“PULAU RUPAT” Bak Belakang Rumah Yang Terabaikan (Perjalanan Menyusuri Moleknya Rupat)

(Es beno, bangas bersorak)


Satu lagi eksotik alam Indonesia yang begitu memukau, pasti bakal memikat wisatawan. Pulau Rupat, Pulau yang tersudut berhadapan dengan Selat Malaka memang selama ini kurang di kenal, tidak pernah terdengar riuh orang membicarakan Rupat. Padahal Pulau ini begitu indah. ”Sejak dulu lagi kalau orang ke sini mengatakan bahwa Rupat itu Indah. Sangat Indah, tapi kami sudah tidak peduli lagi, sebab sampai sekarang tidak ada yang dibuat untuk menjadikan Rupat sebagai daerah wisata,” kata Mat Jaman, salah seorang warga Desa Rhu, Tanjung Medang, Rupat Utara.
Rupat berhadapan dengan Selat Malaka, sekarang, daerah ini diproyeksikan untuk menyatukan Riau dan Malaysia. Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Malaka pun sudah sepakat untuk membuat jembatan penyeberangan rool and roll (roro) Riau -Melaka, melalui daerah ini. Tapi sayangnya proyek ini sampai sekarang belum terealisasi, Riau mengklaim Pelabuhan Pord Dikson di Malaka yang tidak sesuai, sehingga feri kapal roro dijamin tidak bisa bersandar, sedangkan Malaysia juga punya alasan lain.


Yang jelas, proyek menyatukan Riau- Melaka bakal lama lagi terwujud. Keseriusan Riau masih dipertanyakan. Sebab jika pun roro itu bisa beroperasi, dipastikan akses berikutnya tak jelas. Soalnya dari Tanjung Medang ke Dumai sama sekali tak ada akses yang mendukung. Memang ada akses roro Dumai- Pulau Rupat. Tapi ini di bagian kecamatan Rupat Selatan. Untuk mengakses Rupat Selatan ke Tanjung Medang, Rupat Utara saja akses jalan sangat buruk. ”Jangankan mau menembus Rupat Utara ke Rupat Selatan, antar desa saja di Rupat itu sulit ditempuh,” kata kak Evie Syamsir, wartawan LKBN Antara pada ku.


Memang hal tersebut seperti itu kondisinya, awalnya kami ingin menyusuri menggunakan mobil. Tapi ternyata tidak bisa, akhirnya memutuskan menggunakan speed boat yang langsung menuju ke Tanjung Medang. Pusat Kecataman Rupat Utara itu, yakni Tanjung Medang tidak begitu ramai. Jangan bayangkan disini lalu lalang wisatawan masuk, jangan bayangkan juga kotanya di penuhi pusat pusat belanja menarik. Atau jangan bayangkan anda akan langsung disuguhi gemerlap kota wisata. Kota ini sepi, satu dua ruko baru memang berdiri, tak ada lalu lalang kendaraan, hanya satu dua motor sedang menjemput koleganya yang baru saja turun dari speead boat. Dan yang kami tumpangi merupakan speead yang pertama kali dari Dumai, ada satu lagi speed yang datang pada pukul 15.00 WIB. Bahkan di pelabuhan ini satu satunya ada warung makan.



Tapi akhirnya kejenuhan tentang kesepian itu terobatati. Setelah menuju je Desa Tanjung Rhu, Tanjung Medang, Rupat Utara, mata kami benar benar terpukau dengan eksotiknya Pulau Rupat. Pantainya begitu bersih, panjang memutih, seluas mata memandang. Aku bersama teman temanku berjingkrak-jingkrak girang menikmati indahnya Rupat. Sepengetahuan aku, jika dibandingkan Pantai Cermin, Sumut dan Pantai Padang, dan Pantai Kalangan di Sibolga, tempat-tempat ternama itu tidak ada apa-apanya. Sepajang 30 KM dan mungkin lebih semuanya pantai. Pantai yang begitu indah....Rupat sebenarnya surga bagi wisatawan.



