Lalu ia terdampar di desa bernama Pembatang. Kedatangan Syarif disambut baik warga tempatan. Termasuk Datuk Rantau Benuang—Datuk satu-satunya di Pembatang—ia langsung menawarkan agar Syarif Ali bermukim di daerah ini. Halima Putih salah satu putrinya kemudian ia nikahkan dengan Syarif Ali.
Ini mungkin dugaan kuat ada kerajaan kecil, sebab Syarif Ali berasal dari keturunan raja. Tapi yang jelas sampai saat ini Syarif Ali tersohor dengan sebutan Datuk, ia diberi gelar Datuk Batu Hampar. Sebutan ini muncul karena dalam hikayatnya ketika sholat Ia sering mengunakan batu besar, bekas perahu yang digunakan. Desa Pembatang yang menjadi tempat tinggalnya sekarang disebut pula dengan Bukit Datuk Batu Hampar.
Kisah tentang Datuk Batu Hampar ini pun tak terkuak jelas, tambo peninggalan situs sejarah sudah banyak rusak. Tapi benda-benda peninggalan Datuk Batu Hampar masih bisa ditemukan. Seperti tongkat, pedono (tempayan), lelo (meriam kecil), dan keris. Ada beberapa benda warisan yang hilang seperti baju besi, pedang, ikat pinggang emas dan gong. Kabarnya dulu sering diincar kolektor barang antik dari luar negeri.
Sayang tak banyak ternukil dari kisah kerajaan ini, tapi tulisan ini hanya mengkabarkan khasanah negeri ini sangat kaya. Kita saja yang lupa dengan khasanah daerah sendiri dan selalu membiarkan ditelan zaman. (*)

Comments :

3 komentar to “Sepenggal Kisah Raja di Tanah Bentayan”
ropiuddin mengatakan...
on 

wew trims yup infonya bagus bgt...
oiya aq dah follow d blog km, follow balik yup :)

Anonim mengatakan...
on 

tapi sayang pem tak mlirik y,bkti y jln mnuju k makam sang Datuk tdk ada n kondisi makam yg tak trurus,pdahal itu aset Budaya yg brnilai tnggi. oleh:wong BANTAYAN BARU

Unknown mengatakan...
on 

mantap...bukan bentayan nma daerah nya,,
tpi bantayan

Posting Komentar