TOKOH PEJUANG KEMERDEKAAN WILAYAH PINGGIRAN DESA BANDUL

PURNAWIRAWAN   JOHAN  ( YAU PING  )
 Disusun Oleh.Drs.Taslim Bin Misdan,MA    

Purnawirawan Johan  ( Yau Ping )
 “……Dibibir pantai yang ditumbuhi oleh  pohon api – api dan mangrove, diri ku berjalan  tanpa beban. Hari itu Ahad,13 September 2010. Ku dengar suara ombak sedang membasuh pantai yang membuat angin semilir mengembus rasa dingin di tubuh. Di pagi yang mendung  diiringi  petir dan kilat, saat itulah aku menuju rumah  seorang tokoh pejuang di Bandul. Rumahnya kokoh terbuat dari kayu punak. Rumahnya sepertihalnya rumah kebanyakan, bertingkat, karena digunakan sebagai tempat penakaran wallet juga, wajar saja, diatasnya  sahut – sahutan suara  kerumunan burung wallet ( burung  layang – layang kata Malaysia, red) menyilang terbang dengan suara yang  kicauannya sangat khas. Aku melangkah  ke depan pintu  Purnawirawan  Johan  ( Yau Ping), tokoh pendidik dan  pergerakan Kemerdekaan  Indonesia  di Wilayah  Pingggiran. Jasanya patut dikenang, kini di tinggal di Desa Bandul  Kecamatan Merbau Kabupaten  Meranti .
Ia cukup bersahaja, wajahnya bersih  dan  tampak tegar. Sosok  kharismatik  yang lahir 10 September  1926 di Desa Sekodi, Bengkalis ini  masih saja merekam perjuangan yang dilakukannya saat membela tanah air. Kini, sejak tahun 1940 an lalu, sudah bermukim di Desa Bandul, disinilah ia mengabdikan diri kepada masyarakat, nusa dan bangsa.
Saat aku  mewawancarainya, ia memaparkan beragam jejak rekamnya itu, ia masih ingat benar, jiwa  patriotiknya serasa menggebu-gebu. Padahal ia sudah  berumur kurang lebih  84 tahun . “Perlu  Ananda ingat, cerita orang-orang tua–tua dulu, tahun 1920-an,  Kampung Bandul ini,  pernah dijadikan oleh Belanda untuk  menempatkan  pesawat  tempurnya tanpa  landasan aspal tetapi  landasan tanah , lokasinya di  Lending  (sekarang  di bangun Sekolah Dasar ) namanya  Lending,  diambil dari kisah lending-nya pesawat pengintai  Belanda  di wilayah perbatasan  dengan  Malaysia  yang dikuasai oleh  Inggris dan Portugis,” katanya kepada ku, sayapun termangu – mangu  mendengarnya.
Ia  menceritakan, dahulu ia aktif di Dinas Kemeliteran  TKR  (Tentara Keamanan Rakyat ). Kala kala itu, komandannya adalah Joni Ishawan. Namun, sang komandan tidak diketahui sampai sekarang keberadaanya. Ia hilang dalam pertempuran , maka Purnawirawan Johan pun  langsung dibawah  komandan Subrantas (Mantan Gubernur Riau ). Sejak saat itu, Purnawirawan Johan  memang  ia tidak  di tempatkan di medan lapangan  tempur. Ia dan dan beberapa kawan –kawannya di tempatkan  di bidang logistik  peperangan. Seperti  menyiapkan peluru  dan senapan, makan minum perajurit. Dan mencari bantuan sampai ke Singapura untuk menambah pasokan senjata. Ini dilakukan dengan menggunakan sampan layar.

