Ketika budak jelata itu bersumpah
Mengehentak niat menyusun langkah
Layar badai, memebentuk jagat
Memburu datang siang dan malam
Janganlah patah arang wahai kau Dedap
Ibumu menunggu dipagut harap
Ingat kau buah kelat, buah pedade itu
Sering kau telan pengganti makanan
Renta tangan ibumu tak sanggup lagi mengayunkan lengan
Mencari kayu baker membesarkanmu bujang
Terang langit di ufuk barat
Terlihat dengkat sepicing mata
Tapi pernahkah kau tatap
Dua ruas tangan ini tak sanggup menggapainya Tuan
Sudahlah Dedap
Cobalah randah balik hatimu
Ingatkah kau pangkal haluan
Ibumu berharap anaknya pulang
“Dedap jaya bangsa bermarwah
Tak mungkin nista dihimpit papa
Mungkinkah najis banggga ku dulang”
Sungguh congkak dirimu Dedap
Membusung dada bermata kalap
Lupakah kau asal dirimu
Dari rahim seorang ibu
Janganlah terbuai irama dunia
Terdengar manis membuat lena
Tapi bukankah hidup ini permainan belaka
Jika telah usai kemana lagi kau bersandar Tuan
Es beno (komunitas bangas bersorak)
Puisi ini pernah dipublikasikan di koran kampus Bahana Mahasiswa Unri edisi Januari 2008)
Comments :
Posting Komentar