”Sebelumnya presiden Soeharto pernah mau menghubungkan Malaka dan Indonesia, waktu itu kite orang kampung dah dengar kalau Rupat akan dijadikan tempat wisata. Kami bukan senag dengar kabar itum, tapi sampai sekarag kampung kami macam ini aje. Rupat ini bagai belakang rupat yang selalu diabaikan,” kata Mat Jaman mengadu.
Belakang rumah, tentu konotasinya sangat mendalam, sebuah kampung yang indah, tapi sebab berada tersuruk, menyebabkan selalu diabaikan, sehingga potensi yang begitu indah tidak pernah dilihat oleh orang lain.
Uniknya lagi, sebelum merapat ke Tanjung Medang, ada beberapa pulau yang mengapung di Selat menuju Rupat Utara itu. Ada tiga pulau besar yang seakan akan mengapung, dari kejauhan tampak daratan pulau diselimuti pasir memutih. Sanngat indah, meskipun tiga pulau itu tidak ada yang menghuninya. ”Name pulau itu ada yang bernama pulau Babi, Pulau Beruk dan Pulau Beting Acheh, sampai sekarang tak ade penghuninye,” kate Maryamah, penduduk Rupat Utara, juge seorang guru tempatan saat dalam speedboat bercerite.
Rupat-rupat..”Molek Nian Dikau” tak bisa kusebut dengan kata-kata. Tapi kali ini kusampaikan juga beberapa foto istemawa Rupat, hasil ekpedisi beserta teman teman. Ape sebab kami katakan ekspedisi, sebab dari Rupat Utara menuju daerah Rupat Selatan di Pangkalan Nyirih, kami menyusuri dengan menggunakan jalan darat. Tentu saja dengan kendaraan bermotor, walau kami juga harus menyeberang dengan menggunakan pompong melalui sungai yakni di antara Desa Kadur ke Desa Makruh. Memang jaraknya tidak begitu jauh, tapi tentu akses ini susah, harus melewati Sungai ”Dayung”, mungkin nama sungai ini salah juge, pasalnya bapak yang menyebutkan ini agak tak faseh, kalau menurut aku warga ini tempatan tapi merupakan peranakan Cina.
Di sebelah Rupat Selatan, terutama di Desa Pangkalan Nyirih, tepatnya di Desa Lohong terdaoat juga pantai putih yang indah. Pantai indah ini juga ada di Desa Cingam dan Desa Makro. ”Pantainya lebih indah, kalau didepan sana langsung nampak Malaysia,” kata Mizan, anak anak tematanyang menemani kami dalam perjalanan.
Keunikan pantai ini pada panoramanya, pas kami datang ada beberapa kapal besar yang sedang berlabuh, tapi persisnya di tengah tengah selat, di pantainya pula air sedang naik pasang, gelombang laut sedikit kuat, tapi keindahan terasa tidak pudar, disekeliling pantai, ribuan pohon cemara tumbuh, pohon pohon ini tumbuh secara lamai. Rupat menjadi semakin molek...kalau aku ounya usul,,,ketimbang ke Bali, pergilah ke Rupat, pilihan ini tak akan membuat Anda kecewa.

Comments :

9 komentar to ““PULAU RUPAT” Bak Belakang Rumah Yang Terabaikan (Perjalanan Menyusuri Moleknya Rupat)”
akhatam mengatakan...
on 

Wah asyik tu kayaknya...
btw, ku kok gak diajak yaw... hahahhahaa

dfian mengatakan...
on 

jiwa petualang nih..hehehe

mohanlink mengatakan...
on 

wow, pemandangan dan pengalaman yang bagus tuh, hehe, salam knal ya, plis komment di blogku ya

bangas mengatakan...
on 

dikau memang molek rupat...

boedak bertuah mengatakan...
on 

sedap ye...tampat aku beso dulu...tu..tapi kami dah lame tak berkunjung..

bangas mengatakan...
on 

>>budak bertuah<<pergilah sesekali ke rupat..kasi tahu semue orang..ruoat tu surge..siape lagi yang nak promosi..

Dev mengatakan...
on 

waw kayanya bagus tuh mas..mau kesana tapi kejauhan dari bandung :D

septian mengatakan...
on 

pemandangan yang indah

Anonim mengatakan...
on 

rupat tu memanglah molek, tapi sayang infrastukturnye tak bagus laaah.. kesian orang2 kat situ tu.tak dapat nak menikmati jalan yang bagus, listrik pun tak merate

Posting Komentar