setiap kali, lewat di sungai yang tak berbapak itu
kembali aku membawa jasadku merantau ke masa lalu
dengan sedikit risau yang mengambang
mengupas kembali cerita-cerita usang dari atuk-atuk
tentang cintanya pada siak
tentang ikan yang rindu pada jaring dan kail
tentang buah getah jadi umpan mujarab ikan-ikan siak
tentang senandung lagu lancang kunig
tentang perahu layar pelepas lapar
tentang jernih air nan tawar
tentang raja nan semua kaum bangsawan
dalam sejarah
kusangkutkan daguku di bendul-bendul tingkap
dengan birahi ku geluti setiap lekuk tubuh siak nan indah dan menawan
bagai putri kesetubuhi angin sungai yang berhembus
tiada sejengkal pun bibir pantai tak ku titipkan risauku
dan mataku melaju ikuti setiap tepian bibir pantai merah yang kian memucat
dan bakau-bakau hijau yang kian luntur oleh lusuhnya hari-hari
bersama lahirnya kebimbangan baru dalam benakku
mungkinkah sejarah patut kita baca lagi?
sementara zaman kian merubah nasib sungai siak
handak disebut sungai takut salah dalam sejarah
hendak disebut laut bimbang hilang tahta bangsawan
dan anyir nasibmu kian menepi dihidung-hidung orang-orang yang menyetubuhimu
mengulitmu di setiap sepanjang siang yang redup
kembang semangi layu ditengah kabut tawa kumbang-kumbang taman
ikan-ikan termangu mendengar dongeng para nelayan
dalam keruh air
busuk bangkai
besi
logam
limbah
tubuhmu diulit risau sepanjang zaman
masih dapatkah cerita sejarah kita baca lagi?
Jasman
Pekanbaru, Mei 2007
Comments :
Posting Komentar