Pernah suatu ketika, saat membawa perlengkapan senjata ini. Usahanya diketahui Belanda, dan ia pun ditengah laut, di serangan  bertubi – tubi oleh tentara  Belanda. Saat itu ia menyelamatkan diri ke  sampai ke daerah Mengkapan,  Siak Sri Indra Pura. Kala itu ia bergabung dengan Letnan Muda Syarif , di markas BPKN ( Badan Penyelidik  Keamanan Negara )   .
“Banyak suka dan duka,”.katanya “Kami  alami  bersama komandan  Joni Ishawan dan Komandan  Subrantas untuk  membela tanah air  Republik Indonesia (NKRI ). Kami bahagia dengan  apa adanya,” ujarnya.
Sejak usai perang, ia memulai  usaha kecil – kecilan. Ini ia lakukan  sampai hari ini. “Anandakan pernah juga  menjadi bahagian  kedai ini kan,” tuturnya. Maksudnya ia mengatakan itu, waktu itu saya masih  sekolah SD dan SMP di Bandul, sebulan sekali atau  15 hari  sekali  ke kedai beliau,  beliau menjadi toke karet atau getah. Ayah saya Misdan   dan Ibunda saya Hindun, selalu menyetorkan hasil karet ke rumah Purnawirawan Johan ( Yau Ping ) untuk ditukarkan  keperluan  hari – harian, seperti beras , cabe,minyak tanah, minyak goreng, sabun,gula dll. Saya pun ingat, waktu itu  harga  getah Rp20 ( dua puluh  rupiah ) per kilogramnya.
Pada  tahun  1957,  Purnawirawan Johan , pernah  mengikuti Pendidikan  Guru, Salah satunya gurunya adalah H. Abdullah  di Bengkalis  pada 1940, dan  mengikuti Khursus Pengetahuan Umum ( KPU-A ) dengan ikatan Dinas  selama tiga tahun,  dan ujiannya  di Jogjakarta .
Setelah  mardeka. Sejak  tahun 1957 ia menetap di Desa Bandul, membantu mengajar tempat  belajarnya di Dusun Lending –Bandul di Pendidikan Buta Huruf (PBH) melingkupi wilayah Bandul , Mengkirau, Kudap dan Dedap. Karena  masa  tugasnya selesai,  ia pun kembali kemasyarakat   sampai hari tua sekarang. Tapi semangat  berdagangnya juga tak pernah surut, walaupun melihat  umur  senja  seperti ini ia masih  menjalankan usaha  kedai harian. “Saya tak mau diam dan tak mau santai- santai,” katanya.
Ini contoh bagi generasi muda dan kita  seluruhnya. Yang menarik  bagi saya adalah disamping rumahnya ada penangkaran wallet  yang  bertingkat tiga,  berdampingan dengan rumah pribadinya yang berada bibir  pantai pelabuahan Bandul .
Walaupun  sudah menjadi purnawirawan  TKR,  jiwa nasionalisme  sangat kuat   untuk membantu  pemerintahan Desa Bandul bersama  Ke Ko Seng . Wi You KI  yang pernah menyerahkan  tanah  untuk lokasi  Sekolah Dasar  dan  Wi Te Ngo  pendukung kemerdekaan  di Desa  Bandul
Purnawirawan  Johan ( Yau Ping ) juga di segani masyarakat  karena kiprahnya  begitu dekat dengan  masyarakat Bandul tanpa pilih kasih , suku apapun  ia  layani dan masalah apapun ia  selalu  mencarikan solusi, terkadang  uangpun ia  rela keluarkan untuk kebaikan bersama . Dorongan  dan motivasi  Purnawirawan Johan kepada kepada  generasi penerus dan masyarakat  Bandul dan sekitarnya adalah minta untuk membuat  persaudaraan  Ikatan Keluarga Bandul dan sekitarnya baik di Batam, Pekanbaru, Bengkalis, Selatpanjang dll. Ikatan  yang beorientasi  secara sosial bukan  politik praktis , jangan  membeda- bedakan  suku, dan bangsa atau etnis  karena kita ada  sama-sama berbakti untuk bangsa. “Mari kita majukan Desa Bandul  seperti  saudara Taslim ini, sesibuk apapapun  ia sempatkan  memikirkan Kampung,” tuturnya. (*)
Jabatan yang pernah dembankan  kepadanya
  1. Ketua pendiri SMP Bandul  tahun 1976
  2. Seksi bimbingan P4
  3. Ketua Lembaga  Masyarakat Desa 1975-1985
  4. Ketua Masyarakat Tiong Hua
Liputan  Ahad.13 September 2010 di rumah  kediaman Purnawirawan Johan ( Yau Ping )

Comments :

4 komentar to “TOKOH PEJUANG KEMERDEKAAN WILAYAH PINGGIRAN DESA BANDUL”
engcun huank mengatakan...
on 

wowwww kereeennnn
fatherrr gw tuuu...hahahah
mantapppp

Hakim Technicer mengatakan...
on 

jadi suatu kemungkinan kelak desaku bandul jadi kota yang megah dan gagah,,

Anonim mengatakan...
on 

Kakek gua tuh wkwkwk

Anonim mengatakan...
on 

Semoge Desa Bandul sukses

Posting Komentar